¨Man can live under any climate if he will only adapt himself to its requirements and conditions.¨
(Jose Rizal)
Soekarno Hatta, September 2021.
Takut.
Terus terang itu hal yang terus singgah di benak saya menjelang keberangkatan kuliah di Eropa. Tapi di situlah seninya perjalanan. Melangkah saja. Maka kamu akan melewatinya juga. Ternyata.
Mungkin karena pikiran ke mana-mana, saat
menuju ruang tunggu, koper kabin saya tertinggal setelah melewati
imigrasi. Biasanya saya hanya bawa ransel ke kabin.
Maka saya bergegas kembali melawan alur penumpang,
menuju pemeriksaan keamanan. Bagasi saya ada di sana menanti majikannya. Petugas pun menanyakan beberapa hal untuk memastikan koper itu milik saya. Malang, ulekan harus tertahan di pemeriksaan keamanan. Menurut petugas, barang itu
harus masuk bagasi. Saya akhirnya merelakan itu untuk ditinggal. Thermo gun
juga sempat menjadi permasalahan, meski akhirnya diperbolehkan.
Saatnya boarding dengan Turkish Airlines. Saya
sempat berfikir untuk menulis catatan tentang film-film yang saya tonton di penerbangan-penerbangan
panjang. Mungkin kelak saya akan menuliskannya. Kali ini saya menonton
Underworld dan Pinokio. Video keselamatan maskapai ini dibuat dalam dua bahasa
tapi masing-masing bahasa diputar sendiri sehingga durasinya jadi lama.
Makanannya ... Hmm .. saya kira saya sudah pernah menemukan yang lebih baik.
Barangkali efek pandemi, di bandara
Istanbul saya menemukan sajadah sekali pakai. Di bandara ini saya menyadari
bahwa Turki punya istilah sendiri untuk waktu-waktu shalat. Tidak seperti Indonesia
yang menyerapnya dari bahasa Arab. Saat di Bologna, saya berkesempatan bertanya
tentang ini pada teman dari Yaman yang pernah kuliah di Turki. Ia membenarkan.
Adaptasi bahasa Turki terjadi di hampir semua lini.
Sampai di Italia.
Benak saya masih dipenuhi berbagai kemungkinan tidak menyenangkan. Saya teringat kisah Aray dan Ikal di
Edensor yang terpaksa terdampar kedinginan karena ditolak masuk oleh pemilik
apartemen. Seperti biasa, pikiran saya sudah terbang ke sana kemari membayangkan
skenario-skenario terburuk. Bagaimana kalau dia menolak saya dan teman sekamar
karena belum membayar sewa dan jaminan misalnya?
Alhamdulillah. Putri land lady ternyata
sangat baik hati. Saat kami tiba, ia membuka pintu seraya memandangi kami dan
deretan koper-koper. Hari pertama kami sudah membawa seorang gadis singgah ke apartemen.
Besoknya kami mampir ke toko sebelah dan sudah langsung menemukan beras.
Sebuah awal yang baik sepertinya.
Bologna adalah ibukota provinsi Bologna dan
region Emilia-Romagna di Italia. Berada di antara lembah Po dan bukit Apenina.
Dulu di daerah ini berkembang agrikultur, perdagangan dan produksi anggur.
Sekarang menjadi satu dari kota Italia dengan jumlah usaha makanan
terbanyak. Makanan khas Bologna antara lain tortellini, tagliatelle, ragu, dan
mortadela.
Yang jarang dijumpai di lain kota, ada atap sepanjang lebih dari 40 km yang
memungkinkan pejalan menikmati Bologna dalam segala cuaca. Di sini ada
universitas tertua di dunia Barat dan salah satu
sentra otomotif utama di Italia seperti Ducati, Ferrari, Lamborghini dan
Maserati. Philip Morris juga membangun pabrik di sini.
Industri farmasi di Italia kebanyakan berbasis keluarga, mungkin seperti Kalbe dan Sanbe di Indonesia. Menurut Aldo Braca, presiden dan CEO CDMO, BSP, industri farmasi global lahir di Italia. Farmitalia Carlo Erba dan Lepetit adalah salah satu pionir, namun tidak banyak sokongan dari pemerintah sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya. Banyak pemain skala global seperti Pfizer dan Roche, yang terkait, sedemikian rupa, dengan dua perusahaan ini.
Basilica San Petronia setinggi 45 meter
terdiri dari separuh kayu separuh marmer. Pembangungannya dimulai pada tahun
1390 dan berlangsung beberapa abad. Pada tahun 1514, bangunan ini diperkirakan
akan lebih besar dari Basilica San Pedro di Roma. Karena alasan tersebut,
pemerintah saat itu menghentikan proyek ini untuk mempertahankan basilika
terbesar tetap ada di Roma. Bangunan ini lalu selesai dibangun pada 1659 dengan
menyisakan jejak-jejak interupsi.
Saat itu Green Pass masih diterapkan. Beberapa ruang publik hanya dapat diakses jika kita dapat menunjukkan sertifikat vaksin atau hasil tes swab PCR/rapid. Mereka menyebutnya tamponi, berlaku selama 2 hari, seharga 15 Euro. Saat di Indonesia saya paling malas daftar tracing meski kadang ada kontak sedemikian rupa.
Iklan rukyah |
Alat penghitung jumlah sepeda yang melintas |
Pose depan kampus |