12 Desember 2009

Mengajar dengan Metode 'Back to the Future'

Dunia saat ini berubah secara sangat cepat. Seiring waktu berjalan, teknologi baru ditemukan dan mengubah wajah dunia. Dahulu mungkin tidak terbayang bahwa orang bisa bekerja dari rumah mereka dengan gaya SOHO (Small Office, Home Office), beberapa bahkan tidak perlu beranjak dari tempat tidur mereka untuk bekerja.

Di sisi lain, pendidikan semestinya mempersiapkan anak didik untuk menghadapi dunia yang akan dihadapi mereka kelak, bukan dunia saat ini. Sepuluh tahun lagi, ketika mereka memasuki dunia kerja, pendidikan selayaknya mempersiapkan anak didik untuk masa depan mereka. Dan bukannya mengajarkan 'sejarah'.


Adanya teknologi informasi memungkinkan para pengajar untuk menghadirkan 'masa depan' ke ruang-ruang kelas. Dengan perkembangan internet saat ini dan banyakya konten edukasi yang tersedia secara gratis, pelajar-pelajar di negara berkembang bisa mengikuti perkembangan sains dan teknologi di negara maju  Sebagai contoh, University of California at Berkeley menyediakan rekaman suara maupun video kuliahnya secara online dan dapat diunduh pula. Selain itu, Massachussets Institute of Technology (MIT) juga mengadakan program Open Course Ware (OCW). Saat ini mungkin perkembangan sains dan teknologi di negara maju bagaikan masa depan bagi penduduk di negara berkembang, namun tidak demikian halnya dengan generasi muda mereka. Kelak generasi muda di negara berkembang akan menghadapi langsung produk-produk 'masa depan' yang pada saat mereka belajar di sekolah, belum muncul di lingkungan sekitar mereka. Itulah kekuatan teknologi informasi, menghadirkan 'masa depan' untuk generasi yang akan menjalaninya kelak. Ketika masanya tiba, mereka akan siap untuk berkompetisi dan beradaptasi.

08 Desember 2009

Selamat Tinggal ISFI Karawang

Seperti diulas oleh pak Dani di blog Apotek Kita, ISFI akan mengadakan kongres terakhirnya. Nah, setelah kongres terakhir ISFI, tak ada lagi organisasi bernama ISFI, dan saya pun beberapa waktu ke depan sepertinya tak akan beredar di Karawang.

Pertama menghadiri pertemuan ISFI Karawang, 

Karawang ternyata dijadikan kawasan percontohan untuk program TATAP. Atau istilah Inggrisnya No Pharmacist No Problem.. ups No Service maksudnya. Entah apa dasar penunjukannya, yang jelas pengurus cabang di sini cukup antusias menjalankannya.
 
Ngapain aja pertemuan ISFI waktu itu? Antara lain membahas malpraktek Farmasi. Lho, yang malpraktek bukannya dokter? Eit jangan salah, di Amerika kesalahan terkait farmasi sudah banyak kasusnya. Di Indonesia masih bisa bernafas lega karena kasus malpraktek farmasi tidak ada, maksudnya tidak ada datanya. Ya ampyuun
 
Membahas PMR, bukan Palang Merah Remaja lho, tapi Patient Medical Record. Yah semampunya datang ke apotek. TATAP yang dijalankan masih TATAP Modifikasi. Tapi ya daripada tidak sama sekali.
 
Sedikit belajar bahasa Belanda juga, ada alumni tahun 70, inspannings verbintenissen (yang kurang lebih artinya tekad sungguh-sungguh) . Overmacht (keadaan memaksa). Dsb.
 
Ada sejawat senior yang senang berbagi pengalaman dan ide-idenya. Pernah dapat resep DDS? Pernah dapat kopi resep MST? Bagaimana mengatasi permasalahan membaca resep? Buat saja semacam master dari resep2 yang beredar di wilayah tersebut. Selesai, toh resep dari dokter tertentu biasanya dapat diprediksikan bukan?
 
Dari 120an orang anggota, macam-macam jenis apoteker yang hadir. Ada akang teteh senior satu almamater. Ada yang masih muda tapi sudah haji dan master. Ada juga ’Aisha’...
 
Pulangnya dapet kado pula. Yah semoga bukan termasuk rangkaian kegiatan yang superficial. 

Kira-kira begitu pertemuan pertama saya dengan ISFI Karawang.

Secara sangat subyektif, saya memandang potensi Karawang di bidang farmasi itu unik. Itu pula salah satu alasan saya bertahan 'menjadi bidan' di sebuah instansi pendidikan farmasi. Tapi jalan hidup memang tak selalu sejalan dengan rencana. Maka dalam setiap perjumpaan mestilah datang bersamanya perpisahan. Mungkin itu sebuah takdir Tuhan.

Lentera Jiwa Seorang Farmasis
Jika ini jalanku, lalu mengapa sempat terbersit ragu? Atau hanya keresahanku karena memasuki dunia yg baru?

Ingin hasil kerja Anda luar biasa? Lakukan dengan cinta. Pikirkan sesuatu yang dapat anda lakukan dengan baik. Gali dan temukan hal-hal yang dapat membuat anda jatuh cinta pada pekerjaan anda. Dari sanalah anda akan menemukan energi jiwa yang tak habis-habis.
Seperti lentera jiwa yang memanggil-manggil minat saya pada dua bidang. Media dan farmasi. Menjadi farmasis pendamping masyarakat. Menyebarkan cahaya ilmu agar terang menyinari pelosok negeri. Tapi jalan hidup lalu meredup kemudian mengarah ke jalur yang berbeda dan tak ada dalam rencana.
Panggilan hidup tetap bisa dipenuhi sebenarnya, malah boleh jadi semakin berdayaguna.

Seperti Aang yang akhirnya harus menuju negara api untuk mengembalikan perdamaian dunia. Begitulah adanya, setelah mempelajari keempat elemen, ada masanya untuk beraksi di tengah badai api.
Baiklah, saatnya kembali berlari mengejar mimpi, mari.
Kini, biarkan aku jatuh cinta pada apa yang kukerjakan.

Berkenaan dengan lembaran baru perjalanan berkarya, ada respons yang bermacam. Ada yang menyelamati, menyemangati, ada yang sampai bilang 'tinggal enaknya aja', ada juga yang entah serius entah tidak nanya masuknya bayar berapa? Ada yang bilang "Sekarang tidak ada alasan lagi untuk ....", ada yang minta ditraktir, untuk yg terakhir ini saya cuma bisa nyengir. Aneh juga melihat ada yg seakan ingin berdiri di sepatu saya, padahal saya pun terkadang ingin berdiri di sepatu orang lain. Meski bukan status palsu padahal kan status kayak gini bukan segalanya ya.
Selama ini sebetulnya ga minat sama sekali. Sekali-kalinya ikut seleksi, eh diterima, di pusat pula. Mungkin memang ini jalannya. Semoga saja nanti ada peluang untuk berkarya lebih jika bisa memasuki pusat sistem ketimbang 'teriak-teriak' di luar seperti selama ini. Kini yang terasa adalah bahagia dan takut sekaligus. Apa yang mesti ditakutkan? Berubahnya semangat dan integritas, yah anggap saja sekarang masih punya lah ya. Akankah lekang oleh waktu, tetap bersinar dan tak pudar? Akankah melupakan janji ini? Kelak akankah sama, untuk pertanyaan ini biar waktu saja yang menjawabnya. Apa yang akan anda lakukan jika hal yang membuat anda bahagia adalah juga hal yang menakutkan anda? Saat-saat dimana kita kehilangan kata-kata.Ketika merasa bahagia dan takut sekaligus dua.

Akhirnya, dengan ini mengucapkan kata-kata perpisahan. Selamat tinggal ISFI Karawang, selamat tinggal door prize, selamat tinggal materi-materi pengembangan profesi, selamat tinggal ibu 'Rianti' :p.



(sambil bertanya-tanya Seberapa pantaskah ku untuk ditunggu, untuk dinantikan)

25 November 2009

Kerja Keras adalah Energi Kita

Beberapa hari lalu, saya mampir sejenak ke kampus tempat saya menuntut ilmu dengan kerja keras di kawasan pendidikan Jatinangor. Sewaktu melewati gedung program studi geologi, saya melihat banner perayaan 50 tahun Geologi Unpad, di bawahnya ada logo Pertamina. Wah, ini adalah perusahaan minyak kita.

Jadi teringat, dulu di kampus, saya melihat mahasiswa-mahasiswa geologi sangat menghayati etos kerja keras sebagai energi. Maklum makanan sehari-harinya adalah batu cadas yg keras.

Kalau diingat-ingat, bulan ini pula tepat setahun kemarin perjalanan saya melawat ke negara tetangga kita, Malaysia. Salah satu kesan yang terlintas saat itu adalah membandingkan kondisi di sana dan di sini. Ambil saja contoh pertumbuhan dan perkembangan perusahaan minyak negaranya. Seperti diketahui, BUMN Malaysia Petronas memiliki menara kembar tertinggi di dunia, yang menjadi salah satu ikon Malaysia. Gedung ini semakin populer ketika muncul dalam film The Entrapment. Mungkin sebagai satu bentuk CSR (Corporate Social Responsibility), Petronas juga memiliki Petrosains, suatu wahana pendidikan sains yang dikemas dalam bentuk hiburan. Bagaimana Petronas dapat tumbuh sedemikian rupa dengan sumber daya energi yang tersedia di negaranya? Di negeri ini, kita bisa mendapati SPBU-SPBU Petronas bersama perusahaan asing lain seperti Shell dan lainnya, lalu adakah SPBU Pertamina di negara lain? Saya tak tahu pasti. Dengan sumber energi yang luar biasa di Indonesia, Pertamina memiliki potensi yang sangat besar untuk mewujudkan visinya menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia.

Selama lebih dari setengah abad memenuhi kebutuhan energi bangsa Indonesia, bagaimana upaya kerja keras Pertamina memperbaiki diri? Lebaran dua tahun lalu, mungkin kita masih ingat ketika Pertamina mengenalkan jargon 'mulai dari angka nol ya', atau pun juga jargon 'kita untung, bangsa untung'. Yang paling dikenal luas tentu slogan 'Pasti Pas' yang memberi rasa kepastian pada konsumen dalam menggunakan produk-produk layanan Pertamina. Slogan ini bahkan menjadi inspirasi penulisan salah satu artikel di blog Apotekkita.

Tema besar yang diusung dalam rangka HUT PT Pertamina (Persero) ke 52 adalah "Kerja Keras adalah Energi Kita." Sempat terbersit tanya, apakah Pertamina melupakan kerja cerdas dan kerja ikhlas? Apakah Pertamina percaya bahwa kerja keras sudah cukup tanpa perlu cerdas dan atau ikhlas? Awalnya saya berfikir begitu, lalu tersadar bahwa kerja cerdas itu berkaitan dengan rencana kerja atau strategi. Sementara kerja ikhlas berkaitan dengan niat yg tulus, sementara kerja keras berkaitan dengan sumber energi yang nota bene merupakan bidangnya Pertamina. Jadi saya kira hanya masalah penekanan atau pencitraan saja dari Pertamina, sehingga tak perlu rasanya kita mempertanyakan kecerdasan atau keikhlasan Pertamina.

Sebagai rakyat biasa yang tidak memiliki latar belakang industri migas, harapan saya untuk Pertamina sederhana saja. Semoga untuk mendapatkan 1 litre of gasoline tidak mesti mengeluarkan 1 litre of tears. Semoga kita tak terpuruk di tengah ancaman krisis energi, untuk itu, tidak bisa tidak, kerja keras adalah energi kita.

Pertamina Blog Contest