Yang lelaki kehilangan sosok ibu pada usia belia.
Yang perempuan ditinggalkan sosok ayah di umur yang masihlah muda.
Keduanya tumbuh. Meski dalam aliran kasih dan naungan sayang yang tak genap seperti orang lain pada umumnya.
Kemudian keduanya dipertemukan.
Kedua pribadi yang sama-sama kehilangan telah saling menemukan.
Yang satu lahir di Purwakarta, 5 tahun setelah kemerdekaan, bertepatan dengan hari pendidikan. Yang satu lahir 5 tahun setelahnya, sama-sama menjadi anak kedua dalam keluarga.
Yang satu pendiam, yang satu tak bisa diam.
Ketika hitam putih berpadu, tak perlu selalu menjelma abu-abu, tetapi cukup menjadi pelangi, berwarna-warni, seperti potongan puzzle yang saling melengkapi.
Entahlah, mungkin bila benar-benar tiba waktunya, tak akan terucap kata-kata, tak kan tertulis cerita-cerita. Yang tersisa hanya syukur yang terhaturkan pada-Nya, hanya pesona, yang tak habisnya.
Seperti pagi dan mentari.
Saat dua hati yang tertakdir untuk dipersatukan, telah saling kehilangan, mencari, dan menemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar