Seorang perempuan bernama Sore datang
dari masa depan untuk mengubah hidup suaminya, Jonathan. Demikian kisah dalam
sebuah webseries yang ditayangkan di situs Youtube.com. Webseries ini sendiri
merupakan bagian dari launching dan
perkenalan suatu produk pemanis baru yang menggunakan stevia. Lalu zat apakah stevia
itu sendiri?
Stevia adalah
nama umum yang diberikan untuk hasil ekstraksi tanaman Stevia rebaudiana bertoni, dengan nama tepatnya adalah glukosida
steviol. Tanaman ini
termasuk famili Asteráceae yang berasal dari wilayah tropis Amerika Selatan dan
sering ditemukan dalam jenis liar di beberapa negara seperti Paraguay dan
Argentina. Namun tanaman ini pun sering sengaja ditanam oleh penduduk lokal. Selama
bertahun-tahun, penduduk asli Guaraní menggunakannya pada makanan dan minuman.
Pada abad ke 16, dokter Spanyol Pedro Jaime Esteve pertama kali meneliti
dan menamai tanaman tersebut. Tiga abad kemudian, ahli kimia Paraguay Ovidio
Rebaudi mempublikasikan analisis kimia stevia untuk pertama kalinya, dan
menemukan bahwa terdapat glukosida yang dapat memberi rasa manis 200 kali lebih
dari pada gula rafinasi, namun tanpa efek merugikan bagi tubuh manusia. Stevia
adalah alternatif pengganti gula tanpa kalori yang cocok untuk penderita
diabetes karena tidak meningkatkan kadar glukosa, tapi juga tidak
mengurangkannya.
Seperti dijelaskan oleh Déborah García di elpais.com, glukosida adalah
senyawa yang disusun dari glukosa dan senyawa lainnya. "Banyak tanaman dengan
produk kimia penting seperti glukosida tidak aktif, dan jika diperlukan, produk
ini terdekomposisi dengan keberadaan air dan suatu enzim, menghasilkan gula
penting dalam metabolisme tanaman".
Sebagai salah satu bahan tambahan pangan (BTP), penggunaan stevia harus
memenuhi ketentuan yang berlaku sesuai tujuan penggunaan dan kategori pangan.
Glukosida steviol diperbolehkan digunakan sebagai pemanis sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan No 33 Tahun 2012 dan dikelompokkan dalam kelompok pemanis alami
bersama sorbitol, manitol dan silitol. Selain itu, batas maksimum penggunaannya
mengikuti ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan POM no 4 tahun 2014 tentang
Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pemanis.
BTP adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan seperti mengawetkan,
memberikan warna dan aroma, membantu
pengolahan atau untuk tujuan tertentu.
Penggunaan BTP dilakukan
seminimum mungkin sampai tercapai efek yang diinginkan, meskipun tidak
semua BTP memiliki nilai batas maksimum. Untuk itu produsen dan konsumen perlu
mengetahui dengan baik jenis BTP yang diizinkan dan aturan penggunaannya,
sehingga dapat terhindar dari risiko kesehatan.
Penentuan batas maksimum bahan-bahan kimia pada
umumnya didasarkan pada konsep yang dikembangkan oleh Theophratus von Hohenheim,
ahli kimia abad pertengahan yang lebih dikenal dengan nama Paracelcus, yakni
bahwa “Semua bahan adalah racun, tidak ada bahan tanpa sifat racun; dosis yang
tepat menentukan antara racun dan obat“.
Konsumsi stevia atau glukosida steviol telah diuji dan dianggap aman
digunakan sebagai BTP, dengan kode nomor E-960. Badan Keamanan Pangan Eropa EFSA
menyatakan bahwa dosis maksimum stevia yang dapat dikonsumsi adalah 4 mg/kg berat
tubuh.
Di Uni Eropa, stevia diizinkan digunakan sebagai pewarna, namun dilarang
dijual sebagai tanaman utuh untuk dimakan dalam bentuk infus. Stevia rebaudiana mengandung senyawa
lain yang memiliki sifat farmakologi yakni dapat mengurangi tekanan darah. Dengan
segala karakteristiknya, stevia mungkin bukan pemanis dari masa depan, namun
salah satu alternatif yang mungkin lebih baik untuk masa depan selama digunakan
sesuai ketentuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar