Senin, tanggal 28 September 2009, pihak Rumah Sakit St Thomas, London mengumumkan secara resmi kematian Lucy Vodden, wanita yang menjadi inspirasi The Beatles dalam lagu mereka yang berjudul "Lucy in the Sky with Diamonds". Dua tahun lalu, Lucy mengungkapkan bahwa ia adalah sumber inspirasi lagu tersebut pada radio BBC.
Julian Lennon, anak John Lennon, adalah teman sekelas Lucy Vodden. Ketika itu Julian yang berusia 4 tahun, pulang dari sekolah dengan membawa gambar "Lucy in the Sky with Diamonds" dan menunjukkannya kepada ayahnya gambar tersebut. John Lennon sendiri pada saat itu sedang dalam proses pembuatan lagu untuk album "Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band," album ke delapan The Beatles yang menurut banyak pengamat musik merupakan album pop paling berpengaruh sepanjang masa.
Banyak orang meyakini bahwa lagu yang menjadi hit pada tahun 1967 ini merupakan lagu pemujaan terselubung untuk LSD. John Lennon sendiri secara konsisten membantah dugaan tersebut dan menyatakan bahwa judul lagu itu terinspirasi dari Lucy Vodden, teman dari anaknnya. Demikian seperti diulas di www.snopes.com.
LSD, Obat Halusinasi
Judul lagu itu sendiri jika disingkat memang menjadi LSD (lysergic acid diethylamide). LSD merupakan sebuah obat halusinasi yang sempat populer di kalangan musisi seangkatan The Beatles dan turut serta memunculkan budaya psikedelik di tahun 1960-an.
Menurut Stephanie Murphy, peneliti dari Department English, College of Arts and Sciences, budaya psikedelik ini merupakan budaya tanding dari masa sebelumnya, yang berlandaskan pada sebuah konsep kebersamaan (peer togetherness) dan mendorong suatu bentuk aktivitas yang mencari makna kebebasan, termasuk dalam hal berfikir dan berekspresi. Dengan pengaruh halusinasinya, LSD mempengaruhi generasi psikedelik ini secara mental dan spiritual.
Artis Andy Warhol dan penulis Aldous Huxley serta Tom Wolfe mengakui bahwa karya-karya mereka dipengaruhi LSD. Sempat tercatat pula pengakuan beberapa musisi seperti Jimi Hendrix, The Doors, The Jefferson Airplane, dan The Grateful Dead, terkait pengaruh LSD pada karya-karya musik mereka. The Grateful Dead sendiri, yang pada awalnya bernama The Warlocks, mengeluarkan lagu-lagu hits dalam daftar tangga lagu saat itu.
LSD menjadi sangat terkenal pada periode 1964 sampai 1966, ketika industrialisasi, urbanisasi, dan mekanisasi sangat maju dan berkembang di Amerika. Seorang psikolog, Timothy Leary, bahkan menyerukan bahwa kedamaian dunia dapat terwujud hanya jika semua orang menggunakan obat-obatan. Timothy Leary juga mendalami relasi pengaruh pengkonsumsian LSD dengan agama serta mitologi budaya Timur.
Antara Anugerah dan Kutukan
Albert Hofmann, yang menemukan LSD pada 1938, mungkin salah satu orang yang dapat menyatakan klaim bahwa ia telah mengubah dunia. Secara langsung maupun tidak langsung, LSD berperan dalam proses penemuan-penemuan penting seperti tetikus komputer oleh Douglas Englebart ataupun struktur DNA oleh Francis Crick. Seperti diulas di Wired.com, pada sebuah konferensi pers, Hofmann mengungkapkan bahwa Kary Mullis menyatakan bahwa LSD membantunya mengembangkan teknik PCR (polymerase chain reaction). Teknik PCR ini berguna untuk membantu amplifikasi urutan DNA spesifik yang menjadi dasar analisis DNA forensik untuk mengenali identitas jenazah buronan polisi.
Berakhirnya paten LSD pada 1963 membuat LSD dapat dibuat secara bebas. Sebelum dinyatakan illegal pada 1966, banyak terapis memuji LSD sebagai obat ajaib untuk psikoterapi. Namun pada 16 Oktober 1966 di California, LSD dimasukkan ke dalam schedule-1 drug, yang dianggap tidak memiliki 'nilai medis atau ilmiah', meskipun terdapat lebih dari 1000 publikasi makalah ilmiah yang membahas penggunaan LSD pada lebih dari 40,000 pasien schizophrenia, depresi, alkoholisme dan penyakit lain. Hofmann sendiri adalah pemrotes keras pelarangan total LSD. Menurutnya “Untuk keperluan psikologis dan penelitian lebih lanjut, penggunaan LSD seharusnya dilegalkan”.
Hofmann meyakini bahwa LSD, adalah hal yang dapat menjembatani sekat yang berkembang antara dunia materi dan spiritual. “Aspek materi dari realitas bukanlah segalanya,” ujar Hofmann. “Adalah aspek spiritual yang sama pentingnya. Tapi di dunia kita yang rasional, orang-orang kehilangan kontak dengan realitas semacam itu.” “Sebagaimana kita memerlukan obat-obatan untuk mengatur bermacam sistem fisiologis kita, kita juga memerlukannya untuk merangsang perasaan religius pula.” ungkapnya suatu ketika. Hofmann kerap dilanda keraguan mengenai obat temuannya itu, apakah obat ini merupakan anugerah atau kutukan untuk umat manusia. Ia membandingkan LSD dengan temuannya yang lain, yakni Metergin, Dihidroergotamin, dan Hidergin, yang tak menimbulkan beragam masalah dan menjadi obat-obat yang berguna dalam terapi. Albert Hofmann meninggal dunia tahun lalu pada usia 102 tahun. Hofmann meninggal di kediamannya di Basel setelah menderita serangan jantung.
Pihak medis Swiss kini telah memberikan persetujuan pada dokter untuk melakukan pengujian psikoterapi yang dibantu LSD pada pasien yang menderita kanker stadium lanjut dan penyakit sejenisnya. Ini akan menjadi penelitian yang diakui pemerintah yang pertama sejak 35 tahun. Pengujian ini disponsori oleh Multidisciplinary Association for Psychedelic Studies (MAPS) dan menelan biaya sekitar $150,000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar