08 Februari 2008

Apoteker Tanpa Obat

Ketika mendengar kata apoteker, yang umumnya terlintas adalah apotek dan itu biasanya berkaitan dengan obat. Apoteker tanpa obat adalah paradigma baru tentang apoteker. Pelayanannya lebih kepada jasa informasi obat, dan tidak terlalu banyak menangani penyerahan obat. Yang diberikan adalah keahlian profesi, tidak banyak memberikan barang komoditi. Layaknya profesi yang lain, seperti akuntan, dokter, psikolog, profesi umumnya (dan seharusnya memang) “menjual” keahlian profesi. Maka apoteker dapat menjadi apoteker tanpa perlu berada/bekerja di apotek. Dimanapun berada, apoteker dapat memberikan layanan informasi obat sesuai keahlian profesinya. Sesuai prinsip seven star pharmacy, apoteker haruslah seorang komunikator dan care giver yang baik. Pelayanan kefarmasian bukan hanya pengadaan dan penyerahan obat, tapi juga pelayanan informasi obat. Sebagian besar biaya dalam pengobatan adalah pada faktor obat. Dengan kapasitas yang dimiliki, apoteker dapat berperan banyak dalam penghematan biaya dan penjagaan mutu pengobatan pasien. Pasien umumnya tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mempertanyakan keputusan pengobatan yang diambil tenaga medis. Apoteker adalah ujung tombak dalam pengobatan untuk memastikan pengobatan berjalan dengan murah, namun terjamin. Apoteker bahkan dapat mengganti obat bermerek dengan obat generik jika diperlukan, sesuai peraturan yang berlaku. Hingga sebuah apotek disebut baik karena apotekernya berkompeten, dan bukan (hanya) karena koleksi obatnya lengkap dan murah, atau apoteknya buka 24 jam. Apoteker tanpa obat berarti apoteker yang tidak didikte oleh obat, apoteker yang mengelola obat, yang paling tahu tentang obat.

2 komentar:

  1. Saya sangat setuju dengan pendapat anda. Yang sekarang terjadi karena kesalahan kita juga, membiarkan sawahladang kita diambil orang. Tugas kita bersama untuk mengembalikan ke jalan yang benar. Tidak ada kata sulit kalau kita tidak pernah mengatakan sulit. Mari kita sama sama berjuang.

    BalasHapus
  2. Iya mas, Saya prihatin sekali, apoteker itu sering disalahpahami keberadaannya. Kompetensinya jadi nyaris ga punya peran apa-apa di masyarakat.

    Terima kasih atas komentarnya

    BalasHapus