Setiap manusia dalam hidupnya selalu mencari kebahagiaan. Sepanjang sejarah perjalanan hidup manusia selalu mempunyai satu tujuan, yakni mencapai kebahagiaan. Namun demikian, setiap jalan yang ditempuh seakan malah menjauhkan manusia dari kebahagiaan itu sendiri. Ketika berada pada satu kondisi, umumnya manusia akan merasa bahagia saat mampu mencapai kondisi satu tingkat di atas kondisinya saat itu. Namun ternyata pula, ketika berhasil mencapai tingkat yang lebih tinggi itu, kebahagiaan tidak ditemui. Rasa haus kembali muncul, puncak kebahagiaan masih jauh dari rengkuhan. Entah sampai kapan siklus ini berakhir, seperti Sisifus yang terus menerus mendorong batu ke atas bukit, hanya untuk melihatnya tergelincir, lalu kembali mendorongnya ke atas bukit.
Apa itu kebahagiaan? Jawaban untuk pertanyaan ini bisa sebanyak jumlah manusia di bumi. Buat sepasang kekasih, bahagia itu bersama pasangannya betapapun keadaannya. Untuk seorang pencari pekerjaan, bahagia itu bila mendapatkan pekerjaan. Buat seorang bujangan, bahagia itu saat telah menikah. Tapi sebagian besar memproyeksikan kebahagiaan pada sesuatu yang ingin dicapai, sesuatu yang belum dimiliki. Wajar sekali dan sangat sesuai dengan fitrah manusia.
Jika bahagia berarti bertemunya harapan dengan kenyataan, maka untuk mendapatkan kebahagiaan, ada dua cara yang dapat dilakukan. Intinya adalah mempertemukan harapan dengan kenyataan. Baik dengan meninggikan kualitas kenyataan, atau dengan menurunkan standar harapan.
Jika yang pertama dilakukan dengan memberi maka yang kedua dilakukan dengan menerima. Sederhananya, bayangkan kita punya uang sekadarnya dan memiliki dua pilihan tempat makan, yang satu tempatnya kita idamkan namun mahal dan uang kita tidak cukup, sementara yang kedua murah seadanya sesuai keuangan kita. Kita bisa menambah jumlah uang sehingga layak untuk makan di tempat yang kita idamkan. Atau kita dapat langsung menuju tempat makan yang sesuai dengan kondisi keuangan kita.
Cara paling mudah untuk bahagia adalah menerima. Semua orang bisa melakukannya. Menjadi sukses memang bisa menjadi sumber kebahagiaan, tapi tak semua orang bisa melakukannya. Tapi semua orang bisa menerima, semua orang bisa bahagia. Ketika kalah, kalahlah dengan baik. Jadilah orang biasa yang berbahagia. Yang bisa tersenyum dengan hal-hal yang sederhana.
~yang ingin bahagia dengan cara yang sederhana~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar