Sebuah lowongan pekerjaan di sebuah koran nasional, bertuliskan “Syarat : Wanita”. Yang membuat saya bertanya. Mengapa mesti wanita? Seorang kawan berkata karena begini dan begitu. Lalu teringat sebuah milis membahas tentang wanita, berdasarkan diskusi di milis tersebut, wanita lebih sabar karena peran fluktuasi hormonal estrogen-progesteron yang mempengaruhi profil serotonin-endorfin. Lalu, wanita lebih rasional karena berpikir dengan sangat sistematis, sehingga pada kasus depresi wanita juga berinsidensi lebih tinggi. Namun, bak pisau bermata 2, rasionalitas yang tinggi pada wanita akan menjadikan dirinya terlampau banyak pertimbangan, berhati-hati, curiga, waspada senantiasa dan akhirnya cemas dan tertekan. Ini mengakibatkan tindakannya yang di luar domain "wajar" yang sering menyudutkan dirinya sebagai makhluk emosional. Sebuah argumen salah, yang benar adalah terlalu rasional. Yah, itu sih menurut diskusi di sebuah milis. Pendapat lain tentu banyak di luar sana.
Sebuah artikel di Netsains menyebutkan bahwa
Bidang profesi farmasi sendiri begitu luas dan memiliki karakteristik sendiri yang boleh jadi mungkin dirasa lebih cocok untuk satu gender tertentu. Tapi di zaman kesetaraan gender sekarang ini? Sebenarnya tanpa disyaratkan pun, pasti lebih banyak farmasis berjenis perempuan daripada laki-laki. Sudah jadi rahasia umum, kampus farmasi adalah kampus dengan mayoritas perempuan. Yang jelas, perempuan bukanlah racun dunia, melainkan perhiasan yang paling indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar