24 Februari 2008

Cara Paling Mudah untuk Bahagia



Setiap manusia dalam hidupnya selalu mencari kebahagiaan. Sepanjang sejarah perjalanan hidup manusia selalu mempunyai satu tujuan, yakni mencapai kebahagiaan. Namun demikian, setiap jalan yang ditempuh seakan malah menjauhkan manusia dari kebahagiaan itu sendiri. Ketika berada pada satu kondisi, umumnya manusia akan merasa bahagia saat mampu mencapai kondisi satu tingkat di atas kondisinya saat itu. Namun ternyata pula, ketika berhasil mencapai tingkat yang lebih tinggi itu, kebahagiaan tidak ditemui. Rasa haus kembali muncul, puncak kebahagiaan masih jauh dari rengkuhan. Entah sampai kapan siklus ini berakhir, seperti Sisifus yang terus menerus mendorong batu ke atas bukit, hanya untuk melihatnya tergelincir, lalu kembali mendorongnya ke atas bukit.



Apa itu kebahagiaan? Jawaban untuk pertanyaan ini bisa sebanyak jumlah manusia di bumi. Buat sepasang kekasih, bahagia itu bersama pasangannya betapapun keadaannya. Untuk seorang pencari pekerjaan, bahagia itu bila mendapatkan pekerjaan. Buat seorang bujangan, bahagia itu saat telah menikah. Tapi sebagian besar memproyeksikan kebahagiaan pada sesuatu yang ingin dicapai, sesuatu yang belum dimiliki. Wajar sekali dan sangat sesuai dengan fitrah manusia.



Jika bahagia berarti bertemunya harapan dengan kenyataan, maka untuk mendapatkan kebahagiaan, ada dua cara yang dapat dilakukan. Intinya adalah mempertemukan harapan dengan kenyataan. Baik dengan meninggikan kualitas kenyataan, atau dengan menurunkan standar harapan.



Jika yang pertama dilakukan dengan memberi maka yang kedua dilakukan dengan menerima. Sederhananya, bayangkan kita punya uang sekadarnya dan memiliki dua pilihan tempat makan, yang satu tempatnya kita idamkan namun mahal dan uang kita tidak cukup, sementara yang kedua murah seadanya sesuai keuangan kita. Kita bisa menambah jumlah uang sehingga layak untuk makan di tempat yang kita idamkan. Atau kita dapat langsung menuju tempat makan yang sesuai dengan kondisi keuangan kita.



Cara paling mudah untuk bahagia adalah menerima. Semua orang bisa melakukannya. Menjadi sukses memang bisa menjadi sumber kebahagiaan, tapi tak semua orang bisa melakukannya. Tapi semua orang bisa menerima, semua orang bisa bahagia. Ketika kalah, kalahlah dengan baik. Jadilah orang biasa yang berbahagia. Yang bisa tersenyum dengan hal-hal yang sederhana.





~yang ingin bahagia dengan cara yang sederhana~


Penerapan Hukum pada Tenaga Kesehatan

Koran Radar Karawang edisi 1 Desember 2007 memuat berita di daerah Subang tentang seorang murid SD yang meninggal dunia beberapa hari setelah diimunisasi. Dengan tidak melupakan faktor takdir, kematian seorang anak kecil setelah diberikan imunisasi membuat kita bertanya tentang apa yang telah terjadi sesungguhnya. Bagaimana sebuah tindakan pencegahan penyakit kemudian ternyata diikuti oleh sebuah kematian.

Ketika terdapat suatu hasil pengobatan yang tak diinginkan, tenaga kesehatan yang bersangkutan tidak dapat begitu saja dicap melakukan tindakan malpraktek sebelum dapat dibuktikan di hadapan pengadilan. Dalam kaidah-kaidah hukum, kita mengenal azas praduga tak bersalah yang diterapkan pada setiap anggota masyarakat termasuk tenaga kesehatan. Dalam proses peradilan, seorang terdakwa atau tersangka harus dianggap tidak bersalah sampai dapat dibuktikan kesalahannya dengan jelas. Bukti-bukti yang diajukan pun tidak hanya harus ada, tapi juga harus memenuhi syarat, sah dan meyakinkan.

Namun pada tataran realitas, pasien yang mengalami malpraktek biasanya sulit untuk memperoleh bukti-bukti karena keawaman pasien dalam persoalan medis. Oleh karena itu dalam proses peradilan, hakim dapat meminta pendapat saksi ahli dari kalangan profesi kedokteran dan bila perlu, hakim dapat meminta kesaksian ahli lain untuk mendapatkan bukti-bukti yang sah dan meyakinkan. Dalam proses ini, azas praduga tak bersalah tetap dipegang, tenaga kesehatan yang bersangkutan tetap dianggap tak bersalah sampai dapat dibuktikan lain.

Kondisi yang agak berbeda terjadi apabila kasus terkait demikian jelas menunjukkan adanya kelalaian tenaga kesehatan. Dalam arti apabila secara nyata atau berdasarkan pengetahuan awam dapat terlihat suatu kelalaian dari tenaga kesehatan yang terjadi dalam proses pengobatan, maka beban pembuktian menjadi berpindah di tangan terdakwa. Dalam keadaan seperti ini, terdakwa diberikan kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah karena azas praduga tak bersalah berbalik menjadi praduga terjadi kesalahan. Jadi beban pembuktian tidak berada di pihak pasien sebagai penggugat, namun pada pihak tenaga kesehatan yang menjadi terdakwa. Hal ini dimungkinkan apabila kesalahan yang terjadi sudah demikian jelas sehingga pembuktian dari pasien tidak diperlukan lagi.

Yang perlu dipahami sebagai titik awal adalah bahwa penerapan hukum terhadap tenaga kesehatan dimaksudkan untuk melayani kepentingan kedua belah pihak baik tenaga kesehatan maupun pasien dan menjamin perlindungan dan kepastian hukum. Dan lebih jauh lagi dimaksudkan untuk lebih mengasah dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan sendiri.

Pada akhirnya kita berharap pada tenaga kesehatan untuk senantiasa meningkatkan profesionalisme dan menjaga nilai-nilai luhur etika profesi dalam menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur tenaga kesehatan. Semoga.

23 Februari 2008

Wawancara dengan Dekan Farmasi Unpad

Saat berkelana di jagad maya, saya menemukan petikan wawancara dengan Pak Anas, Dekan Farmasi Unpad tentang Obat Palsu.

Ini kutipannya dari sebuah blog.


Untuk mengulas masalah ini, wartawan Jatinangor, San Yasdi mewawancarai Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc., bertempat di ruang seminar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jumat (13/10) siang. Pria yang lahir di Ciamis pada tanggal 19 Juli 1952 dan bertempat tinggal di Jl. Anggrek No. 3, Blok I, Bumi Rancaekek Kencana Bandung ini adalah Guru Besar di bidang farmakologi dan juga Ketua Jurusan Fakultas Farmasi Unpad. Beliau juga alumni dari jurusan Farmasi Unpad tahun 1982.



Berikut petikan wawancaranya:

Mengapa masalah kosmetik dan obat-obatan palsu baru marak akhir-akhir ini padahal masalah ini terjadi tiap tahun?

Badan POM adalah badan yang berwenang untuk masalah ini. Biasanya tiap tahun BPOM mengagendakan sidak sekali atau dua kali ke tempat-tempat yang dicurigai menjual obat-obatan dan kosmetik palsu. BPOM akan melakukan inspeksi apabila ada pengaduan dari masyarakat mengenai keberadaan obat-obatan dan kosmetik palsu oleh karena itu mungkin masalah ini baru terdengar sekarang ini.

Apakah pembuatan obat palsu itu mudah sehingga mudah didapatkan di pasaran?

Mudah sekali. Dulu ada kasus tablet parasetamol palsu. Obat ini ternyata tidak mengandung apa-apa selain amilum. Obat itu dilabeli tulisan 500 miligram dan masyarakat yang mengonsumsinya tidak merasakan khasiat apa-apa.

Apakah orang yang bukan dari farmasi dapat membuatnya?

Tentu bisa. Jika orang itu memiliki pengetahuan mengenai farmasi terutama pembuatan tablet, dia dapat membuatnya. Apabila dia memiliki alat cetak dan kapsul, hal tersebut mudah sekali dilakukan.

Kenapa obat-obatan dan kosmetik palsu mudah sekali didapatkan di pasar dan masalah ini merupakan masalah yang berulang kali terjadi?

Ini terjadi karena orang-orang yang nakal. Banyak industri kecil atau industri rumah tangga yang membuatnya dan ingin mengeruk keuntungan dari konsumen. Masalah ini sulit diselesaikan karena sudah lama terjadi dan cukup luas penyebarannya. BPOM baru akan bekerja apabila ada pengaduan dari masyarkat.

Apakah tanda registrasi pada obat dan kosmetik mudah dipalsukan sehingga banyak masyarakat yang tertipu?

Bisa saja. Tapi produk-produk itu akan diperiksa oleh Balai Besar POM (khususnya Jawa Barat) apakah produk tersebut terdaftar di dokumen registrasi. Apabila setelah dicek nama obat itu tidak terdaftar, baru obat itu akan ditarik dari pasaran.

Menurut Anda sudah sejauh manakah penyebaran obat-dan kosmetik palsu?

Masalah ini sudah lama terjadi sehingga penyebarannya sudah sangat luas sekali dan tidak akan dapat terselesaikan dengan mudah apabila tidak ada kerja sama antara konsumen dengan BPOM untuk menumpas produsen obat dan kosmetik palsu.

Apakah ada takaran untuk unsur tertentu untuk menyebut obat dan kosmetik itu berbahaya?

Untuk kosmetik, ada takaran tertentu. Umumnya kosmetik pemutih wajah. Di dalamnya terkandung unsur hodroquinon dan merkuri. Ada takaran tertentu sekitar 2 % untuk batas aman pemakaian. Umumnya kosmetik dan obat palsu memiliki dosis tinggi di luar batas yang ditentukan sehingga membahayakan konsumen.

Gejala-gejala yang ditimbulkan kosmetik palsu?

Kita dapat membandingkan mana kosmetik palsu dengan kosmetik asli dari efek pemakaian. Apabila yang palsu, efeknya umumnya cepat terjadi. Misalnya pada pemakaian kosmetik pemutih wajah. Ada konsumen yang wajahnya memutih dalam seminggu atau sebulan, namun apabila dia tidak memakai kosmetik itu wajahnya akan memerah, timbul jerawat, menghitam dan banyak lagi sehingga ia mengalami ketergantungan terhadap produk itu. Namun ada beberapa yang kosmetik dan obat palsu yang tidak memiliki efek sama sekali karena tidak memiliki kandungan yang berkhasiat, hanya ditempeli merek yang sama dengan merek yang asli lalu dijual ke pasar.

Terkadang iklan menipu, terutama obat. Dulu saya pernah menulis di koran tentang iklan obat supaya jangan disamakan dengan iklan produk lain. Obat itu berhubungan dengan keadaan jiwa seseorang. Misalnya konsumen berlebihan mengonsumsi obat tertentu, dia akan keracunan bahkan sampai menimbulkan kematian. Oleh karena itu harus dibatasi pemakaiannya.

Bagaimana cara masyarakat membedakan antara obat dan kosmetik palsu dengan produk yang asli?

Kalau pemalsu itu cerdik, kita sulit membedakannya. Hal itu dapat dilihat dari nomor registrasi dan perbandingan kandungan. Apabila ada dua produk dengan merek sama namun khasiat berbeda, hal itu patut dicurigai. Efek yang merugikan juga pasti dirasakan oleh konsumen obat dan kosmetik palsu.

Kenapa iklan obat di koran-koran seperti obat peninggi badan, pelangsing dan pemutih wajah masih bisa lolos dari BPOM di pasaran walaupun sudah terbukti produk tersebut tidak berkhasiat?

Memang umumnya iklan-iklan seperti itu bohong. Kita tidak bisa menyalahkan BPOM mengenai kenapa produk-produk tersebut masih bisa beredar di pasaran. Iklan itu harusnya bersifat mendidik dan jangan memikirkan unsur komersialisasi saja. Masyarakat juga harus pintar memilih produk.

Solusi agar hal ini tidak terjadi lagi di masyarakat?

Pertama, pengawasan dari BPOM. Kedua, masyarakat harus cepat tanggap bila menemukan obat dan kosmetik palsu. Mereka harus melaporkan ke BPOM secepat mungkin agar masalah ini bisa cepat diselesaikan. Ketiga, dihimbau agar para produsen obat dan kosmetik, terutama produsen obat dan kosmetik palsu, agar mementingkan kesehatan dan keselamatan konsumen. Jangan hanya memikirkan bagaimana menarik keuntungan sebesar mungkin.


Sedikit dari saya.

Di atas ditulis Ketua Jurusan Fakultas Farmasi Unpad. Saat ini Ketua Jurusan tidak dipakai lagi karena sudah menjadi Dekan. Ini berhubungan dengan status Farmasi Unpad yang telah beralih dari jurusan menjadi fakultas.

Sedalam yang saya kenal, Pak Anas itu pemimpin yang kooperatif dan mengayomi.

Fajar Ramadhitya Putera

~yang pernah jadi Bimbingannya Pak Anas~

20 Februari 2008

Bagaimana Sebaiknya Kita Memaknai Kesehatan



Kesehatan adalah salah satu aset dasar yang menyertai kehidupan. Karena itu, kesehatan selayaknya pula dimaknai dan dihargai sebagaimana kita menghargai kehidupan. Sepanjang sejarah manusia, kesehatan selalu menjadi salah satu perhatian utama dalam hidup. Namun juga ternyata sebagian kita belum memahami cara merawat kesehatan yang kita miliki. Karena meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor, ada faktor tertentu yang berpengaruh besar pada kondisi kesehatan seseorang. Perkembangan penelitian di bidang ilmu kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa faktor perilaku individu memiliki peran yang signifikan dalam menentukan kualitas kesehatan seseorang, selain faktor keturunan atau faktor pelayanan kesehatan. Faktor perilaku individu ini adalah faktor dominan yang sangat menentukan dalam artian, meskipun faktor keturunan dan faktor layanan kesehatan sudah memadai, tapi jika faktor perilaku individu kurang diperhatikan, maka faktor-faktor tersebut tidak dapat berfungsi optimal. Manusia adalah mahluk yang tidak saja dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan, tapi manusia memiliki kemampuan untuk bertindak sendiri, kemampuan untuk memilih apa yang dapat memberikan manfaat paling baik untuk hidupnya. Sekaligus kemampuan untuk memilih tindakan yang berbeda dari sebelumnya.


Lalu perilaku bagaimana yang meningkatkan derajat kesehatan? Secara sederhana paling tidak ada dua aspek dalam kesehatan yakni jasmani dan ruhani. Untuk sehat secara jasmani, perilaku sehat secara umum meliputi pemenuhan gizi yang baik, olahraga teratur dan istirahat yang cukup. Kata kuncinya sebenarnya sederhana saja, yakni teratur dan mencukupi. Sementara untuk dapat sehat secara rohani, kesehatan akan tercapai jika manusia memiliki kedamaian dalam hidup. Ini dapat dicapai dengan menjalani hidup lurus sesuai fitrah manusia. Hanya dengan ini, manusia akan memiliki kebermaknaan hidup, dan pada akhirnya kedamaian dalam diri. Manusia sehat paripurna adalah manusia yang mampu menjalani hidup dengan ketenangan dan kebahagiaan sejati. Sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan keimanan dan kebajikan hati.


Mengenggam Masa Lalu

ketika selamanya pun harus berakhir

akhirilah dengan indah

kau harus relakan

setiap kepingan waktu dan kenangan

(Jikustik)



Masa lalu adalah apa yang membentuk kita saat ini. Hora! Mae wo mitegoran. Are ga anata no mirai. Look! Look at what's before you. That over there is your future (Kiroro). Motivator Mario Teguh mengatakan bahwa kalau bisa mengulang kesalahannya, akan ia ulang, tapi ia akan melakukannya lebih cepat. Yang penting sebenarnya bukan soal menggenggam atau melepaskan masa lalu, tapi apa yang anda lakukan selanjutnya dengan itu.

Jika dengan menggenggam masa lalu, anda menjadi lebih matang, lebih berhati-hati dan lebih bijak, tentu itu hal yang baik bukan? Jangan seperti Malin Kundang, yang setelah besar dan berkuasa, melupakan asal-usulnya. Lupa siapa yang menjadikannya seperti saat ini. Rasanya masa lalu memang untuk dikenang, sebagai bahan bakar untuk melesat sejauh-jauhnya, setinggi-tingginya.

Kadang, masa lalu memang mesti digenggam erat seerat-eratnya.


Health Problems in Indonesia


Heal the world, make it better place

for you and for me and the entire human race

there are people dying if you care enough for the living

make a better place for you and for me

(Michael Jackson-Heal the World)


First two weeks of January 2007, there are bird flu cases in many area including Jakarta. And then Dengue Hameorrhagic Fever (DHF). According to Depkes (Health Department), up until 31 January 2007, DHF has caused 144 death from 8.019 patients. Yet health problem in Indonesia is far much bigger and complex than bird flu and DHF. Anemia, diarrhea and TBC for example. Today there are about 20 million heart problem patients in Indonesia and it had caused 30% death in Java and Bali. Infectious disease and parasites is the causes of 22% death. In the year 2005, Indonesia have 5 million children suffering inadequate nutrition. Unhealthy environment yields 557.000 new TBC cases every year. About 250.000 of them was infectious TBC. Every year, there are 100.000 death of children cause of diarrhea leads by bad sanitation and no access for clean water. Health insurance issues, unrational drug use, fake drugs is another health problems in Indonesia.



What pharmacist can do to help? Providing high quality drug with low prices and equal distribution chain. Promoting rational drug use to patient and physician. Developing rational pricing policy. Strengthen the surveillance of drug industry. Developing health insurance for all citizens. It will be an enormous task, it will be hard but it is possible. Together we can.


Literature : http://strategic-manage.com


16 Februari 2008

Suatu Siang di Cikarang

I'll never forget the sound that night

the screamin tyres, the bustin glass

the painful scream that i heard last

(Pearl Jam-Last Kiss)




Hujan yang dalam beberapa hari lalu mengguyur Ibukota dan sekitarnya merusak jalan dan membuat lubang di jalanan semakin banyak.

Ya. Jalan berlubang. Sebuah potensi berbahaya di jalan raya. Seperti yang saya alami beberapa hari lalu.

Suatu siang saat sedang melintas di sekitar Cikarang. Ada sebuah lubang yang tak sempat dihindari. Brakkk, saya terjatuh di tengah jalan. Ya Allah, bukannya di belakang saya ada mobil yang tengah melaju?

Rasanya selama sepersekian detik saya seakan menanti sebuah benturan muncul dari belakang.

Sampai kemudian tersadar untuk cepat-cepat berdiri dan menepi. Seorang pemuda menghampiri saya dan membantu menepi.

Hasilnya? Luka lecet di bagian femur dan lainnya. Untung pake sarung tangan sehingga meta karpal tak apa-apa, sarung tangannya sih agak robek. Sebagian besar hanya lecet walaupun ada juga yang sampai mengeluarkan heme.

Untung ada warung di sekitar kejadian. Ibu penjaga warung tempat saya beli povidon iodin dan plester malah bercerita tentang kecelakaan dua orang pada beberapa hari sebelumnya dan menyebabkan luka yang lebih serius, bahkan sampai meninggal. Wah, parah juga ya.

Beberapa hari setelahnya, jadi agak tidak ngebut lagi…


Hanya agak bingung, mesti bersyukur atau bersabar

Saat tulisan ini dibuat, masih terasa sakit


aw aw aw ih ih ih ih


Some quotes :

"hati-hati aja bang, kl lewat sini"

"blum biasa lewat sini ya?"

"udah banyak yang jatuh gara-gara lobang"

12 Februari 2008

Sekolah Kehidupan

Non Scoale Sed Vitae Discimus. Jika diterjemahkan secara bebas, kira-kira kutipan itu artinya, bahwa sekolah itu bukan untuk mencari nilai, tapi untuk kehidupan itu sendiri. Istilah sekolah juga sebenarnya berarti waktu luang, karena dulu orang Yunani memanfaatkan waktu luang untuk menitipkan anak-anak mereka untuk diajari. Kini, rasanya sekolah sulit diartikan sebagai waktu luang. Sekolah adalah kewajiban, sekolah adalah rutinitas. Lebih luas lagi, pendidikan, termasuk kuliah mestinya juga bukan (sekedar) mencari nilai atau gelar, tapi (juga) untuk mencari nilai-nilai. Berbedakah antara ”nilai” dengan ”nilai-nilai”? Mestinya berbeda, nilai semata hanya menunjukkan proses belajar yang kering. Sekolah sangat bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran nilai-nilai kehidupan. Dimana manusia tidak saja diajari membaca huruf, tapi bagaimana membaca buku raksasa kehidupan.


Berbincang tentang sekolah dan kehidupan. Mungkin sejatinya kehidupan ini adalah sekolah paling luas dengan waktu belajar seumur hidup, diajar oleh setiap insan dengan kurikulum kehidupan. Karena itu, setiap orang adalah guru, dan guru yang paling mempengaruhi seringkali hanyalah orang biasa, ketika guru serupa itu meniadakan jarak antara idealita dan realita. Yang mengajarkan bahwa manusia-manusia bumi bisa terbang ke negeri di awan. Guru-guru yang paling mempengaruhi seseorang seringkali bukanlah nama besar yang telah dikenal banyak orang, bukan berarti mengecilkan peran mereka, tapi guru-guru biasa inilah yang mengajar dalam arti yang paling sederhana. Karena yang diajarkannya bisa dilihat langsung dengan mata kepala.

Waktu itu banyak belajar tentang keluasan hati dari seseorang mahasiswa tingkat akhir di kampus. Belajar tentang menghargai waktu dari seorang adik kelas di fakultas. Seorang guru mengingatkan untuk tidak takut bermimpi dan membaginya. Berkenaan dengan semangat dan keteguhan, rasanya akan terkenang dengan seorang teman satu kostan dulu. Dan mereka adalah orang-orang biasa, bukan orang hebat ternama, meski mungkin kelak mereka akan menjadi orang besar berikutnya. Memang banyak pengajaran dan hikmah dari tulisan-tulisan kaya makna, atau ceramah-ceramah yang menggugah. Tapi seringkali sulit dalam mewujudkan itu ke tataran realita. Namun ketika bertemu dengan ”guru-guru” orang biasa ini, akhirnya mampu mewujudkan nilai-nilai langit itu. Karena tindakan memang lebih menggerakkan dari kata-kata. Seperti keseharian memang lebih jujur tentang diri dari pada momen-momen penuh gempita.

Pada hakikatnya, wisuda hanyalah seremonia, karena belajar itu seumur hidup



Terimakasih Guru Kami

Kepada semua pendidik di seluruh dunia

Terimakasih guru kami

Terimakasih atas semua pengabdian, Terimakasih atas jasa-jasa dan pengorbanan, Terimakasih atas tangan lembut membimbing, Terimakasih atas langkah ikhlas mengajari

Terimakasih guru kami

Sebuah surat sederhana yang ditulis untuk guru kami, sebagai bentuk penghargaan yang tak sebanding dengan semua yang telah diberikan. Menyadari bahwa kami menjadi berarti melalui perantaraan guru-guru kami. Peran serta guru kami membentuk dan memoles pribadi kami, mengajari kami keterampilan hidup dan kemampuan berkarya. Terimakasih atas semuanya.

Menyertai sebentuk penghargaan kami, terimakasih guru kami

Make Hate


We loved some many yet hated so much (Chrono Cross)

Hate is something unseparable from love. So, when we talk about love, we are also talking about hate. If we love someone, we hate anything that will harm him/her. Love and hate is two sides of a coin. We love good deeds, so we hate bad deeds. That's simple. So every lesson about love is also lesson about hate in the meaning. If love is a sweet torment, so is hate, in it's context. If love means to give than hate means to take. Love and hate is one thing, it just had two faces.



Btw, Judul di atas sebaiknya dibaca dalam bahasa sunda, bukan dalam bahasa Inggris

08 Februari 2008

Apoteker Tanpa Obat

Ketika mendengar kata apoteker, yang umumnya terlintas adalah apotek dan itu biasanya berkaitan dengan obat. Apoteker tanpa obat adalah paradigma baru tentang apoteker. Pelayanannya lebih kepada jasa informasi obat, dan tidak terlalu banyak menangani penyerahan obat. Yang diberikan adalah keahlian profesi, tidak banyak memberikan barang komoditi. Layaknya profesi yang lain, seperti akuntan, dokter, psikolog, profesi umumnya (dan seharusnya memang) “menjual” keahlian profesi. Maka apoteker dapat menjadi apoteker tanpa perlu berada/bekerja di apotek. Dimanapun berada, apoteker dapat memberikan layanan informasi obat sesuai keahlian profesinya. Sesuai prinsip seven star pharmacy, apoteker haruslah seorang komunikator dan care giver yang baik. Pelayanan kefarmasian bukan hanya pengadaan dan penyerahan obat, tapi juga pelayanan informasi obat. Sebagian besar biaya dalam pengobatan adalah pada faktor obat. Dengan kapasitas yang dimiliki, apoteker dapat berperan banyak dalam penghematan biaya dan penjagaan mutu pengobatan pasien. Pasien umumnya tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mempertanyakan keputusan pengobatan yang diambil tenaga medis. Apoteker adalah ujung tombak dalam pengobatan untuk memastikan pengobatan berjalan dengan murah, namun terjamin. Apoteker bahkan dapat mengganti obat bermerek dengan obat generik jika diperlukan, sesuai peraturan yang berlaku. Hingga sebuah apotek disebut baik karena apotekernya berkompeten, dan bukan (hanya) karena koleksi obatnya lengkap dan murah, atau apoteknya buka 24 jam. Apoteker tanpa obat berarti apoteker yang tidak didikte oleh obat, apoteker yang mengelola obat, yang paling tahu tentang obat.

05 Februari 2008

Presiden SBY Kunjungi Karawang


Jumat 1 Februari 2008, Presiden SBY Kunjungi Karawang.

Sempat mampir ke desa Ciranggon, Kec Majalaya. Juga ke Pasar Baru Karawang dan mengunjungi pabrik tahu.

Saya sendiri di hari itu menjalani agenda rutin pekanan.

Faj : Wah, kok kita tak ketemu ya pak?