13 Desember 2009

putih abu-abu dan sepatu hitam

Banyak orang merasa masa-masa SMA adalah masa-masa paling indah, masa menjalin kisah-kasih di sekolah. Seperti sebuah judul film, Gita Cinta dari SMA. Buat saya masa SMA tidak demikian berbunga-bunga. Tidak ada cerita serupa Galih dan Ratna yang cintanya bersemi dari SMA. Rasanya tidak banyak cerita menarik semasa SMA. Apalagi waktu SMA saya tidak begitu cemerlang di pelajaran, khususnya pelajaran olahraga :p

Meski sebenarnya ada banyak cerita untuk dikenang selamanya, mulai dari ketika masih anak sekolah satu SMA. Jaman-jamannya dengerin Prambors sama baca Hai. Waktu masih suka ngulik dunia game. Nonton sinetronnya Putri Patricia. Ngomongin X-Files.
[DSC03322+[640x480].JPG]
Juga tak lupa Ibu guru kimia yang punya Kharisma. Bapak guru biologi yang paling bisa bikin ketawa geli. Bu guru bahasa yang membuat saya jatuh cinta pada sastra. Baca majalah bahasa Jerman di perpus. Baca buku cerita saat Class Meeting. Jadi profesor gila saat pelajaran drama. Pleset-plesetan kata dan istilah. Debat tentang bintang di langit yang cahayanya baru sampai ke mata setelah jutaan tahun cahaya. Diceburin ke kolam ketika nambah usia. Begadang ngerjain tugas perspektif yang salah melulu. Wah, banyak juga ternyata. Apalagi ketika menghadiri reuni emas waktu itu.



Dari semuanya yang paling penting adalah kenyataan bahwa saya pernah muda dan imutnya saya waktu SMA

12 Desember 2009

Mengajar dengan Metode 'Back to the Future'

Dunia saat ini berubah secara sangat cepat. Seiring waktu berjalan, teknologi baru ditemukan dan mengubah wajah dunia. Dahulu mungkin tidak terbayang bahwa orang bisa bekerja dari rumah mereka dengan gaya SOHO (Small Office, Home Office), beberapa bahkan tidak perlu beranjak dari tempat tidur mereka untuk bekerja.

Di sisi lain, pendidikan semestinya mempersiapkan anak didik untuk menghadapi dunia yang akan dihadapi mereka kelak, bukan dunia saat ini. Sepuluh tahun lagi, ketika mereka memasuki dunia kerja, pendidikan selayaknya mempersiapkan anak didik untuk masa depan mereka. Dan bukannya mengajarkan 'sejarah'.


Adanya teknologi informasi memungkinkan para pengajar untuk menghadirkan 'masa depan' ke ruang-ruang kelas. Dengan perkembangan internet saat ini dan banyakya konten edukasi yang tersedia secara gratis, pelajar-pelajar di negara berkembang bisa mengikuti perkembangan sains dan teknologi di negara maju  Sebagai contoh, University of California at Berkeley menyediakan rekaman suara maupun video kuliahnya secara online dan dapat diunduh pula. Selain itu, Massachussets Institute of Technology (MIT) juga mengadakan program Open Course Ware (OCW). Saat ini mungkin perkembangan sains dan teknologi di negara maju bagaikan masa depan bagi penduduk di negara berkembang, namun tidak demikian halnya dengan generasi muda mereka. Kelak generasi muda di negara berkembang akan menghadapi langsung produk-produk 'masa depan' yang pada saat mereka belajar di sekolah, belum muncul di lingkungan sekitar mereka. Itulah kekuatan teknologi informasi, menghadirkan 'masa depan' untuk generasi yang akan menjalaninya kelak. Ketika masanya tiba, mereka akan siap untuk berkompetisi dan beradaptasi.

08 Desember 2009

Selamat Tinggal ISFI Karawang

Seperti diulas oleh pak Dani di blog Apotek Kita, ISFI akan mengadakan kongres terakhirnya. Nah, setelah kongres terakhir ISFI, tak ada lagi organisasi bernama ISFI, dan saya pun beberapa waktu ke depan sepertinya tak akan beredar di Karawang.

Pertama menghadiri pertemuan ISFI Karawang, 

Karawang ternyata dijadikan kawasan percontohan untuk program TATAP. Atau istilah Inggrisnya No Pharmacist No Problem.. ups No Service maksudnya. Entah apa dasar penunjukannya, yang jelas pengurus cabang di sini cukup antusias menjalankannya.
 
Ngapain aja pertemuan ISFI waktu itu? Antara lain membahas malpraktek Farmasi. Lho, yang malpraktek bukannya dokter? Eit jangan salah, di Amerika kesalahan terkait farmasi sudah banyak kasusnya. Di Indonesia masih bisa bernafas lega karena kasus malpraktek farmasi tidak ada, maksudnya tidak ada datanya. Ya ampyuun
 
Membahas PMR, bukan Palang Merah Remaja lho, tapi Patient Medical Record. Yah semampunya datang ke apotek. TATAP yang dijalankan masih TATAP Modifikasi. Tapi ya daripada tidak sama sekali.
 
Sedikit belajar bahasa Belanda juga, ada alumni tahun 70, inspannings verbintenissen (yang kurang lebih artinya tekad sungguh-sungguh) . Overmacht (keadaan memaksa). Dsb.
 
Ada sejawat senior yang senang berbagi pengalaman dan ide-idenya. Pernah dapat resep DDS? Pernah dapat kopi resep MST? Bagaimana mengatasi permasalahan membaca resep? Buat saja semacam master dari resep2 yang beredar di wilayah tersebut. Selesai, toh resep dari dokter tertentu biasanya dapat diprediksikan bukan?
 
Dari 120an orang anggota, macam-macam jenis apoteker yang hadir. Ada akang teteh senior satu almamater. Ada yang masih muda tapi sudah haji dan master. Ada juga ’Aisha’...
 
Pulangnya dapet kado pula. Yah semoga bukan termasuk rangkaian kegiatan yang superficial. 

Kira-kira begitu pertemuan pertama saya dengan ISFI Karawang.

Secara sangat subyektif, saya memandang potensi Karawang di bidang farmasi itu unik. Itu pula salah satu alasan saya bertahan 'menjadi bidan' di sebuah instansi pendidikan farmasi. Tapi jalan hidup memang tak selalu sejalan dengan rencana. Maka dalam setiap perjumpaan mestilah datang bersamanya perpisahan. Mungkin itu sebuah takdir Tuhan.

Lentera Jiwa Seorang Farmasis
Jika ini jalanku, lalu mengapa sempat terbersit ragu? Atau hanya keresahanku karena memasuki dunia yg baru?

Ingin hasil kerja Anda luar biasa? Lakukan dengan cinta. Pikirkan sesuatu yang dapat anda lakukan dengan baik. Gali dan temukan hal-hal yang dapat membuat anda jatuh cinta pada pekerjaan anda. Dari sanalah anda akan menemukan energi jiwa yang tak habis-habis.
Seperti lentera jiwa yang memanggil-manggil minat saya pada dua bidang. Media dan farmasi. Menjadi farmasis pendamping masyarakat. Menyebarkan cahaya ilmu agar terang menyinari pelosok negeri. Tapi jalan hidup lalu meredup kemudian mengarah ke jalur yang berbeda dan tak ada dalam rencana.
Panggilan hidup tetap bisa dipenuhi sebenarnya, malah boleh jadi semakin berdayaguna.

Seperti Aang yang akhirnya harus menuju negara api untuk mengembalikan perdamaian dunia. Begitulah adanya, setelah mempelajari keempat elemen, ada masanya untuk beraksi di tengah badai api.
Baiklah, saatnya kembali berlari mengejar mimpi, mari.
Kini, biarkan aku jatuh cinta pada apa yang kukerjakan.

Berkenaan dengan lembaran baru perjalanan berkarya, ada respons yang bermacam. Ada yang menyelamati, menyemangati, ada yang sampai bilang 'tinggal enaknya aja', ada juga yang entah serius entah tidak nanya masuknya bayar berapa? Ada yang bilang "Sekarang tidak ada alasan lagi untuk ....", ada yang minta ditraktir, untuk yg terakhir ini saya cuma bisa nyengir. Aneh juga melihat ada yg seakan ingin berdiri di sepatu saya, padahal saya pun terkadang ingin berdiri di sepatu orang lain. Meski bukan status palsu padahal kan status kayak gini bukan segalanya ya.
Selama ini sebetulnya ga minat sama sekali. Sekali-kalinya ikut seleksi, eh diterima, di pusat pula. Mungkin memang ini jalannya. Semoga saja nanti ada peluang untuk berkarya lebih jika bisa memasuki pusat sistem ketimbang 'teriak-teriak' di luar seperti selama ini. Kini yang terasa adalah bahagia dan takut sekaligus. Apa yang mesti ditakutkan? Berubahnya semangat dan integritas, yah anggap saja sekarang masih punya lah ya. Akankah lekang oleh waktu, tetap bersinar dan tak pudar? Akankah melupakan janji ini? Kelak akankah sama, untuk pertanyaan ini biar waktu saja yang menjawabnya. Apa yang akan anda lakukan jika hal yang membuat anda bahagia adalah juga hal yang menakutkan anda? Saat-saat dimana kita kehilangan kata-kata.Ketika merasa bahagia dan takut sekaligus dua.

Akhirnya, dengan ini mengucapkan kata-kata perpisahan. Selamat tinggal ISFI Karawang, selamat tinggal door prize, selamat tinggal materi-materi pengembangan profesi, selamat tinggal ibu 'Rianti' :p.



(sambil bertanya-tanya Seberapa pantaskah ku untuk ditunggu, untuk dinantikan)