21 Desember 2007

Farmasis atau Apoteker?


Tenaga ahli di bidang obat? Apoteker atau Farmasis? Gelarnya sih Apt, jadi apoteker dong. Tapi organisasi profesinya kok sarjana farmasi? Farmasis dong? Tapi kan peraturan-peraturan menggunakan istilah apoteker? Hmm, Farmasis atau Apoteker? Google Fight aja deh. Wah, Apoteker menang mutlak, flawless victory. Tapi di berbagai negara, istilah farmasis lebih umum digunakan, Jerman = pharmazeut, Amerika/Inggris = Pharmacist, Denmark = farmaceut, Perancis = pharmacien, Italia = farmacista. Istilah apoteker lebih dekat dengan apotek, padahal lahan profesi ini tak sesempit itu. Di Indonesia profesi ini memang serba ajaib. Serba campur aduk, mungkin karena ahlinya racik meracik. Meski baru lahir sekitar abad ke 12, kondisinya jauh berbeda dengan kakaknya profesi dokter. Ya, profesi ini memang lucu.

Kalau menurut anda bagaimana? Telur atau Ayam eh lebih suka apoteker atau farmasis?


18 Desember 2007

Seni Pencitraan


Para pelaku iklan semakin hari semakin kreatif saja. Dulu misalnya kita hanya melihat iklan televisi di sela-sela acara berlangsung, kini acara itulah yang dijadikan spot iklan. Atau perhatikan fenomena iklan rokok yang selalu unik dan menarik. Peraturan yang berlaku melarang iklan rokok untuk menampilkan produk rokok tersebut, namun itu tidak mengurangi kreasi mereka. Dan kita lihat iklan rokok selalu menarik di antara yang lain. Ternyata peraturan itu malah menyuburkan kreativitas dari iklan rokok. Dengan iklan yang kreatif mengusung nilai-nilai, mereka malah berhasil menarik perhatian publik, paling tidak dari sisi iklan yang ditampilkan. Sebuah hasil yang sebenarnya ingin dihindari oleh pembuat kebijakan. Kalau begitu apa sebaiknya peraturan itu dihapus saja karena menimbulkan efek yang berlawanan dengan tujuan?


Untuk produk kesehatan, peraturan yang berlaku berbeda lagi. Selain kaidah dasar seperti tidak boleh mengandung informasi yang menyesatkan. Iklan produk kesehatan juga tidak boleh ditampilkan oleh tenaga kesehatan. Hal yang menarik kita lihat belakangan ini. Produk-produk ini memang tidak terang-terangan berkata seperti ini misalnya “saya dokter dan saya mempromosikan obat ini”, tapi faktanya model iklan yang digunakan telah dikenal banyak orang sebagai seorang dokter. Iklan lain terang-terangan menggunakan model iklan yang menampilkan tenaga paramedis. Ini menjadi absurd karena tenaga kesehatan selayaknya tidak berpihak pada salah satu produk kesehatan merek tertentu. Walaupun memang, ketika beriklan, para dokter tersebut tidak menyatakan diri sebagai dokter. Bagaimana menurut anda?


Iklan merupakan bagian penting dari korporasi saat ini. Dengan iklan yang baik, sebuah kesan akan didapatkan dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Kadang kala sampai pada tahap irasional ketika kualitas yang biasa-biasa saja sekalipun dapat tetap unggul karena memiliki iklan yang baik. Iklan memang bukan saja bertujuan untuk membuat konsumen membeli produk ketika melihat iklan, tapi lebih jauh lagi menanamkan pesan dalam benak konsumen untuk jangka panjang sehingga suatu ketika konsumen perlu mengkonsumsi produk yang bersangkutan, konsumen akan memilih merek tertentu yang telah melekat di benaknya.


Saat ini citra menjadi sesuatu yang penting bagi hampir setiap lembaga atau pribadi. Citra dapat dibuat menjadi aset yang menguntungkan, sekaligus berpotensi merugikan ketika tidak dikelola dengan baik. Sebuah kelompok misalnya sering mengadakan kegiatan-kegiatan sosial seperti pengobatan gratis, tapi ketika tak mengelola citra dengan baik, siapa yang mengetahui keberadaan mereka? Rahmat Abdullah dalam catatan-catatan terakhirnya menulis tentang ini. Catatan yang kemudian dibukukan itu antara lain membahas wacana tentang sosialisasi kebajikan. Sudah saatnya orang-orang baik menjual diri mereka. Sudah saatnya memenuhi harapan rakyat bahwa masih ada harapan. Masih ada orang-orang dengan kebajikan hati. Sudah saatnya keluar, keluarlah saudaraku dan tebar kebaikan untuk semua orang.


17 Desember 2007

Hanya Seorang Pembawa Pesan

we cannot not communicate

Tanggal 11 Desember 2007 seseorang mengirim aplikasi CPNS Cirebon. Empat hari kemudian aplikasinya dikembalikan dengan tulisan TMS. Menurut panitia aplikasinya tidak dilengkapi salah satu dokumen. Padahal aplikasi tersebut sudah memenuhi persyaratan yang diminta sesuai yang tertulis di pengumuman. Posisi yang dilamar adalah posisi apoteker, dan di pengumumannya tertulis ijazah terakhir yang berlaku. Secara logis, tentu akan berfikir bahwa yang dimaksud adalah ijazah apoteker, bukan begitu? Jika memang menginginkan juga ijazah sarjana (juga dokumen lainnya) seharusnya dicantumkan dengan jelas. Tampaknya cara-cara berkomunikasi memang perlu dipelajari kembali.

Dalam kuliah ilmu komunikasi dulu, sempat mempelajari teori Jendela Johari. Konsep ini pada intinya memetakan karakter kita menjadi empat kuadran berdasarkan pengetahuan kita dan orang lain. Mungkin memang begitu, komunikasi lebih mudah berjalan ketika kita dan orang lain telah dapat saling memahami. Tapi bagaimana mungkin, memahami diri sendiri saja sulit. Saat ini saja terdapat banyak sekali teori tentang kepribadian, lebih banyak daripada teori tentang pembentukan alam semesta.

Florence Littaeur misalnya, menulis buku tentang empat karakter dasar manusia, yakni flegmatis, koleris, melankolis dan sanguinis. Menurut Littaeur, orang flegmatis cenderung tampil sebagai orang yang mudah bergaul dan santai. Ia kalem dan tenang, sabar, konsisten, serta mampu menyembunyikan emosinya. Sifatnya yang cinta damai membuatnya berusaha untuk menghindari konflik, serta mencari cara termudah untuk menyelesaikan masalah. Dan demikian pula karakter-karakter lain yang memiliki kecenderungan masing-masing. Littaeur menunjukkan bahwa ketika kita memahami apa yang menjadi tujuan utama dan kecenderungan salah satu karakter, kita mampu mengerti tindakan yang mereka ambil.

Kalau Littaeur hanya membagi empat, maka teori eneagram membagi karakter dasar menjadi sembilan macam. Enneagram secara harfiah berarti sebuah gambar bertitik sembilan. Metode ini telah ada sejak ratusan tahun dan mulai berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an.

Jadi ketika kita telah mengenal diri dan orang lain dengan baik, komunikasi lebih mudah terjalin. Itu sebabnya dua orang yang jatuh cinta kadang tak perlu mengucap sepatah kata pun untuk menyatakan perasaannya. Karena jarak antara hati mereka menjadi nol. Berbeda dengan dua orang yang sedang bertengkar. Mereka sampai perlu berteriak untuk menyampaikan pesannya. Ironisnya teriakan mereka malah membuat hati-hati mereka semakin jauh terpisah, yang mengharuskan mereka untuk berteriak lebih keras untuk membuat pesannya terdengar.


Seorang berhati lembut pernah hadir di bumi ini empat belas abad silam. Ketika seorang wong ndeso kencing sembarangan di tempat suci, beliau tak tergesa untuk menghukum. Melainkan bertanya dengan lembut apakah orang itu tidak tahu bahwa itu adalah tempat suci. Siapa gerangan lelaki berhati lembut itu? Beliau hanya seorang pembawa pesan.

Dan sekarang, siapakah Anda?

13 Desember 2007

Fenomena Dokter Dispensing

Fenomena dokter dispensing sebenarnya bukan hal baru di dunia kesehatan Indonesia. Praktek ini telah berlangsung sedemikian lama dan menjadi kebiasaan sehingga sebagian pasien mungkin akan heran jika berkunjung ke dokter dan tidak mendapatkan obat. Yang tidak disadari adalah bahwa sebenarnya praktek tersebut ilegal jika di lingkungan tersebut terdapat apotek yang dapat dijangkau. Pada masa lalu, praktek ini dapat dimaklumi karena jumlah apotek yang sangat terbatas. Saat ini peraturan yang berlaku menyatakan bahwa praktek dispensing hanya boleh dilakukan pada kondisi yang sangat spesifik misalnya di daerah yang sangat terpencil. Namun ...

Lebih lanjut ke sini.



Leading The Change

Perubahan adalah suatu hal yang niscaya dalam kehidupan. Bahkan sejatinya, tak ada satu pun yang tetap di dunia ini kecuali perubahan adanya. Selain sebuah kemestian, perubahan juga suatu sarana perbaikan. Lihatlah, air yang diam tidak mengalir cenderung menjadi sumber penyakit. Dalam menyikapi perubahan terdapat beberapa kelompok. Ada mereka yang berubah seiring perubahan itu datang, ada mereka yang tertinggal oleh dinamika perubahan, ada pula mereka yang mengawali perubahan itu sendiri. Leading the change.

Perubahan membutuhkan sarana dalam perwujudannya. Dalam konteks sosial, perubahan dalam masyarakat dapat diwujudkan salah satunya melalui peran media seperti televisi. Sebagai sebuah produk teknologi, televisi sebenarnya hanya merupakan sebuah alat. Baik buruknya efek yang ditimbulkan oleh televisi sangat bergantung pada man behind the gun dari televisi tersebut. Baik pemilik stasiun TV, pemasang iklan, kru TV, sampai pemirsa yang menikmati sajian televisi punya peran dalam menentukan wajah tayangan televisi. Bagaimanapun, televisi memiliki kekuatan luar biasa dalam mengkomunikasikan sebuah pesan pada masyarakat, atau dalam hal ini mengusung perubahan.

Sebagian masyarakat mulai gerah dengan tayangan televisi yang mengandung unsur-unsur pembodohan masyarakat. Berbagai gerakan dan wacana telah diusung untuk mengkampanyekan tayangan televisi yang mendidik dan menginspirasi. Bahkan beberapa waktu lalu, gerakan hari tanpa TV diusung oleh sebagian elemen masyarakat. Masyarakat tampaknya sudah sangat merindukan televisi yang mendidik dan menginspirasi. Masyarakat sudah jenuh dengan maraknya tayangan-tayangan yang mengeksploitasi aspek hiburan semata. Namun demikian bisnis televisi tetap berjalan.

Metro TV adalah sebuah fenomena di kancah pertelevisian Indonesia. Merujuk pada istilah yang dikembangkan oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam bukunya Blue Ocean Strategy, Metro TV dapat dikatakan menjalankan strategi Samudera Biru dengan menciptakan ruang pasar baru di bisnis televisi Indonesia. Stasiun TV ini pada awal berdirinya memiliki konsep agak berbeda dengan yang lain, sebab stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran berita saja. Lalu dalam perkembangannya, stasiun TV ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya dengan tetap menjaga konten berita. Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin dan juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Juga, hanya stasiun ini yang menayangkan running text dengan konten berita dalam acara apapun. Konten berita sebagai benchmark dikemas dengan baik dan atraktif sehingga informasi tidak tampil sebagai sesuatu yang kering tapi mampu menarik dan mampu menginspirasi.

Ketika sebagian besar stasiun TV menyajikan konten yang serupa dengan komposisi yang (hanya) sedikit berbeda. Metro TV adalah salah satu stasiun TV yang tampil dengan identifikasi produk yang berbeda dan khas. Ketika stasiun TV berlomba menyajikan ajang kontes bakat yang mengutamakan penampilan, Metro TV tampil dengan mengadakan ajang kontes bakat yang mengedepankan intelektualitas dan kreativitas. bahkan dengan hadiah utama sebuah beasiwa, bukannya mobil atau barang mewah lainnya. Ketika stasiun lain begitu intens menyajikan acara infotainment, Metro TV cukup puas dengan menyajikan info-info film atau musik terbaru tanpa merasa perlu mengulik sisi kehidupan pribadi sang artis. Stasiun ini juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program sinetron.

Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu pula dengan stasiun TV ini, namun ketika pemirsa harus memilih, pemaparan di atas dapat menjadi pertimbangan. Orang cerdas bukanlah orang yang mampu membedakan baik dan buruk semata. Tetapi orang yang mampu memilih yang lebih baik dari dua kebaikan atau lebih; atau dari dua keburukan atau lebih.

Metro TV dikenal sebagai stasiun TV yang paling berkomitmen dengan pembangunan bangsa yang terlihat dari seringnya menjadi media partner dalam program-program pemerintah. Namun meski terlihat berkomitmen memperbaiki bangsa melalui program-programnya tapi karakter cinta bangsa tidak terlihat dalam penggunaan bahasa di program-programnya. Sebagian program-program Metro TV masih sering menggunakan istilah-istilah asing meski sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Boleh jadi ini adalah suatu strategi pencitraan mengingat segala hal yang berbau barat masih terdengar lebih keren di masyarakat kita. Namun bisa pula dilihat sebagai pencanangan tekad Metro TV dalam bercita-cita menjadi TV dengan kualitas kelas dunia.

Akhirnya rasanya kita sepakat bahwa stasiun televisi yang baik adalah stasiun TV yang bukan cuma menghibur, tapi mampu merubah pandangan dan cara hidup si pemirsa dengan menjadi inspirasi dalam mengusung perubahan. Metro TV telah membuktikan bahwa sebuah stasiun televisi dapat bertahan dan berkembang dengan tetap mengedukasi masyarakat. Stasiun ini telah mengawali perubahan paradigma tentang televisi di Indonesia. Leading The Change.

11 Desember 2007

Mencoba Mengenggam Mentari



Bunuh, bunuhlah aku!
Kalau kau bisa silahkan saja
(Rumah Sakit)

Telah lama berselang ketika tertinggal dengan ritual membaca surat cinta, merapal kalimat-kalimat pelindung, dan menggenapi jatah latihan thifan, serta segenap aktivitas masa-masa di kampus tercinta lainnya. Ketika hari-hari menjadi terasa menyebalkan dan membingungkan. Tambah lagi tidak betul-betul paham tentang apa yang sedang terjadi sesungguhnya. Semata kurang optimal berusaha, ataukah pengujian kebulatan tekad, ataukah ujian kenaikan tingkat atau karena tumpukan tagihan dosa. Tapi jika ketenangan adalah ukuran keberkahan, tentu mudah saja untuk meraih kebahagiaan. Entahlah, one of the hardest days ...

Bagaimanapun, harus segera bangkit dari keterpurukan. Menata kembali rencana-rencana perjalanan. Merangkai kembali harapan, setelah belajar pada mata-mata bening dua gadis manis. Dengan senyum dan tawa bahkan pada hal-hal yang sederhana. Belajar memberi makna pada peristiwa, untuk lalu menjadikannya amunisi untuk berjibaku di malam terkelam. Belajar menerima dunia, membuka lebar jendela dan menghirup sebanyak-banyaknya kesegaran untuk jiwa. Lebih berfikir jernih, karena peluang seringkali mengetuk terlalu pelan.

Memulai awal baru, betapa nikmatnya menjadi mentari.
Ia akan selalu terbit setiap pagi.
Meski malam tadi begitu gelap dan dingin.
Ia akan senantiasa membawa ceria.
Memulai hari yang baru.

Karena bukankah kegagalan belum menjadi kegagalan ketika mewujud proses menuju sukses? Adanya sebuah kegagalan semu? Dan setiap peristiwa saling berkaitan mempengaruhi satu sama lain. Perubahan kecil saja dapat mempengaruhi dan memberi efek yang besar. Seperti urutan asam amino pada protein, atau teori angin puyuh yang dipicu kepak sayap seekor kupu-kupu. Mungkinkah ini terjadi? Konon, seseorang yang menjalani seperempat baya bisa mengalami sesuatu bernama krisis ¼ usia. Hmm, gejala-gejala itu cukup terasa. Tapi paling tidak cukup melegakan untuk mengetahui bahwa hal seperti ini merupakan hal yang umum terjadi.

Ketika tsunami terjadi di Aceh, terlihat masjid-masjid tetap berdiri kokoh di tengah reruntuhan. Inilah model bahwa beginilah seharusnya seorang yang memiliki prinsip. Saat yang lain tumbang terseret arus, ia akan tetap berdiri kokoh memegang prinsip hidupnya. Ia tak akan tergoda ikut korupsi meski sekelilingnya berbuat seperti itu. Ia tak akan menyontek, meski semua rekannya menganggap hal itu biasa. Ia akan berdiri di sana dan berkata dengan lantang : “Saksikanlah ... !”.

Prinsip hidup tersimbol dalam cerita ini. Beberapa orang berjalan bersama, di perjalanan bekal mereka mulai menipis. Di depan terlihat sebuah sumber mata air. Sayang ketika didekati ternyata airnya kotor. Seorang mendekat dan tidak tahan untuk tidak mengulurkan tangan dan minum dari sumber itu. Yang lain menahan diri dan melanjutkan perjalanan, berharap akan ada sumber lain yang lebih bersih. Tibalah di sumber mata air berikutnya, yang tak banyak berbeda dengan sebelumnya. Tiga orang lalu memutuskan untuk minum dan menetap di sana. Lalu rombongan melanjutkan perjalanan. Beberapa sumber mata air mereka temui dan satu demi satu rombongan mulai berkurang. Sementara ada seorang pengembara yang tetap terus berjalan, ia tak ingin meminum sumber-sumber air yang kurang bersih itu. Ia hanya ingin sumber air yang bersih murni. Bahkan jika ia mesti menggali sendiri sumber air itu. Ia masih terus berjalan, sampai kini.

“Apa yang lebih puitis dari menyampaikan kebenaran?” (Soe Hok Gie)