15 Mei 2008

Kebenaran itu Tidak Pernah Memihak

Menarik mengamati strategi Koran Jakarta. Seperti blog pada umumnya, media yang baru muncul ini memberikan wadah untuk pembacanya dapat berkomentar secara khusus. Dan kemudian komentar tersebut dimuat di edisi berikutnya. Di era partisipatif seperti ini dimana konsumen semakin aktif, Koran Jakarta memposisikan diri dengan baik.

Memang sih, sudah lama koran-koran menyediakan tempat untuk surat pembaca dan opini. Tapi yang secara khusus menyediakan tempat untuk berkomentar tentang berita yang dimuat rasanya baru Koran Jakarta. Mungkin ini maksud mereka dengan Kebenaran itu Tidak Pernah Memihak, maka mereka pun menyediakan diri untuk pendapat-pendapat dari pembaca terkait berita yang dimuat Koran Jakarta.

Semakin banyak mata memandang, dapat muncul semakin banyak saran dan kritik yang dapat dijadikan batu bata untuk membangun diri. Bukankah saran dan kritik itu batu bata yang sama, namun disampaikan dengan cara yang berbeda?


09 Mei 2008

LSD, “Racun Dunia” yang Melegenda

Penyalahgunaan LSD merupakan salah satu tragedi kemanusiaan yang fenomenal. Kemunculan LSD oleh sebagian kalangan dianggap sebagai kebetulan yang ditakdirkan, LSD memang seharusnya ditemukan pada saat itu untuk membantu orang-orang yang menderita dalam dunia modern.
Penyalahgunaan LSD menjadi obat terlarang banyak terkait dengan Dr. Timothy Leary dan Dr. Richard Alpert dari Harvard University. Pesatnya penggunaan non medis LSD di awal tahun 1960 juga dikarenakan saat itu belum adanya hukum obat-obatan yang mengatur LSD.
Pengalaman dengan LSD dilaporkan memicu pengalaman estetis yang luar biasa dan membawa inspirasi baru pada proses kreatif. Bahkan muncul jenis seni baru yang dikenal sebagai seni psikedelik, yang mencakup hasil karya yang dihasilkan dengan LSD dan obat psikedelik lain sebagai stimulus dan sumber inspirasi. 

Di situs www.hofmann.org, Albert Hofmann memaparkan sejumlah penggunaan klinis LSD di berbagai belahan dunia. 
Biasanya ketika jenis senyawa baru ditemukan dalam riset farmasi, baik dari isolasi tanaman obat atau melalui sintesis kimia seperti yang terjadi pada LSD, para ilmuwan mencoba membuat senyawa baru dengan memodifikasi struktur molekulnya untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas yang lebih baik.
Penemuan LSD
Selasa lalu, 29 April 2008, Albert Hofmann, penemu obat legendaris LSD (lysergic acid diethylamide-25) yang mempengaruhi jutaan orang, meninggal dunia dalam usia 102 tahun karena serangan jantung sebagaimana diberitakan di www.nydailynews.com.
Hofmann bergabung dengan perusahaan farmasi Sandoz di Basel pada musim semi 1929. Ahli kimia asal Swiss ini menemukan LSD pada tahun 1938 saat bekerja di perusahaan tersebut setelah melewati serangkaian program riset yang sistematis. Ketika pertama kali disintesis pada 1938 dan diuji pada binatang, LSD tak menunjukkan efek yang menarik. Namun seperti diulas di www.flashback.se, pada akhir November 1942, Hofmann mendapat suatu ilham yang membuatnya meneliti ulang LSD. Ketika Hofmann melakukannya, tanpa sengaja ia menelan atau menghirup penemuannya itu dan mengalami pengalaman sensasionalnya dengan LSD.
Penemuan LSD membawa arah baru pada pengobatan syaraf. Sebagian besar obat anti depresan modern yang kini digunakan menggunakan mekanisme kerja yang sama dengan efek LSD pada sistem syaraf. Penelitian LSD membuka riset-riset ilmiah mengenai pikiran dan kondisi psikis manusia.

Sensasi yang Menakjubkan
Pada saat melakukan percobaan untuk menguji efek LSD, Hofmann harus berjuang keras untuk dapat menuliskan catatan risetnya. Ia harus berjibaku bahkan hanya untuk mampu berbicara dengan benar. Ia bahkan sampai perlu meminta asistennya untuk mengantarnya pulang dengan menggunakan sepeda. Seperti diceritakannya di www.hofmann.org, Hofmann mengalami sensasi luar biasa, ketika semua yang ia lihat menjadi bergelombang dan buram.
Rasa pusing dan rasa lemas yang dirasakannya menjadi semakin terasa sehingga ia tak dapat berdiri tegak sehingga harus berbaring di sofa. Ia merasa semuanya menjadi berputar-putar dan berubah bentuk menjadi mengerikan. Perempuan tetangganya yang membawakan susu tampak oleh Hofmann seperti penyihir yang mengenakan topeng warna-warni.
Selama berada dalam pengaruh LSD, Hofmann melompat dan berteriak, lalu jatuh lagi dan terbaring tanpa daya di sofa. Ia merasa dibawa ke dunia lain, tempat dan waktu yang lain. Pada beberapa waktu, Hofmann sempat merasa seperti berada di luar tubuhnya, sebagai pengamat dari luar.

Anugerah atau Kutukan?
LSD menjadi sangat terkenal pada periode 1964 sampai 1966, terutama pelaporan tentang beragam kecelakaan, kejahatan, pembunuhan serta kasus bunuh diri akibat pengaruh LSD. Fenomena ini membuat Hofmann kerap dilanda keraguan mengenai obat temuannya itu, apakah obat ini merupakan anugerah atau kutukan untuk umat manusia. 
Hofmann tetap membela penemuannya "Saya membuat zat tersebut sebagai obat. Bukan salah saya jika orang-orang menyalahgunakannya".  Kini penelitian LSD dibuka kembali untuk menemukan kegunaan potensial LSD dalam pengobatan. Desember lalu, pihak berwenang Swiss membolehkan penggunaan LSD dalam kasus-kasus tertentu.
Referensi :
http://www.hofmann.org
http://www.flashback.se/archive/my_problem_child

Telusuri lebih jauh dan lebih dalam tentang LSD di Netsains.com

04 Mei 2008

Kartini dan Agus Salim

Mengenang dan memaknai Hari Kartini. Saya berkesempatan melihat sisi lain yang rasanya jarang terlihat selama ini. Bukan di acara TV tentang sosok Kartini, bukan di artikel koran tentang Kartini, melainkan di buku tebal tentang Agus Salim. Lho? Sekilas memang nampak tidak nyambung, namun ternyata Kartini sempat menulis surat pada temannya di Belanda, Ny Abendanon untuk melobi pemerintah Belanda agar memberikan beasiswa pada Agus Salim untuk belajar menjadi dokter di Belanda. Perhatian Kartini pada pendidikan nyatanya tidak saja bagi wanita tapi bagi semua yang berkeinginan mendapatkannya. Membaca kata demi kata dalam surat Kartini, terasa benar perhatian Kartini pada mereka yang menginginkan pendidikan. Hmm, kayaknya seru kalau ada "Kartini" yang mau melobikan beasiswa buat saya ya...