03 Desember 2010

This Is Not November Rain

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku. Setelah beberapa lama dirimu menjadi trending topic dalam kalbu.

untuk gadis penyimpan madu yang lembut hati, pernah ada satu folder di hatiku, bertuliskan namamu

Pernahkah anda kehilangan sesuatu, karena anda kurang gigih memperjuangkannya?
Pernahkah anda gagal menggapai sesuatu, karena kurang tekun mengupayakannya, kurang mendayagunakan imajinasi dalam mendapatkannya?
Pernahkah anda luput meraih sesuatu, karena mungkin kurang tulus ketika melantunkan doa pada-Nya?

Pernahkah sesuatu yang tadinya begitu indah lalu menjelma seribu gundah, bahkan lebih dari itu?

Jika ya maka mungkin anda masih ingat sederas apa hujan November waktu itu.

But this is not November rain, it was a storm in my heart. It was November pain, bursting through my vein, made me bleed though you can't see it's blood.

It was like surrounded by Dementor while patronus has no use and hope was about to loose. It was Tears of Sadness, Grief and Despair. Mourning in the morning, try not to cry, feel sorrow until tomorrow, as if tomorrow never comes.

Sad, Hopeless & Despair.

Demikianlah, duka telah menoreh luka. Dalam bahasa Sunda, duka artinya tidak tahu. Kadang kesedihan dapat membuat kita tak tahu harus berbuat apa. Atau bisa juga berarti 'teu terang', atau gelap. Dunia seakan gelap, rasa pun menjadi surut berbahagia.

No Superman
Aku mengenal ia karena berasal dari 'ibu yang sama'.
Tapi entah bagaimana bermula, tiba-tiba saja ia tampak mempesona, sedemikian rupa hingga dirinya mengalihkan duniaku. Seperti saat makan bersama di kantin, gadis di sampingnya dan pemuda di sisiku seakan beralih peran menjadi figuran, dan ialah bintang utamanya.

Di dalam pergantian episode hidup yang sering kali tak terduga, sembari menatap lukisan bintang di kanvas langit, berbagi pikiran, gagasan atau sekedar curahan hati yang sesekali dipenuhi dinamika adalah salah satu keindahan dalam hidup.

Dari potongan-potongan informasi seputar lingkar dalam pergaulannya, aku lalu mencoba merekontruksi sosoknya, kepribadiannya.

Tadinya berharap ia berkenan menunggu sejenak. Tak bergegas terbang ke langit meski selendangnya tak kucuri. Tidak, aku tak mencuri selendangnya. Aku ingin ia leluasa memilih, meski sungguh berkali-kali aku berdoa dengan lirih.

I'm no Superman, but i'll love her the best i can.

Entahlah, mungkin memang sudah waktunya, meski kesiapan belum sempurna. Tapi bukankah di dunia ini tak ada yang sempurna? Pada akhirnya memang harus belajar merangkul kekurangan, menjadikannya bagian dari keajaiban cinta yang memberikan keindahan dan kesejukan serupa embun melalui kata 'meskipun'.

The Hardest Day
Dan tak pernah kusangka, hari terberat itu tiba. Terkadang berat memiliki kemampuan untuk mengetahui segala hal lebih cepat dari yang lain. Karena kau mesti menghadapinya lebih awal.

Ketika sedang terlalu asyik membidik, bunga itu ada yang memetik. Seperti episode terakhir Flame of Recca, bedanya di sini, ini bukan dilema. Dilema adalah seperti ketika Recca mesti memilih antara menjadikan Yanagi sebagai apinya atau membiarkannya diserap oleh kekuatan kegelapan Tendou Jigoku.


Tak apalah, ia orang baik, pantas mendapat yang lebih baik. Lagipula yang menjemputnya bukan kegelapan, tetapi cahaya. Maka aku harus melepaskannya dari hatiku.

there is a danger in loving somebody too much, especially when there were not any bond yet

Mungkin itulah kenapa sebaiknya cinta ditambahkan di akhir, karena cinta adalah sesuatu yang menjadikan semuanya sempurna, yang menggenapi segala kekurangan dari masing pasangan. Maka apabila cinta ditambahkan di awal, atau disisipkan di tengah perjalanan, bagaimanapun sebelum janji diucap, tetap ada variabel ketidakpastian, serupa tak pastinya posisi elektron di satu waktu. Bukan tidak boleh, tetapi lebih baik begitu. Ya, begitulah mungkin.

Dan tentang ia, bukankah masa lalu yang telah hilang bukan cuma untuk dikenang.
Ketika jatuh cinta pada sosoknya yang unik, maka aku membangun diriku menjadi lebih baik.
Kusimpan kembali anak panah dan busur, hingga nanti tiba saatnya bersyukur. Alhamdulillah.

Wahai gadis penyimpan madu, hari ini kulepaskan kau dari hatiku, dengan senyuman, tanda turut berbahagia, dan dengan tangisan, tanda pernah ada cinta.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata:
Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.
Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.

Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya.

Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

                                                                                 ~menyambut hijrah 1432 H~

23 Oktober 2010

Cita Penduduk Negeri Sejahtera (CPNS)

"Kalau mau kaya, jangan bekerja di instansi pemerintahan, tapi jadi entrepreneur saja. Saya sudah mendesain gaji PNS itu standarnya cukup dan tidak berlebih-lebihan. Asal bisa makan, ada biaya transportasi, cukup membiayai pendidikan anak, itu saja." (Sri Mulyani)
Mungkin apa yang dikatakan Sri juga menjadi pemikiran bapak itu, yang suatu hari saya layani. Umurnya separuh baya. Pernah jadi pegawai negeri, tetapi lalu pensiun dini. Berlatar belakang pendidikan apoteker, mantan kepala instalasi farmasi di sebuah rumah sakit pemerintah. Saat ini menjadi pengusaha, memroduksi berbagai perbekalan kesehatan rumah tangga. Dan sedang mengembangkan sayap-sayap usaha lainnya.

Tindak-tanduknya berbeda dengan tipikal pelaku bisnis pada umumnya. Ketika berada di loket pendaftaran mengurus perizinan itu, ia mendengarkan dengan tekun semua penjelasan yang diberikan. Ritme dunia usaha yang berputar cepat cenderung menyeret pelakunya mengadopsi sifat serba segera yang pada beberapa kasus mengarah pada kecenderungan menabrak peraturan atau 'mencari celah'. Tapi beliau berbeda, taat azas. Ketika ada tembok menghalangi tujuannya, beliau tidak mendobrak, tapi mencoba bernegosiasi serta berkonsultasi. Mungkin memang pengalaman di lingkungan birokrasi telah meresapi jiwanya. Celupan yang mewarnai kepribadiannya meskipun ia telah lama berbelok di persimpangan kehidupan.

Pilihan-pilihan yang diambil dalam hidup memang tak mesti sama dengan yang orang lain pilih. Setiap orang memiliki prioritas apa yang penting, apa yang berharga dan apa yang tak terlalu bermakna. Pada akhirnya kita harus memilih, yang terbaik untuk (menemani) hidup.

Sempat ada masanya ketika jalan hidup terasa terus meredup. Ketika pertanyaannya bukan 'makan dengan apa?' melainkan 'makan tidak hari ini?'. Ketika malam tiba, harus puas beralas kursi duduk dan berselimut dengungan nyamuk.

Usaha bukannya tak dikerahkan hingga tenaga, pikiran dan segala sumber daya habis, tapi tetap saja hasilnya tragis. Maka itulah saatnya menentukan arah di persimpangan. Berbelok mengambil alternatif jalan atau menginjak pedal gas melupakan kata 'pelan-pelan'.

Waktu itu sedang mencari alasan untuk melompat lebih tinggi. Karena secara finansial agak sulit untuk mengandalkan yang ini, namun terasa sayang untuk benar-benar meninggalkan. Mungkin benar apa yang mereka katakan, sekali tercelup di dunia pendidikan, kau akan selalu merindukan. Maka diperlukan pijakan lain sebagai tempat tujuan melompat. Harus sesuatu yang 'besar'. Untuk menaruh segenap pertaruhan penting yang akan mengubah segalanya.

"Jangan Menyerah". Kalau tak keliru mendengar lagu ini tepat tahun lalu. Ketika merasa benar-benar lelah berusaha mencapai. Lalu muncullah pengumuman penerimaan itu. Persyaratan yang diminta tak banyak untuk diurus. Sederhana, cocok dengan keinginan saya yang memang tak mau ribet. Tesnya pun cuma sekali, tes tertulis saja. Suatu malam, entah kenapa seorang kerabat menelepon saya. Ya sudah, kenapa tidak dicoba. Toh, sudah ada contoh sebelumnya.

Yang tak terduga itu datang memang. Lalu merombak banyak dari rencana hidup yang saat itu sedang pada titik yang mendaki lagi sukar. Nyatanya hingga beberapa bulan ini, belum benar-benar bisa merasa bahwa ini benar-benar nyata adanya.

Setelah kepastian keputusan itu tiba pun semua tak lantas baik-baik saja. Karena ternyata tahapan selanjutnya entah kapan dilanjutkan. Harus menunggu kapan panggilan itu datang. Sampai nyaris bosan menjawab pertanyaan yang sama "kapan mulai kerja?".Orang tua pun mau tak mau terpengaruh juga waktu itu. Mungkin gemas melihat saya leyeh-leyeh internetan sepanjang hari, entah berapa kali menyarankan agar saya mengontak ke Jakarta.

Jadwal saya di sekolah pun harus berubah. Seminggu setelah pengumuman, saya menghadap pemimpin tertinggi, mengutarakan keinginan mengubah jadwal kedatangan. (Btw, enaknya jadi guru itu bisa mengatur hari dan jam kerja.) Beliau tampak kaget sedikit, karena memang, belum banyak yang saya beritahu. Namun kemudian dua orang murid menanyakan hal itu. Dan kemudian sekelas pun tahu. Bertanya macam-macam, termasuk gajinya berapa. Untuk yang satu itu saya tak menjawab kecuali dengan senyum tipis. Rasanya terlalu antiklimaks jika euforia itu ditubrukkan dengan nominal gaji yang menurut Direktur World Bank sudah mencukupi.

Hingga tiba pemberkasan dan berbulan kemudian SMS itu datang, meminta kami untuk hadir di suatu siang.

Hanya jika Ia yang menuliskan skenarionya.
Sehingga bertemu kembali dengan 'mantan saingan' sewaktu wawancara kerja di sebuah penerbit buku. Bahkan masih ingat apa yang ia kenakan waktu itu.
Sehingga bertemu kembali dengan salah satu orang terakhir selain keluarga yang bertemu sebelum meninggalkan negeri ini.
Sehingga bertemu seseorang yang saya pernah ngasih komentar di tulisannya di sebuah blog.
Setelah sampai di sinilah baru tahu bahwa ternyata salah satu eselon satu adalah teman sekolah ayah dahulu.

Terkadang memang yang dianugerahkan-Nya jauh lebih dari semua doa pinta yang kita panjatkan berulang-ulang.

Pernahkah anda membayangkan bagaimana rasanya apabila nama anda tercantum di buku yang akan digunakan oleh seluruh mahasiswa farmasi di seluruh Indonesia Raya?

Terlepas dari semua lebih kurang dan suka duka di berbagai bagian unit kerja, ditempatkan di tempat saya sekarang ternyata membawa banyak pengalaman. Hanya disini dapat lebih cepat mengenal bermacam-macam teknologi kesehatan terbaru. Terasa pula bagaimana liku-liku menghadapi bermacam karakter orang di pelayanan publik (topik ini sepertinya dapat dibuat catatan tersendiri).

Selain itu menyadari bahwa ternyata jadi pengusaha itu susah, mesti mengerahkan segenap peluh dan mungkin darah. Dan seperti kata seorang teman, hanya anak muda sinting yang mau menapaki jalan ini. Yah memang darah itu merah, Direktur Jenderal.

Ke gedung delapan lantai ini, pada mulanya datang dengan tujuan pribadi. Lalu setelah menjalani menjadi pelayan. Sedikit banyak melihat dan merasakan sendiri harapan yang tersimpan. Sedikit tergerak benih-benih kesadaran bahwa sudah selayaknya mengabdi untuk negeri, bukan untuk diri sendiri (saja).

Mungkin memang di tempat ini ada dua tipe orang. Tipe yang mikirin diri sendiri sama tipe yang (juga) mikirin negara. Menjadi abdi negara berarti haruslah bersiap-siap untuk dipuji dan dicaci, disanjung dan ditelikung, dilayani dan melayani.

Semoga bisa tergolong menjadi tipe kedua. Satu hal yang jelas, berjuang sendirian nampaknya dapat menjadi sungguh sangat melelahkan. Seperti melelahkannya bertahan dengan satu koma sekian.

Jadi maukah kamu berjalan bersama-samaku? Bersama-sama kita, bekerja untuk Indonesia

*didengerin bareng Hero-nya Mariah Kerey enak juga.

Apoteker, Anak Tiri di Rumah Sendiri

Beberapa waktu lalu, seorang kawan menghadiri pengambilan gambar untuk sebuah acara promosi kesehatan pada masyarakat. Miris, karena ketika pada segmen yang menjelaskan tentang seluk-beluk obat generik, profesi apoteker tidak disinggung. Memang kemudian muncul pertanyaan, yang dipermasalahkan itu 'pesannya' atau 'pembawa pesannya'? Jika pesan yang disampaikan tepat sasaran, tidak masalah siapa yang menyampaikannya bukan? Sayangnya pada kasus ini menurut kawan saya itu ada konten yang kurang tepat.

Kita lihat contoh kasus lain. Masih di instansi yang sama, yang menyusun sebuah buku promosi kesehatan sekolah. Berikut ini saya kutipkan petikan dari halaman 4. “Petugas kesehatan baik sebagai pegawai negeri, pegawai pemerintah daerah, pegawai BUMN maupun swasta yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, atau Balkesmas, Poliklinik atau praktek swasta adalah juga sekaligus merupakan petugas Promosi Kesehatan atau Promotor/Pendidik Kesehatan. Dokter, dokter gigi, perawat, bidan, petugas di ruang obat atau apotek dan sebagainya, dalam tugas melayani pasien sehari-hari berkewajiban untuk menyampaikan informasi kepada pasien atau yang dilayani (klien) terkait dengan penyakit atau masalah kesehatan yang dialami oleh klien tersebut. “

Terlihatkah betapa profesi apoteker nyaris tidak dianggap? Di buku tersebut hanya dituliskan 'petugas di ruang obat'. Buat saya ini sebuah tanda tanya besar berwarna hijau. Ini terjadi di rumah sendiri, apalagi di luar. Mari kita lihat sudut pandang orang luar.

Merasa ada yang aneh?

Saya pernah membaca sebuah artikel yang ditulis oleh seorang anggota Komisi IX DPR dari fraksi PKS, Zuber Safawi, SHI (dari gelarnya sih nampaknya bukan orang kesehatan) yang berjudul “Mencari Solusi Problem Tenaga Kesehatan”. Artikel ini membahas tentang tenaga kesehatan tapi tak satu pun menyebut kata ‘apoteker’ atau ‘farmasis’. Saya jadi agak sedikit malu untuk mengaku sebagai tenaga kesehatan.

Di simpang jalan ini, apoteker memang nyaris tak terdengar eksistensinya. Sayangnya justru kadang-kadang pengerdilan peran itu muncul dari profesi farmasis sendiri. Saat ini dengan kehadiran PP 51, ranah farmasi komunitas tengah berbenah. Memang selama ini mesti dipertanyakan, apoteker di apotek, raja atau bukan? Sebagian apoteker menyalahkan kondisi ini pada PSA, yang senantiasa dituduh berorientasi laba semata. Mungkin jika mengerti kondisi PSA, apoteker bisa melihat mengapa penawaran (atau mungkin perdebatan) gaji sulit beranjak dari angka satu koma sekian. Apotek adalah sebuah entitas bisnis, jadi perhitungan biaya dan keuntungan menjadi mutlak dan wajar di sini. Di tengah rimba apotek yang bermunculan di mana-mana, omset apotek menjadi semakin bersaing, dan ini akan mempengaruhi remunerasi apoteker.

Apoteker memang sedang berada di simpang jalan, sedang berbenah dan mengatur langkah. Namun idealisme memang harus berakar pada realitas. Jika tidak dikonsep matang dan integral, bukan tidak mungkin langkah-langkah perbaikan itu malah mengarah pada kondisi yang lebih buruk. Semoga tidak demikian.

Ah sudahlah, tak ada gunanya menyesali diri. Tulisan ini bukan untuk menyesali kondisi, bukan pula untuk mencaci. Tapi untuk menempatkan semuanya pada tempat yang selayaknya. Menyuarakan pandangan dari mereka yang tak kunjung bersuara.

10 Oktober 2010

Keindahan Penantian

Jika kita begitu ceria bahagia ketika kecil, lalu mengapa ingin cepat menjadi besar?
Jika kita menjadi semakin bijak dengan belajar lalu mengapa ingin segera berbaris berjajar mengenakan toga?
Jika kita bebas melanglang buana dengan status lajang lalu mengapa yang melulu ada di benak adalah ingin segera menghadap penghulu?
Jika kita pasti akan bersama yang kita cintai maka mengapa kita ingin berjumpa lebih dini?
Jika kita bisa bahagia dengan keadaan yang sederhana bersahaja lalu mengapa kita ingin segera kaya?
Jika kita menjadi lebih santun ketika berpuasa maka mengapa kita tak sabar menanti berbuka?


Mungkinkah kita telah sedikit melupakan bahwa ada suatu keindahan dalam penantian? 
Di sela-sela lantunan doa-doa yang mengalun ketika mengajukan permohonan.
Dalam debar degup jantung menanti jawaban dari pertanyaan yang menggantung.
Pada hati yang memanjatkan harap, memanjatkan harap dan mengadukan cemas.

Lalu jika kita merindu surga mengapa kita seolah berharap kematian bisa ditunda?

Pertemuan 1 Sen

Ya sudah, nanti kamu hubungi saya lagi…" kata dosen pembimbing skripsi yang sibuknya minta ampun, eh beberapa saat kemudian ketika dihubungi, entah HPnya mati atau jaringannya error. D'oh.

"Saya ada rapat jam 2, kamu ke sana saja, saya tidak tahu jam berapa kita bisa ketemu" kata dosen yang sama dengan kisah di atas. Ketika sampai di lokasi yang dijanjikan, whew rapatnya lama kali pun, baru bertemu sore menjelang malam, padahal sudah menunggu sejak siang.

Perjalanan menemui beliau selalu penuh inspirasi. Terbentang dari Jatinangor ke Bandung, melintasi dua kabupaten, menumpang bonceng motor seorang kawan seperjuangan. Dan belum tentu ketemu setelah menempuh perjalanan sejauh itu, padahal kami tahu beliau hanya di Bandung di akhir minggu.

Kala itu, kami adalah mahasiswa penggarap skripsi yang kehilangan arah.
""Kita mau bimbingan apaan?" ujar kawan saya itu.
"Yang penting ketemu aja dulu" sahut saya asal.
Tapi memang setiap bertemu beliau, selalu ada semangat membanjiri. Maklum, berkutat di depan komputer untuk orang yang empat tahun bercengkerama dengan laboratorium rasanya gimanaa gitu. Memang aneh, mahasiswa farmasi kok penelitiannya depan komputer, padahal membedakan memori sama hard disk saja masih tertukar.

Lain pembimbing, lain cerita. Ada dosen yang sangat sibuk sehingga ketika harinya presentasi, beliau belum datang, panik tentu saja, namun bersyukur sudah ada SMS, dikirimlah semacam pengingat, namun o la la ternyata salah kirim pada salah seorang teman perempuan. *facepalm.

Selain skripsi, ada juga di program profesi, bimbingan mendekati deadline ketika masih saja ada revisian padahal sidang sudah ada di hadapan. Itu revisi terakhir, saya tahu, tapi dengan waktu yang semakin sempit ini, kapan belajar buat sidangnya ? :(
Seorang kawan seperjuangan menatap saya, saya tahu itu tatapan simpati, bukan tatapan mentari meskipun sinar matanya serupa mentari *mulai ngaco. Saya lalu hanya membalasnya dengan senyuman tipis berusaha (sok-sokan) tegar menguatkan.

Beberapa kali ke rumah pembimbing tersebut, rumahnya unik, seperti terselip di antara tetumbuhan. Dan setiap kali ke sana selalu dengan rangkaian doa semoga tanda tangan beliau segera mengisi lembar pengesahan. Tapi tangan beliau masih saja mencoret di sana-sini. Tapi dengan itu, beliau mengajari saya tentang ketelitian.

Ada juga yang, bukannya membahas isi laporan, tapi memberi nasehat petuah kehidupan. Ada lagi sebenarnya, kisah-kisah yang tersimpan seputar menjalani masa bimbingan, baik itu skripsi, KP dan sebagainya, tapi rasanya tak semua bisa dipublikasikan.

Tapi pada dasarnya, semua pengalaman itu, semua wejangan itu, semua omelan itu, pada akhirnya menjadi kenangan manis dan pelajaran berharga, bukan begitu? Jadi rasanya biaya bolak-balik Bandung-Jatinangor, atau Karawang-Jakarta tak terlalu berlebihan untuk secuplik kisah perjuangan bukan?

Cawan dan Tongkat

Jika kau menyerahkan sesuatu urusan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.

Pada mulanya hanya ada orang (yang dianggap) pintar, tempat dimana masyarakat berikhtiar mencari kesembuhan. Orang (yang dianggap) pintar tersebut biasanya menggunakan tanaman tertentu yang diramu dan dibacakan mantra-mantra dalam rangka menghilangkan penyakit. Ia yang memeriksa pasien, menentukan diagnosa, dan ia juga yang memberikan obat. One stop service.

Lalu kemudian rasio pun berkembang, landasan ilmiah mulai berdiri dan seiring dengan itu bentuk dan cara pengobatan menjadi semakin kompleks sehingga memerlukan para ahli yang berfokus pada penemuan, pengembangan serta pengolahan obat-obatan. Pada tahun 754 apotek pertama berdiri di Baghdad. Sementara itu, om Frederick II, raja Jerman merasa perlu untuk memisahkan bidang farmasi dan kedokteran dengan mengeluarkan ordo Two Sicilies pada 1240. Namun sampai saat ini belum ada aturan yang melarang apoteker menikah dengan dokter atau sebaliknya.

Profesi apoteker dan dokter memiliki peran dan fungsi masing-masing. Lambang kedua profesi itu diwakili oleh ular, yang membelit cawan dan yang membelit tongkat. Peran dan fungsinya dalam pelayanan kesehatan memang beririsan, namun pembahasan (atau pun perdebatan) tentang hak dan wewenang sebaiknya dikembalikan pada kepentingan pasien yang akan membuat posisi apoteker dan dokter menjadi setara dan searah. Selama ini terkesan, masing-masing profesi mengusung egonya sendiri.

Yang terjadi di lapangan terkadang tumpang tindih. Misalnya saja pada pelanggaran kode etik profesi kedokteran yakni praktek dokter yang sekaligus langsung memberikan obat kepada pasien (self dispensing). Praktek dispensing ini dapat membuka celah bagi oknum dokter untuk memberikan obat tertentu tanpa berdasarkan pertimbangan klinis yang benar karena tidak adanya pengawasan dari pihak ketiga. Kewenangan dokter secara legal adalah mendiagnosa, tidak boleh melakukan dispensing obat. Hanya saja mungkin sebagian dokter masih merasa hidup di zaman dulu.

Fenomena dokter dispensing ini diperparah oleh industri farmasi yang menjalin hubungan bisnis dengan sebagian oknum dokter untuk meresepkan suatu jenis obat dengan merek tertentu. Dari cerita seorang teman, ternyata cara-cara yang dijalankan bisa sangat 'mengerikan', ketika obat 'dipaksakan' untuk habis dalam jangka waktu tertentu sehingga terkadang pasien dijejali obat yang sebenarnya tidak diperlukan.

Pasien memiliki hak untuk dapat memilih obatnya sesuai kemampuan dengan tidak mesti bergantung pada merek tertentu. Hal ini akan terkait juga dengan efisiensi biaya kesehatan. Perbedaan harga yang menjurang antara obat generik (berlogo) dan obat (generik) bermerek membuat biaya pelayanan kesehatan terkesan mahal. Padahal itu tidak taken for granted dalam artian pasien berhak menerima atau menolak. Itulah sebabnya di apotek, selalu kita diberikan harga, baru obat diracik. Mungkin agak berbeda ketika kita membeli soto ayam dimana bisa saja setelah sotonya sudah habis, baru kita bertanya pada pedagangnya berapa harganya.


Di sisi lain, sebagian apoteker mengambil alih wewenang dokter dalam menentukan diagnosa. Untuk kondisi penyakit ringan memang diperbolehkan, namun terkadang apoteker atau petugas di apotek mudah sekali memberikan obat keras (yang semestinya diserahkan jika hanya dan hanya jika ada resep dari dokter) tanpa resep.

Kita berharap tidak lagi ada semacam 'kebingungan', kewenangan memberikan obat ada di tangan dokter ataukah apoteker. Dokter boleh saja memberikan resep obat berupa merek obat tertentu, namun kceputusan terakhir tetap ada pada pasien. Lalu apa peran apoteker? Apoteker dapat dan selayaknya memberikan saran kepada dokter dan pasien tentang alternatif pilihan obat serta cara pemberian yang lebih ekonomis atau lebih baik secara farmakoterapi.

Pembagian peran profesi kesehatan memang merupakan kondisi ideal, tapi bukan utopis. Bahwa ada penyimpangan pada beberapa situasi dan kondisi, perlu dan dapat dimaklumi tapi bukan untuk dijadikan kebiasaan.

Regulasi di atas kertas sebenarnya sudah mengatur irisan hak dan kewenangan profesi apoteker dan dokter, yang perlu ditingkatkan adalah komitmen untuk melaksanakan dan mengawasi pelaksanaannya. Juga kedewasaan dan kejujuran dari setiap insan profesi kesehatan dalam melakukan tugas pengabdiannya.

NB : Tulisan ini juga saya posting di Politikana
http://www.politikana.com/baca/2010/09/30/cawan-dan-tongkat.html

Tiket Kepergian Tanpa Jadwal Keberangkatan

"Akang ga banyak berubah" ujar gadis berkerudung yang hobinya terjun payung itu ketika kami duduk berhadapan.

Meski dia tak menyatakan secara jelas apa yang tak berubah dari saya, tapi (rasanya) saya tahu yang ia maksudkan. Bukan soal fisik meskipun jika bukan teman SMP, tentu tak banyak perubahan yang dapat anda amati pada saya.

Saya membalasnya dengan menyahut bahwa ia pun tak banyak berubah. Yang kemudian ia sanggah. "Ah, saya banyak berubah."

Tak sempat menanyakan apa yang banyak berubah darinya, kami pun harus berpisah. Sebagaimana setiap pertemuan tentu digenapi oleh perpisahan.

Mungkin betul juga. Setiap kita berubah tak lagi menjadi orang yang sama setiap harinya.
Rambut kita rontok beberapa helai setiap hari
Sel-sel darah merah pun berganti setiap tiga bulan sekali.


Mungkin memang kita ini selalu berubah, hingga tiba saatnya tak bisa lagi kita berubah.Saat kita diberikan, tiket kepergian tanpa jadwal keberangkatan. Seperti yang terjadi pada seorang rekan kerja belum lama ini.

Belum lama mengenalnya, kini ia telah pergi untuk selamanya.. Ketika itu ia bercerita tentang awal mula ia masuk di tempat kerja. Tak ada yang menyangka, aku juga, tentang hari-hari terakhir ia bekerja. Sebelum pergi untuk selamanya.

Kematian memang selalu membawa banyak pelajaran. Ia adalah panggilan yang mesti dipenuhi meski tak sempat bersiap diri.Keberangkatan yang tak bisa ditunda meski sekejap saja. Inilah yang dinamakan takdir walau berulang kali mengucap jangan pernah berakhir.

Semua. Pada akhirnya semua akan tiba pada titik yang telah kita ketahui. Tanpa kecuali. Dan apabila semua sudah terjadi, semua pilihan dan usaha telah dijalani, maka bagaimana kesudahannya adalah hak-Nya.

Kematian datang dengan pelan, mengingatkan bahwa kelak masa kita pun akan tiba, entah secara tiba-tiba atau sedikit dapat diprediksi sebelumnya.

Apapun itu, semoga dari tangis sesenggukan dapat muncul kekuatan, kesabaran dan ketabahan pada mereka yang ditinggalkan.

18 September 2010

Ber-ibu Cerita

Seperti aku juga, ia anak kedua dalam keluarga.
Mungkin benar juga ucapan seorang teman, jadi anak tengah itu enak. Bisa merasa sebagai kakak, juga sebagai adik.
Ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kami berdua mungkin ucapannya Gie. "Kita begitu berbeda dalam semua ... "

Sebagai seorang sanguinis (yang juga setiap hari menanak sangu), selalu ada stok cerita di benaknya. Cerita tentang riwayatku, juga cerita sehari-hari seperti cerita tentang polah anak tetangga sebelah. Ia bisa terus bicara, terkadang dengan topik yang melompat-lompat. Sementara saya yang flegmatis-melankolis hanya mengangguk-angguk sembari sesekali mengulum senyum.

Dunia kami terkadang begitu berbeda. Waktu saya minta doa sebelum presentasi kolokium, yang dikirimnya adalah SMS bertanya "kolokium teh naon?". Sementara saya hingga sekarang belum lulus juga uji identifikasi organoleptis (uji warna, bau dan rasa) bagaimana membedakan terigu dan sagu sehingga ketika ada pembeli selalu saja terbersit ragu.

Saya tak keberatan menonton ulang film-film lama di layar kaca, sementara beliau berkata "sudah pernah". Ia bisa betah mengikuti liuk-liuk alur sinetron yang berganti-ganti di televisi, sementara sampai saat ini hanya satu judul sinetron yang (dulu) saya ikuti benar -benar, yaitu Dewi Fortuna (tentu saja selain seri si Doel Anak Sekolahan).

Ia meraih gelar honoris causa di kalangan tetangga di bidang masak-memasak. Ibu-ibu tetangga sebelah kerap meminta petuah soal teknik mengolah rasa seperti para anak buah meminta arahan dan petunjuk atasannya. Sebagai salah seorang yang terbilang paling sering menyantap masakannya, makanan favorit saya adalah (jreng jreng jreng), telur setengah matang dan nasi bola. Makanan waktu kecil itulah makanan terenak di dunia yang bisa membuat saya serasa mendapat bintang jatuh seperti bila Yoichi di Born to Cook mendapatkan inspirasi.

Tapi bakat itu rupanya tak menurun pada saya. Dalam lidah saya reseptor rasa hanya standar saja, nyaris tak bisa membeda, tingkat kelezatan lontong sayur di pasar dengan yang di dekat gor sana. Entahlah, mungkin keistimewaan itu menitis dalam bentuk yang lain.


Ia satu-satunya wanita dalam keluarga, mendampingi kepala rumah tangga selama kira-kira tiga dasawarsa. Membesarkan tiga anak lelaki.

Masa pensiun tiba, maka untuk menopang ekonomi, ia membuka lapak, berisi keperluan sehari-hari dan makanan ringan seperti Gery Chocolatos dan kawan-kawannya yang menjadi kegemaran anak-anak tetangga.

Apakah yang bisa menjadi hadiah terbaik untuknya? Apakah doa? Bukankah yang pasti didengar adalah doanya untukku, bukan begitu? Apatah lagi jika anaknya masih menyisa jelaga di gubuk hatinya. 

Tak seperti dia, saya tak pandai mengurai seribu cerita. Tulisan ini pun mungkin tak genap seribu kata. Meskipun cerita-cerita itu tak kan cukup dirangkai satu-satu.

*ditulis sembari mendengarkan 'Doa untuk Ibu'-Ungu dan menikmati cemilan Gery Chocolatos

17 September 2010

Bukan Saudara Serumpun

Hai cik selamt berpuase; selamtt menyambut hari raya...
Saya yaa sama-sama yaa ^^
Pearlwincess cik ape kabar??
Saya baik-baik , apa kbar di sana?
Pearlwincess baik juga . cik bile mau datng ke malaysia lg??
Saya waah, kapan ya? tak tahu lah
Pearlwincess cik masih stdy ke?
Saya sudah lulus, sekarang kerja di ministry of health
Pearlwincess wah bgus tu cik...
Saya mohon doanya yaa
Pearlwincess nanti kalau senang datang la ke malaysia jumpe kite orang ye cik cik pon doa kan kami untuk final exam nanti ye cik...
Saya yaa, insya Allah. Sekarang sudah lulus kah?
Pearlwincess blum cik lpas raya nanti baru final exam....
Saya ooh, oke. Selamat berjuang, semoga berjaya.
Pearlwincess terima kasih cik...

It's nice to have some respect and greetings from people. It's not even one sem when i umm well maybe you can call it lecturing. Even though, they still remember and contact me sometimes.



Beberapa hari ini, dalam rutinitas jalan kaki pulang pergi (bukankah orang Indonesia itu visioner? Belum pergi sudah berfikir pulang) kantor, SSK barikade polisi lengkap dengan meriam air bersiaga di Kedubes Malaysia.


Memang sempat ada aksi yang membuat geleng-geleng kepala, karena melibatkan feses manusia. Yang beginian ini sudah pasti mesti lebih dari sekedar ditegur oleh @Guru_PKN.


Terlepas dari sengketa dan konflik yang kerap berulang. Saya hanya berfikir, kebanggaan sebagai bangsa yang didapat dari merendahkan bangsa lain hanya menunjukkan piciknya cara pandang.


Mungkin kita bukan (lagi) saudara serumpun, namun paling tidak kita adalah saudara sesama manusia, yang sama punya khilaf dan dosa.

09 September 2010

Melepas Ramadhan, Menyambut Lebaran

Kepada semua rekan kerja di lingkungan Kementerian RI 30, serta rekan pengajar, staf dan pelajar di SMK Farmasi, juga di Geomatika Kolej.

Kepada teman satu almamater di Farmasi Unpad, SMU 1 Karawang, SMP 1 Rengasdengklok, SD 8 Rengasdengklok.

Kepada teman dan kenalan di dunia maya yang belum pernah bertatap muka atau sekali-kali saja.

Kepada Presiden RI, tokoh-tokoh masyarakat, dan seluruh rakyat Indonesia.

Dengan ini saya mengucapkan ini atas semua update status, mention, komen, like, serta tag yang mungkin kurang berkenan.

Sudilah kiranya untuk menekan Ctrl + A lalu tekan Delete, dan mengirim semua kesalahan ke recycle bin.

Dan kalau ada yang hendak meminta maaf. Maaf, tak bisa lagi memberi maaf. Tidak ada stok maaf. Semua sudah diberikan, sejak sebelum diminta.

Lebaran kali ini seperti biasanya selalu penuh makna. Bahkan meski mesti ada saat-saat kehilangan orang tercinta atau ketika ujian singgah sejenak. Tetap saja, nuansa hari raya selalu istimewa, di antara rasa kehilangan melepas Ramadhan dan keceriaan menyambut Idul Fitri.

Waktu masih SMA, masih sering ada yang bertukar salam lewat kartu lebaran. Ketika kuliah, lebih banyak memanfaatkan SMS. Kini lebih banyak melalui email atau jejaring sosial, lewat status atau menandai di foto dinding. Kalau begitu saya menulis catatan saja.

Semoga semua kesalahan bertransformasi menjadi pelajaran. Semoga semua kesediaan menerima dan melapangkan menjadi pemicu bermekarannya benih-benih kebaikan.

Fajar Ramadhitya Putera
fajariyoo@yahoo.com
fajariyoo.blogspot.com
apotek.dagdigdug.com
www.facebook.com/fajarrp
www.twitter.com/fajarrp
www.koprol.com/fajarrp
www.formspring.me/fajarrp
www.linkedin.com/in/fajarrp

27 Agustus 2010

Proposal Ramadhan


Saat genap 26 tahun versi Hijriah, teruntai harapan akan ketenangan jiwa dan ketenteraman hidup.
Ada alasan mengapa mereka menyebutnya 'jatuh cinta', karena sesudahnya kita membangun 'diri kita' menjadi lebih baik.
Ia itu E = mc²
seindah Venus namun tak sejauh Saturnus
kini hanya memandang dari jauh tanpa menyentuh


Puasa adalah saat kita memanjatkan asa pada Yang Maha Kuasa.
to love is to hope
and love is an uncountable nouns
Ternyata aku makin cinta, karena dia begitu indah


Ingin mencuri selendang seorang bidadari agar ia tak terbang ke langit tetapi menemani di bumi.
hingga tiga setengah dasawarsa dan seterusnya
satu setia, dua bersama, tiga menyayangi dan mencintai
angka yang paling ist(er)imewa adalah tiga
dan sembilan adalah angka kerinduan
sementara 22/7 adalah angka yang unik


Panjatkan pinta tentang cinta dan cita, sehingga terlengkapilah lubang dalam hati.
yang memberi manis setelah sepah habis
mungkin ia tak begitu sempurna tapi tak apa, karena aku juga
Bukankah cinta itu masuk hati, bukannya masuk akal?


Hari kesepuluh. Menanti sebuah jawaban, atas sebuah permohonan. 
maukah ia percaya di saat yang lain meragukan?
maukah menjadi yang pertama dan terakhir, bila hari bergulir?
No need to ask 'why', because without 'y' your life become our life


Menjelang buka, saatnya kirimkan doa pada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
makanan yang paling romantis adalah kismis
selain itu adalah castangel
penyakit yang paling menyiksa adalah malarindu tropikangen
dan FLU berarti Fajar Love U


Berdoa adalah menyelaraskan apa yang baik menurut kita, dan apa yang sesungguhnya baik untuk kita.
kerinduan itu mampu menyulap waktu
karena rasa rindu dapat membuat lindu selama beberapa windu
serupa sayap kupu-kupu yang rapuh namun indah dapat menimbulkan badai di hati


Masa aktif puasa anda tinggal beberapa hari. Sudahkah mengajukan permohonan yang selama ini menari-nari di hati?
Setiap manusia pasti pernah jatuh hati dan mempunyai hak cinta
I complete your L*fe, and u complete my *niverse


Tidak mau kalah, sebelum raga dan jiwa terpisah. Tak hendak menyerah, sebelum memohon sembari pasrah.
karena rembulan dapat mengubah lelaki menjadi serigala 
ketika tak hentinya kamu menjadi trending topic dihatiku
Terserah pada-Mu, aku ikut mau-Mu




Terkadang muncul keraguan, bagaimana jika permohonan yang selama ini terus dipanjatkan benar-benar dikabulkan. Di sela doa, terkadang muncul harapan yang begitu besar.

21 Agustus 2010

The 'F' Word

1. What is your name : Fajar
2. A four Letter Word : Fine
3. A boy's Name : Faris
4. A girl's Name : Fika
5. An occupation : Farmasis
6. A color : Fuchsia
7. Something you'll wear : Funky Cloth
9. A food: Fillet
10. Something found in the bathroom: Funny towel
11. A place : Food court
12.A reason for being late : Finishing article
13. Something you'd shout : F***
14. A movie title : Finding Nemo
15. A musical group : Foo Fighter
16. An animal : Fish

18 Juli 2010

Siap atau Tidak, Hadapi Tembokmu!

Impian, cita-cita, semangat dan ambisi. Desir-desir hati manusia memang akan selalu mengejar mencari sesuatu, mungkin hingga ujung waktu.

Tapi apakah manusia selalu mendapatkan apa yang dicita-citakannya?
Bukankah terkadang ada tembok yang tegak berdiri menghadang?
Terkadang tembok melambangkan arogansi, mungkin seperti tembok pemisah Palestina ini.

Hanya saja ingatlah, arti hadir tembok bukan untuk membuat langkah terhenti. Seperti kata Randy Pausch yang menulis 'the Last Lecture' (salah satu buku termahal yang pernah saya beli, untung lagi diskon), "Tembok penghalang berdiri disana karena suatu alasan, bukan untuk menghalangi kita! Tembok itu ada untuk memberi kesempatan untuk menunjukkan sekuat apa kita menginginkan sesuatu”.

Tembok Ratapan

Di bukunya itu, ia bercerita tentang bagaimana ia mewujudkan satu per satu impian masa kecilnya, melewati satu demi satu tembok yang merintangi. Termasuk ketika ia memilih sang pendamping. Menurutnya, Jai, yang kemudian menjadi istri tercintanya merupakan salah satu tembok penghalang yang paling mengesankan dalam hidupnya. Ia menyebut istrinya, tembok cantik setinggi 167 cm, yang sanggup membuatnya menangis, mengevaluasi seluruh hidupnya, juga menelepon ayahnya dalam keadaan tidak berdaya untuk meminta bimbingan dalam mendaki tembok itu.

Pembangunan tembok Berlin, yang memisahkan banyak keluarga.

Ada beberapa cara untuk melintasi tembok yang menghalangi impian, yang kau cita-citakan.
Kau bisa melompatinya, menubruknya, mencari celah untuk menyelinap, mengambil jalan memutar, atau mungkin cara lain yang belum terlintas di pikiran.

Melompat lebih tinggi dari tembok. Cara ini memerlukan energi potensial untuk ditransformasi menjadi energi kinetik yang dapat melejitkan diri melampaui tembok yang menjulang tinggi. Resikonya adalah jika ternyata lompatanmu kurang tinggi sehingga kau malah menabrak tembok (seperti George of the Jungle).

Menubruk tembok hingga ambruk. Cara ini yang dilakoni Lenin muda ketika berhadapan dengan aparat. Ketika aparat berkata padanya, "Kau sedang menubruk tembok", Lenin menjawab "Ya, tapi tembok itu telah rapuh dan akan segera rubuh." Jelas, cara ini memerlukan daya dobrak yang besar.



Mencari celah menyelinap. Ya ya.. cara ini pernah berhasil dicoba, tapi temboknya memang seluas tembok Cina, lalu bagaimana jika hanya tembok rumah biasa?


Mengambil jalan memutar. Fiuuhh, kebayang jauhnya. Masalahnya adalah waktu, yang terus berpacu.

Hmm.. bagaimana sebaiknya menyiasati tembok yang menghalangi?

Kata seseorang, Tembok kalo dikikis walau pelan2 juga akan runtuh :)
 
Kata yang lain, temboknya dijadikan penyangga rumah aja. klo memang kuat :)

Kata yang lain lagi, sebenarnya, ada satu penemuan manusia yang luar biasa...yang bisa kita gunakan untuk melihat ke balik tembok....jadi kita bisa meneropong apa yg akan kita hadapi nanti...bisa membuat rencana sebelum mendobrak, menubruk, mengitari, atau mencari2 celah.. :)

24 Juni 2010

Berhentilah Dulu Menjadi Trending Topic di Hatiku

Mencari senyum dalam genggaman jemari. Ada sayang di balik kalbu. Sudah jatuh cinta, tertimpa rindu pula. Terjangkit pula malarindu tropikangen.

Memang ini bukan yang pertama bagiku, tapi sungguh berharap ini yang terakhir. Pernah satu kali ada yang singgah di ruang hati. Tapi yang ini membuatku bergerak maju berupaya menjadikannya nyata. Bukan sekedar menuliskan dalam puisi atau melantunkan melalui lagu. Meski penuh kusadari, manusia tak ada yang sempurna tapi bukan berarti tak ada yang istimewa.

Jangkau pandang manusia terbatas, terkadang bias. Tak mengerti dalamnya hati, tak tahu yang ada di balik kalbu. Maka, Dialah yang Maha Mengetahui. Tanyakanlah pada-Nya. Jika memang dia yang terbaik, untuk dunia dan akhirat. Mudahkanlah, tunjukkan jalannya.

Dan untuk yang telah mengingatkan, thank you somad. Melewati usia separuh abad, sudah waktunya melangkah maju menuju cita-cita yang dituju. Pendamping, asisten, tempat tinggal, begitu langkah-langkahnya bila menjadi penguasa.

Maka saya pun melangkah. Dan sementara itu, berhentilah dulu menjadi Trending Topic di hatiku.

O ya. Saya mulai ikut berkicau di twitter jadi kalau mau memantau kicauanku, anda tahu apa yang harus dilakukan.

13 Juni 2010

Kaleidoskop Cinta

Seperti apakah warna cinta?
merah muda ataukah jingga?
hijau? kuning? kelabu?
ataukah bermacam warna?

Cinta kadang terasa seperti unsur-unsur kimia
ingin seperti aurum, berharga menghiasi hidupmu
ingin seperti oksigen, menjadi separuh nafasmu
ingin seperti karbon, hadir di setiap fragmen hidupmu
ingin seperti sesium, mengingatkanmu tentang waktu
ingin seperti neon, menerangi hidupmu
ingin seperti kalsium, membantumu tegak berdiri

atau seperti fenomena alam ciptaan-Nya
ingin seperti gravitasi, membantumu menjejak bumi
ingin seperti magnet, menarik perhatianmu

ingin seperti mitokondria, memberi energi untukmu
ingin seperti enzim, membantumu meski tak ikut bereaksi

Namun apakah cinta selalu ceria? Mungkin tidak, terkadang ia bisa berwajah sendu atau pun muram durja.

Cinta Seribu Satu Malam
Wanita memang serupa ular berbisa. Tak layak dipercaya apalagi dititipi hati.

Demikianlah murka sang raja saat mendapati permaisuri mengkhianati begitu tega. Belati itu mengoyak hati, merenggut cinta dari jiwa, mengubahnya menjelma serigala. Setiap malam menikahi perawan, lalu membunuhnya saat mentari muncul dari balik awan. Hatinya menjadi api yang beku, membara karena amarah, namun dingin menusuk.

Atas nama cinta, puteri perdana menteri menawarkan diri untuk dinikahi. Di malam pertama, ia menghadiahi sang raja sebuah cerita. Terpikatlah raja, algojo pun diperintah menunda. Malam demi malam berlalu, cerita yang ditutur mampu melunakkan hati yang terlanjur beku. Seorang lelaki yang dikhianati, kembali mengecap cinta manis terasa, merasa rindu selezat madu.

Sebuah kisah cinta. Cinta Seribu Satu Malam. Kisah ini saya adaptasi dari kisah terkenal dari semenanjung Arab tentang Syahrazad dengan seribu satu malam penuh ceritanya. Mengingatkan bahwa cinta tak melulu indah di mata.

Two ring in a marriage. Wedding ring and suffering.
Hidupmu berakhir ketika kau menikah. Saat kau ucap dengan sigap janji suci di hadapan saksi. Sejak itu kamu telah tiada, menjelma menjadi kita. Mimpi-mimpimu bersatu dengan cita-citanya. Kelebihanmu berpadu dengan kekuatannya, kekuranganmu bertemu dengan kelemahannya. Ritme hidupmu tak akan bisa sama lagi.

Ketika hadir buah hati, kau hidup bukan untuk dirimu sendiri. Terkadang kepentinganmu tak lagi jadi perhatian.

Hidupmu berakhir ketika kau menikah.
Apakah kau ingin mengakhiri hidupmu sekarang? Apakah kamu yakin?
Demikian kita ucapkan pada kedua pengantin. Selamat menempuh hidup baru, jalan panjang yang bergelombang.
 
Cinta memang perbudakan yang menyenangkan, dan pernikahan adalah yang cara yang indah untuk mengakhiri hidup.

12 Juni 2010

Prajab Break Angkatan IV

(sebuah refleksi di sela rangkaian acara)


Tuhan, kami syukuri kami di sini
izinkan kami mengabdi untuk negeri
Inilah wujud perjuangan kami
sumbangsih kami sedikit untuk negeri



Sebuah langkah yang harus dan telah dijalani, untuk menghapus satu huruf "C".
Pendidikan dan pelatihan bagian pemasaran abdi masyarakat. Diawali dengan saling berkenalan antara unit kerja, tau-tau dibilang mirip menteri -_-°
Lalu setiap pagi dan malam dapat apel.Terselang libur satu hari yang diisi acara nonton bareng. Alangkah lucunya negeri ini, film yang kena banget di hati.
Materi demi materi silih berganti. Latihan baris berbaris yang agak sedikit bikin miris.

Momen 1 :
Protokoler : "Menyanyikan lagu Padamu Negeri"
Dirigen : (maju ke depan) "Mari bung rebut kembali"
Peserta : ?!?

Momen 2 :
Latihan gerakan haluan kiri.
"Luruuus ... Grak!"

Dan sekian momen lain hingga 'perseteruan' antara kucing garong dan koramil, curcol salah satu instruktur yang dalam pengabdian selalu merasa pengab dan tak pernah muncul dian, hingga pertama kali karaoke yang entah suaranya oke atau tidak.

(sebuah refleksi di sela rangkaian acara)


Tuhan, kami syukuri kami di sini
izinkan kami mengabdi untuk negeri
Inilah wujud perjuangan kami
sumbangsih kami sedikit untuk negeri


Sebuah langkah yang harus dan telah dijalani, untuk menghapus satu huruf "C".
Pendidikan dan pelatihan bagian pemasaran abdi masyarakat. Diawali dengan saling berkenalan antara unit kerja, tau-tau dibilang mirip menteri -_-°
Lalu setiap pagi dan malam dapat apel.Terselang libur satu hari yang diisi acara nonton bareng. Alangkah lucunya negeri ini, film yang kena banget di hati.
Materi demi materi silih berganti. Latihan baris berbaris yang agak sedikit bikin miris.

Momen 1 :
Protokoler : "Menyanyikan lagu Padamu Negeri"
Dirigen : (maju ke depan) "Mari bung rebut kembali"
Peserta : ?!?

Momen 2 :
Latihan gerakan haluan kiri.
"Luruuus ... Grak!"

Dan sekian momen lain hingga 'perseteruan' antara kucing garong dan koramil, curcol salah satu instruktur yang dalam pengabdian selalu merasa pengab dan tak pernah muncul dian, hingga pertama kali karaoke yang entah suaranya oke atau tidak.



Indonesia harus sehat
Indonesia harus kuat

Tuhan kami, syukuri kami di sini
luruskan kami, bulatkan tekad kami
hindari kami dari tindak korupsi
tak ingin kami pensiun di bui


Tujuh hari dalam seminggu, wajahnya mengalihkan duniaku.
Berapakah nilai kesetiaan perempuan itu, lebihkah dari sembilan satu?

Di asrama bertanya-tanya, bagaimana mengubah asmara jadi samara? Mungkin kau bertanya, mengapa ia tersemat di hatiku? Mungkin jawabannya adalah cinta.

Seperti jika ada yang bertanya mengapa kami ada di sini, mungkin jawabannya adalah karena kami cinta negeri ini. Ya, kami cinta negeri ini.

Tak dinyana, muncul heart breaking news yang menguras hati ketika ternyata aku dan dia tak dapat saling mengucap janji. Bidadari nan bermata jeli, ternyata sudah tak sendiri lagi. Sedikit merasa seperti Snape dan Lily, tapi harus terus berjalan tanpa henti. Karena ku yakin, Kau hanya (memberi yang terbaik) untukku. Maka biarkan aku menjaga perasaan ini, cause you are his lady and i am not your man. Biarkan aku menjadi seperti yang Dia minta.

Paruh kedua rangkaian acara. Sudah dapat mengendalikan gejolak asmara. Hati pun tak lagi merasa sengsara. Bisa fokus belajar mengabdi untuk negara.
Akan percuma pra jabatan kalau tak dapat pasangan perubahan sikap dan perilaku.



Bola cinta, yang lebih cocok dinamai bola bingung. Karena orang yang mendapatkannya malah jadi kaget dan bingung. Tapi menarik juga saat menyadari bahwa ada orang lain yang memperhatikan kita. Baguslah, latihan memverbalkan apresiasi. Ternyata lebih banyak yang dapat diamati dalam dua minggu daripada dua bulan. Ada MOT yang selalu luar biasa menyemangati dan jeli melihat potensi. Selain materi, juga banyak yang berkesan seperti belajar salsa dan chicken dance. Tak tertinggal pula menu makanan, yang sering kali sulit dipadukan karena memang tidak nyambung. Namun sementara yang lain memilih, tetap saja saya mengambil semua menu yang disajikan. Sambil makan, seperti biasa ada perbincangan ringan. Ndengerin celotehan ibu hamil yang sampai catatan ini ditulis belum diketahui dengan jelas apakah si ibu hamil tersebut kemudian mewujudkan keinginannya ke Senayan City.

14 hari pun berakhir, kebersamaan pun usai. Zul kembali dengan SMSnya, Mantiza kembali ke medan perangnya, Ipin kembali ke luar negeri. Semua empaters kembali ke aktivitas sebelumnya, menjadi suami siaga, menangani krisis, dsb. Akhirnya yang tersisa adalah kenangan, kesan dan senyuman.


NB : Saya mencintaimu

03 Juni 2010

Tugas pokok secara khusus dari tenaga-tenaga farmasi berdasarkan jenjang pendidikannya dalam lingkup instansi pemerintah?

Dalam instansi pemerintah, jabatan dibagi dua yakni struktural dan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang bersifat hierarkis organisasi, dalam hal ini tenaga farmasi tidak secara khusus menjalankan perannya. Sementara pada jabatan fungsional, tenaga farmasi diberdayakan sesuai kompetensinya. Biasanya jabatan fungsional untuk tenaga farmasi berada di instansi pemerintah yang melakukan pelayanan langsung pada masyarakat seperti rumah sakit dan puskesmas.

02 Mei 2010

Romansa Kimia

Tadi pagi masuk kelas menerangkan tentang senyawa hidrokarbon. Bagaimana keunikan atom karbon karena empat elektron valensinya, ukuran kecilnya serta variasi rantai karbonnya. Dengan adanya empat elektron valensi, atom karbon dapat mengikat satu atom karbon lain, dua atom karbon lain, tiga atom karbon lain serta empat atom karbon lain. Ia tak dapat membentuk ikatan dengan lebih dari empat unsur lain. Jumlah yang diperbolehkan baginya adalah empat. Tidak lebih. Tidakkah ini serupa dengan aturan agama?

Atom karbon dapat bergabung dengan atom karbon lain membentuk ikatan tunggal atau rangkap. Ikatan rangkap dapat berupa rangkap tiga, yang masih bersifat jenuh dan dapat mengalami pemutusan ikatan. Ketika telah tiga kali mengalami pemutusan ikatan, kedua atom karbon tidak lagi bergabung dalam suatu senyawa. Lagi-lagi menggunakan prinsip yang sama dengan hubungan dua manusia.

Dua minggu sebelumnya materi tentang elektrolit. Dimana ternyata kekuatan elektrolit bergantung pada ionisasi larutan atau seberapa banyak zat-zat terlarut (solut) terurai dalam air. Jika terurai sempurna, kekuatannya semakin besar. Demikian pula, kekuatan cinta akan semakin nyata ketika perhatian diberikan sepenuhnya, tidak sebagian saja.



Tepatlah kenapa mereka sering berkata cinta itu tentang proses kimia. Hukum-hukum kimia ternyata bekerja pula pada cinta. Tetapi sore itu sebersit cetusan pikiran muncul di benak saya.

Cinta tak perlu dicari. Entah ia akan singgah sendiri, atau kelak tumbuh menyemai di hati.



Untuk apa terus mengunyah jika rasa telah sepah dan manis telah habis? 
Ketika usai menghisap madu, apakah akan masih ada rindu?
apa yang menarik dari seorang perempuan tua yang tak lagi cantik?
apa yang bisa dilakukan sang mantan lelaki perkasa semenjak menua selain merepotkan?
saat pesona yang tampak di mata satu demi satu sirna, dapatkah kebaikan hati menata ulang cinta sehingga dua manusia dapat merasa bahagia meski mungkin tak seperti di surga?
lalu mungkinkah datang manis setelah sepah habis?

23 April 2010

Apa sich artinya efek lokal, efek sistemik, efek teratogen, plasebo juga permeasi.?

Efek lokal itu artinya pengaruh obat pada tubuh yang bersifat lokal, misalnya hanya mempengaruhi daerah kulit yang dioleskan obat. Sementara efek sistemik adalah pengaruh dari obat yang (biasanya) diberikan melalui sistem fisiologis tubuh, misalnya obat penurun panas yang diminum per oral (lewat mulut). Efek teratogen adalah efek samping obat yang dapat menimbulkan kecacatan tubuh. Plasebo merupakan sediaan yang tidak mengandung bahan aktif obat. Permeasi kurang lebih berarti daya tembus suatu zat.

14 Maret 2010

Pelangi Kehidupan

Di bukunya Sing Mind Set, John Naisbit menulis bahwa segala sesuatu selalu jadi lebih baik. Saya sangat setuju sekali. Aneh sekali orang yang bilang keadaan begini-gini aja atau malah enakan jaman dulu. Jika kita melihat secara holistik, segala sesuatu memang selalu jadi lebih baik. Begitulah kira-kira.




Setelah melalui proses yang begitu rupa, SMK Farmasi Bima Nusantara akhirnya diresmikan pada tanggal 23 Februari 2010. Sayang pada hari tersebut, bupati berhalangan hadir jadinya yang datang papati karena harus menghadiri acara dengan Bappenas.


Kehadiran seorang aleg DPRD Karawang dapat menyemangati dan membesarkan hati kami, orang tua maupun para siswa. Tampak dari applaus meriah yang muncul saat beliau menyinggung tentang perkembangan pendidikan di Karawang serta bagaimana apresiasinya pada sekolah yang menjadi pelopor pendidikan farmasi di Karawang ini.


Ada pula sambutan kepala sekolah yang mengingatkan tentang pendidikan yang merupakan penunjuk jalan serta bekal di masa depan. Yang tak kalah apik adalah penampilan dari para siswa yang menunjukkan bahwa 'SMK Farmasi's got talent'. Baik penampilan pidato, paskibra, paduan suara serta tari cukup mengesankan meski sempat ada insiden mati sound saat pementasan jaipong.

Esoknya satu halaman koran Pasundan Ekspres (setelah sebelumnya memuat tulisan saya tentang antibiotik) mengulas tentang acara peresmian (ada foto saya juga separuh badan). Selain memuat foto-foto acara, ada juga ulasan tentang pendirian sekolah ini. 


Menjelang makan siang, berpapasan dengan seorang wartawan yang ternyata menjadikan blog saya sebagai referensi bahan berita. Saya hanya nyengir sambil bertanya-tanya tahukah dia bahwa orang yang menulis blog itu sedang berdiri di sebelahnya?
Tapi hidup memang selalu penuh warna. Dalam dua hari itu ada dua kabar duka, satu kawan saat sama berjuang dalam upaya pembinaan anak-anak sekolah, satu lagi kawan satu kelas semasa SMA. Rasanya belum lama ketika beliau masih saling berkomentar di album foto merencanakan reuni. Pelangi kehidupan nampaknya mungkin tak hanya tersusun dari merah, kuning, hijau tapi ada juga hitam, putih dan abu-abu. Seperti dua hari kemarin ketika dua hari berturut-turut menjenguk yang sakit di rumah sakit. Sakit memang tak mengenal usia.

16 Februari 2010

Aku Punya Blog Baru Lho

Yap, meski dua blog yang sudah ada belakangan relatif jarang diupdate, yang blog apotek malah sudah nyaris tidak berdetak, tapi sekarang malah bikin dua blog baru, Penulis Farmasi dan Farmasi Bima Nusantara. Yang pertama dimaksudkan buat tempat menyimpan tulisan-tulisan kefarmasian, terus yang kedua dimaksudkan buat sarana tambahan pembelajaran untuk pelajar farmasi. Kayaknya maksimal empat blog aja yang dikelola, khawatir ndak bisa adil membagi kasih sayang di antara keempatnya :))
Selamat menikmati ya.

Namun Salahkah Aku?

Belakangan lintasan-lintasan pikiran berada di seputaran akan beberapa keputusan yang telah diambil.
Lalu bertanya-tanya salahkah aku ketika kuambil keputusan-keputusan itu?

Ketika melepas apotek dan pergi ribuan kilometer jauhnya, lalu kembali dan mendapati situasi yang tak diduga.
Ketika 'tinggal dan menunggu' di sebuah gedung tua menyeramkan, bahkan hingga lebih setengah tahun lamanya.
Ketika memutuskan diri selama suatu rentang waktu dari Partai Kau tahu Siapa, setahun lebih tak merasakan nuansa bening pengajian rutin pekanan.
Ketika menunggu saja panggilan dari pusat, dan tinggal di rumah hingga terkesan tak ada kerjaan, alias nganggur gur gur.

Setelah
bertanya-tanya mencari ke dalam hati, hanya satu jawaban yang bisa diberikan, yakni bahwa yang diputuskan adalah yang terbaik yang bisa dilakukan.
Menengok ke belakang memang diperlukan sekali waktu, namun dalam menyusuri jalan kehidupan, mesti lebih banyak mengarahkan pandangan ke depan.

15 Februari 2010

Menghafal Semua Unsur di Tabel Periodik

Berawal dari komentar di artikel saya di Netsains tentang sistem periodik, yang meminta bagaimana kalau membuat jembatan keledai untuk semua unsur dalam tabel periodik. Whew, kurang kerjaaan apa? Tapi boleh juga dicoba, iseng-iseng suatu siang saya coret-coret menyusun jembatan keledai untuk semua unsur periodik. Dan ternyata jadi juga, meski sebenarnya saya meragukan kegunaan praktisnya.

Jadi begini, akan sulit untuk mengingat keseluruhan unsur, jadi kita chunking atau potong-potong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, golongan 1-7A, golongan transisi 1-4, deret lantanida, deret aktinida, unsur baru.

NoPi Asbun Suka bicara Bicara (N P As Sb Bi)
Bang Ali Gabung InTl (B Al Ga In Tl)
Cantik Si Geulis Sangat Puber (C Si Ge Sn Pb)
Orang Suka Senyum Temen Polisi (O S Se Te Po)
FeCel Baru Item Amat (F Cl Br I At)
Suci TitiV Cari Mana Cowok Feri Nikah Cuama Zenab (Sc Ti V Cr Mn Co Fe Ni Cu Zn)
Yang Zeru Nabrak Mobil Truc Rusak paRah Pd Agak Cakid (Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd)
Lala Hafal Tanda Waktu Operasi Insinyur Paling Tau Harga (La Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg)
Acha Rafi Damba Sangat Buah Hasil Metik (Ac Rf Db Sg Bh Hs Mt)
Cewek Perempuan Nadya, Pamela Ama Euis Gaduh Tabungan Dy Hotel Erik Tambah Yang belum Lunas (Ce Pr Nd Pm Am Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Lu)

Ini termasuk yang paling susah, sampai sekarang saya belum menemukan jembatan keledai yang mudah diingat untuk ini.

04 Februari 2010

Menembus Cakrawala

Saya gagal menembus cakrawala minggu ini. FYI, Cakrawala itu suplemen harian Pikiran Rakyat yang memuat tentang sains. Dulu terbitnya seminggu sekali, tapi karena satu dan lain hal menjadi dua kali sebulan. Sebagai suatu bentuk menyemangati diri, kali ini mencoba berbagi tips dan pengalaman tentang bagaimana supaya tulisan anda dapat menembus cakrawala.

Seperti layaknya harian umum, tulisan yang dimuat biasanya yang mengusung tema yang terkait tren terkini. Dengan kata lain, trending topic apa yang berkembang, maka tema tulisan itulah yang punya kemungkinan besar dimuat.
Tapi itu tidak mutlak karena kita bisa saja membuat trend sendiri jika tulisan kita benar-benar memuat hal yang baru, menarik dan membawa manfaat bagi orang banyak.

Lalu bagaimana mencari ide tulisan? Saya biasanya mencari perkembangan terbaru dunia sains dari internet, misalnya saja New Scientist. Situs sains populer ini cukup bagus, bahasannya aktual, mendalam, tapi juga relatif ringan. Bisa juga mengambil dari jurnal-jurnal ilmiah yang menunjukkan sampai dimana perkembangan sains dunia. Seperti yang disampaikan Onno W Purbo, tak perlu punya gelar untuk menjadi pakar, yang penting adalah mau terus belajar, dan saat ini sumber pembelajaran sangat mudah tersedia. Jadi mari kita berbagi pengetahuan ilmiah populer untuk mencerdaskan bangsa.

Bicara soal tema, ada baiknya diusahakan mengirim tulisan sebanyak 2 atau 3 dengan tema serupa sehingga kemungkinan dimuat lebih besar. Kalau diperhatikan, suplemen ini biasanya menyajikan tulisan-tulisan dengan satu atau dua tema yang sama, misalnya saja minggu ini temanya adalah kejahatan ATM.

Meskipun mengulas tentang sains, karena sasaran pembacanya adalah masyarakat luas, gunakan bahasa yang mudah dicerna yaah kira-kira anak setaraf SMA.

Walaupun ada banyak tips penulisan yang menyatakan agar jangan memulai sebuah tulisan dari judul, tapi it dont work for me, jadi mungkin tergantung gaya penulisan anda sendiri. Judul pun kalau kurang menjual biasanya diedit. Untuk gambar pendukung, saya jarang mencantumkan, biasanya mereka melengkapinya dari internet.

Setelah mengirim, hari rabu malam biasanya sudah dapat diintip di situsnya, jadi bisa tahu sebelum korannya terbit esok pagi.

Demikianlah kira-kira, bagaimana caranya menembus cakrawala. Semoga bermanfaat.

18 Januari 2010

Berjalan Terus Tanpa Henti

Belum lama ini nyasar ke situs sebuah apotek jaringan, sebut saja apotek m. Jadilah melakukan sebuah pengamatan sederhana pada tampilannya. Cekidot.

Mottonya ga selaras, nama lokal, tapi motto Inggris. Pake domain situs yang gratisan pula. Tapi filosofisnya bagus dan bisa menjadi pembeda jika dapat benar-benar diterapkan. Jangan sampai over promise karena lidah tidak bertulang.

Tapi ngeliat itu jadi inget setahun lalu. Saat berkunjung keliling Malaysia dalam setengah hari, melawat Jonker Park bak berada di China. Kadang berfikir apa artinya fragmen pengalaman di Malaysia itu. Pengalaman pahit atau menyenangkan. Dua-duanya sih, tapi mana yang lebih dominan. Mungkin ga penting untuk dijawab, cukup dikenang yang manisnya, ambil hikmahnya dan lanjutkan hidup. Karena istirahat yang sebenarnya, tempatnya bukan di dunia.

13 Januari 2010

Menunggu itu Bosan

“Kita tak kan pernah mendahului nasib!” teriak Arai.
“Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai Afrika! Apa pun yang terjadi!” (Sang Pemimpi)

Menunggu itu bosan. Tanya saja pada pasien yang sedang menunggu resep racikan. Jadi daripada menunggu tak tentu lebih baik melangkah menjemput mimpi. Apa impian terbesar dalam hidupmu? Buat saya salah satunya adalah "Meraih gelar Master". Tapi ngambil S2 dimana? Ga mungkin kan ngambil di tukang es? Btw, kenapa ya Andrea Hirata menyebut Paris sebagai pusat ilmu, bukannya Paris tu pusat mode? Apa mungkin karena revolusi Eropa yang tahun 1848 itu dimulai dari Perancis? Jadi bertanya-tanya Universitas paling keren itu apakah Harvard, Stanford, MIT, al Azhar, Hogwarts atau Beauxbaton? Dulu Alexandria pernah jadi pusat pengetahuan terlengkap pada zamannya, kayanya seru juga jalan-jalan ke sana. Salah satu hobi saya adalah jalan-jalan ke kampus, melihat-lihat gedung, papan pengumuman serta mengamati gaya mahasiswa di kampus tersebut. Selain Unpad tentunya, kampus yang pernah saya visite antara lain ITB, Undip, UGM, UPI, UNI, UPN, Hmm.. saya belum pernah menelusuri UI. Jadi bagusnya kuliah di mana ya?
Di tahun 2009 cukup banyak keajaiban yg mengukir senyum di wajah. Maka 2010 adalah saat menanti keajaiban berikutnya.

Mimpi lain yang belum terwujud adalah menulis buku. Yah mimpi yang tertinggal kereta ketika tersadar bahwa banyak (banget) kawan-kawan bahkan adik kelas yang sudah berhasil di bidang ini, sementara gw masi cuma bermimpi-mimpi. Dulu, perpustakaan dan toko buku adalah hal-hal yg menghiasi masa kecil. Kalau merujuk ke cerita orang tua, waktu kecil suka nebeng baca sama orang. Sambil makan baca majalah Bobo. Banyak sudah tulisan yang mewarnai jiwa saya. Miranda Risang Ayu dengan gaya penulisan kontemplatif yang membuat kita merenung dalam setiap membacanya. Dan Brown dengan karya-karyanya yang mencengangkan belum lagi risetnya yang intensif. Clifford Irving, yang demikian pede membuat suatu biografi Howard Hughes. Gede Prama, yang mencerahkan dan menyejukkan. Anis Matta yang menggugah dan mempesona. Ah, jika didaftar semuanya akan serupa deret tak hingga. Cukup sekian saja.
Menunggu itu bosan, karena itu lebih baik melangkah menjemput mimpi.

06 Januari 2010

Apoteker Bukan Profesi Murah-an

Sebuah curhatan di sebuah situs mikroblogging menyinggung tentang akan naiknya biaya kuliah profesi apoteker di sebuah kampus. Kalau dipikir-pikir, memanglah biaya produksi seorang apoteker itu mahal. Itu baru biaya kuliahnya saja, belum lagi jika biaya tidak tetap juga diperhitungkan, juga biaya hidup, atau biaya yang sifatnya intangible.

Karena itu wajar jika ada yang berfikir untuk mengembalikan modal setelah menjadi apoteker. Wajar kan? Setelah mengeluarkan biaya yang cukup besar, lalu mengharapkan keuntungan yang besar. Remunerasi yang memadai, status sosial yang baik, jaminan hidup dan sebagainya tentu jadi idaman.

Saat ini, apakah para apoteker sudah dapat mencapai semua itu? Rasanya sulit untuk menjawab 'ya' dengan keyakinan penuh. Karena itu di milis ikatan mahasiswa farmasi sempat ada yang merasa perlu untuk bertanya "Masih perlukah apoteker di Indonesia?" Yang waktu itu saya jawab. "Tidak Perlu." Yang tentu saja langsung mengundang kontroversi :P
*I love doing this*.

Perbedaan sudut pandang berperan di sini. Pengguna jasa apoteker sepertinya nyaris tidak peduli semahal apa biaya yang dikeluarkan untuk mendapat gelar Apt. Pengguna jasa apoteker, baik itu pasien, atasan atau PSA, lebih peduli pada apa nilai tambah yang dapat diberikan oleh apoteker sebagai seorang profesional. Karena itu selama apoteker masih dipersepsi sebagai cost center dan bukan investasi, penghargaan yang baik tentu tak kan mendekati. UU dan PP yang baru disahkan September kemarin sebenarnya membawa harapan, tapi harapan itu akan tak bermakna jika tak ada komitmen. Komitmen memberikan yang terbaik, yang akan menunjukkan pada dunia bahwa apoteker bukan profesi murah-an.

Bagaimana menurut anda?

Beberapa tanggapan : 
"susahnya.. apoteker tu udah dari dulu dihargai dari omset apotek.. yang mana kudu diakui kalo mau omset gede kudu jual barang yang nilai nominalnya gede pula.

aku cuman mikir, yang moga2 ama Tuhan dikasih kepercayaan untuk punya apotek sendiri.. aku ga bakal ambil uang resep atau margin keuntungan 20%-10%. aku hanya akan menambah nominal tertentu (misalnya: 5000 untuk obat keras, 2500 untuk obat bebas) buat semua obat..

nah, dengan begitu bukan omset yang aku kejar.. tapi jumlah pasien yang aku layani......

kira2 bisa balik modal ga ya kayak gitu? hehehe"
(dari Riza Ridho)

sebenarnya murahan or tidak itu tergantung dari pribadi masing2 apt...Apt yg mempunyai bargaining position or nilai tawar tinggi akan dihargai tinggi juga oleh psa.masalahnya banyak sejawat kita yang masih blm punya itu bahkan ga punya kewenangan apapun.jd spt pelayan toko biasa.tapi ada pula sejawat kita yg benar2 ngelola penuh n psa ... percaya sampe k masalah keuangan...dan praktis krn pengelolaan penuh salary nya pun tinggi nah di sini nilai tawar apt di pertaruhkan.nah jd yg murah an siapa nich? (dari Reina M)

04 Januari 2010

02 Januari 2010

Keraguan pada Layanan Kesehatan

Dalam dunia pengobatan dikenal istilah plasebo, suatu sediaan tanpa zat aktif obat yang dapat menyembuhkan hanya karena pasien memiliki keyakinan yang kuat. Jika tak ada rasa percaya, akan sulit bagi pasien yang sakit untuk mendapat kesembuhan. Demikianlah, kepercayaan memang memainkan peran penting dalam proses pengobatan. Namun jika melihat ke belakang di tahun 2009 kemarin, terasa keraguan dalam benak masyarakat terhadap institusi pelayanan kesehatan formal. 
 
Kemunculan dukun cilik Ponari pada Januari tahun lalu dengan batu sakti yang dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit adalah satu fenomena penting. Pesona “Ponari dan Batu Bertuah” telah menyihir puluhan ribu orang yang bahkan mencari-cari segala hal yang berkaitan dengan Ponari seperti air sumur rumahnya, hingga tempat pembuangan air keluarga Ponari. Perilaku irasional ini menunjukkan kurangnya kepercayaan masyarakat pada pelayanan kesehatan formal serta kecenderungan pada pengobatan alternatif.

Awal Februari 2009, isu puyer mengemuka menjadi polemik di berbagai media. Isu ini mengusik kepercayaan pasien pada bentuk sediaan puyer dan sediaan racikan. Selain itu, kepercayaan masyarakat pada tenaga kesehatan pun ikut terusik. Banyak yang kemudian mempertanyakan profesionalisme kerja tenaga kefarmasian di apotek terkait cara pembuatan puyer yang dianggap tidak higienis. Saldo keraguan masyarakat pada institusi pelayanan kesehatan pun bertambah satu poin.

Beberapa insiden terkait pelayanan kesehatan masih berlanjut hingga kini. Pada tanggal 13 Mei 2009, Prita Mulyasari ditahan di LP Wanita Tangerang Banten karena dituduh melakukan pencemaran nama baik terhadap Rumah Sakit Omni International Tangerang lewat internet. Email seputar keluhannya terhadap rumah sakit tersebut yang dikirim kepada teman-temannya, kemudian menyebar lewat milis. RS Omni International kemudian mengajukan tuntutan hukum pada Prita. Tindakan ini kemudian memicu rasa simpati masyarakat yang mengumpulkan koin sebagai bentuk kepedulian sekaligus protes. Salah satu dampaknya, penurunan pengunjung RS Omni sebanyak 10 persen menunjukkan ketidakpercayaan dari masyarakat. Apakah sentimen ini akan berimbas pada institusi pelayanan kesehatan formal lain? Semoga tidak demikian.

Di milis yang saya ikuti sempat muncul diskusi mengenai pelayanan kesehatan di rumah sakit yang cenderung seadanya jika petugas rumah sakit tidak didesak-desak oleh pasien. Padahal tentu sulit untuk mengharapkan pasien untuk mengadvokasi pelayanan yang baik sementara kondisinya sedang sakit. Maka biasanya kerabat pasienlah yang begitu rupa mengejar-ngejar petugas agar mendapat pelayanan kesehatan yang baik. Sering kita jumpai, keluarga pasien berjejal-jejal menunggui pasien di rumah sakit. Boleh jadi ini menunjukkan bahwa pasien dan keluarganya kurang memiliki kepercayaan bahwa petugas di rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan formal akan memberikan pelayanan terbaik untuk pasien.

Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan kemarin, pemerintah melakukan pengobatan massal penyakit kaki gajah, namun setelah itu, terjadi kematian beberapa penduduk. Tentu sangat disesalkan bagaimana proses pengobatan dapat menjadi insiden kematian. Hasil penyelidikan menyatakan obat aman dan tidak ada human error, namun itu malah menimbulkan pertanyaan apa sesungguhnya penyebab kematian delapan warga tersebut. Salah satu dampak insiden ini, banyak warga yang merasa was-was untuk menjalani pengobatan kaki gajah. Sekali lagi, insiden ini mengusik kepercayaan masyarakat pada institusi pelayanan kesehatan formal.

Mengembalikan Kepercayaan
Beberapa toko roti kelas atas menerapkan kebijakan keterbukaan sehingga konsumen dapat langsung menyaksikan proses pembuatan produknya. Strategi ini memberikan rasa aman dan mengundang kepercayaan konsumen. Konsumen pun akhirnya mendapatkan keyakinan mengenai kualitas produk tersebut.
Bayangkan jika strategi ini diterapkan dalam pembuatan sediaan racikan. Secara psikologis, adanya konsumen yang melihat langsung akan membuat peracik obat lebih teliti dan rapi dalam meracik. Jika memang peracikan obat mengikuti prosedur baku, tidak perlu khawatir jika konsumen ingin menyaksikan langsung proses pembuatan obat racikan. Keterbukaan memang dapat mengundang kepercayaan untuk datang.

Mengembalikan kepercayaan yang hilang tidak akan mudah, tapi bukan tidak mungkin. Untuk itu diperlukan kerjasama semua pihak terkait. Untuk menuju keterbukaan, terlebih dahulu mesti ada standar yang berlaku. Standar yang bersifat terbuka sehingga masyarakat dapat mengetahui apa dan bagaimana pelayanan kesehatan yang selayaknya diperoleh. Dengan demikian, pasien sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatan tidak akan merasa membeli kucing dalam karung, selain dapat berguna bagi institusi pelayanan kesehatan untuk membuktikan kualitasnya.

Yang terpenting, jati diri profesi kesehatan harus dikembalikan ke asalnya sebagai suatu profesi yang menjunjung etika dan nilai-nilai yang luhur. Profesi kesehatan selayaknya mengedepankan nurani dan bukan semata mengejar keuntungan dari membisniskan jasa pelayanan kesehatan. Profesi kesehatan semestinya mampu mendengarkan suara hatinya sehingga dapat menunjukkan kejujuran, empati, kepedulian, dan cinta. Bukankah hati hanya akan dapat disentuh dengan hati juga?

01 Januari 2010

Kilas Balik Perjalanan Hidup di 2009

2009

Januari : Syukur, harap dan cemas. Perasaan itu yang mewarnai awal tahun 2009 kemarin. Ketika status saya tergantung antara ya dan tidak. Begitu rupa sampai-sampai sempat merasa ingin setahun lebih tua. Januari ini juga ketika pertama mulai nulis di Catatan FB. Tepatnya 4 Januari 2009. Sudah punya NPWP.

Februari : Mulai mengabdi di kampus SMK Farmasi Bima Nusantara. Meskipun ceritanya saya di sana mengajar, sejatinya sayalah yang banyak belajar. Pelajaran tentang keyakinan dan kepercayaan hidup, dan ternyata dunia begitu berwarna, tak cuma hitam, putih dan abu-abu seperti yang saya yakini selama ini tapi mejikuhibiniu. Kota ini sangat cocok dengan kondisi saya pada waktu itu, di mana saya bisa menghilang dari kehidupan saya sebelumnya (sayangnya ternyata saya tak pernah bisa benar-benar menghilang) dan memulai hidup baru (di kota baru).

Maret : Reuni Emas Farmasi Unpad. Banyak ilham dari acara tersebut yang membuat saya tersadar bahwa saya belum apa-apa, tiada yang hebat dan mempesona, biasa saja. Sehingga menjadi ingin pula berkarya, menjelajah dunia dan nusantara. Sehari setelah acara itu jalan-jalan ke kota DODOL menyambung tali silaturahim.

April : Pertama nulis di Pasundan Ekspres. Tulisan yang kemudian membuka jalan pada beberapa hal, yang menyenangkan dan tidak begitu menyenangkan.

Mei : Kopdar pertama saya di komunitas Netsains. Dapet kaos (yei!). Agendanya lumayan seru, jalan-jalan di kebun tanaman seantero nusantara, pemaparan mengenai teknologi wimax dan diskusi mengenai milis, blog dan digital campaign sambil diselingi hiburan dan makan-makan. Pulangnya dapat oleh-oleh tumbuhan penolak nyamuk dan seabrek buku-buku keren.

Juni : Usia jadi Dua Lima. Seperempat abad. Meski tersisa satu pertanyaan yang belum dapat dijawab sepenuhnya. Berharap menjadi semakin sensitif, introspektif, dan reflektif.

Juli : Murid-murid baru SMK Farmasi Bima Nusantara. 100 kurang 1.

Agustus : Pertemuan rutin ISFI yang agak terasa lain. Meski mestinya merasa lega karena yang mengganjal selama ini sudah dilepaskan. Mendapat hadiah kejutan, sebuah jam tangan.
Bulan ini juga data-data di flashdisk mendadak hilang (d'oh). Tapi hilangnya bahan-bahan tulisan yang tak selesai, jadi bisa lebih fokus mengerjakan tulisan yang lebih punya bentuk kesudahan.

September : Sail Your Hope, dapat buku gratisan dari Bentang Pustaka (Yei!). Membagi mimpi ingin menyebarluaskan informasi dan edukasi mengenai kefarmasian dan kesehatan pada masyarakat luas seluas-luasnya melalui berbagai media baik online maupun offline. Pharmacy Publishing, Pharmacy for everyday life.

Ada juga Buka Puasa Bersama Netsains.com & Technomedia Ruang Komisi Utama Lt.3, Gedung 2 BPPT.

I'tikaf, tidak dinyana, bertemu bapak guru bahasa Inggris SMP yang killer berwibawa, alumni SMP1 Dengklok pasti tahu, Pak Sumardi. Menjelang akhir, bereuni bersama teman-teman SMP. Mendoakan keberkahan hidup untuk calon ayah dan calon ibu. Lalu berceloteh tentang kisah-kisah masa sekolah yang ternyata begitu penuh kekonyolan, masa-masa ketika masih berupa setengah manusia dewasa.

Idul Fitri. Syawal berarti peningkatan, mungkin itu sebabnya panitia shalat Ied di masjid melakukan inovasi untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan. Tahun ini SMS Ramadlan dan Lebaran teralihkan oleh riuhnya FB, tapi tetap ada beberapa SMS mampir ke hp saya. HP baru G700 karena yang G502 hilang entah kenapa.

Oktober : Perjalanan ke kampus farmasi tersayang. Tiba sekitar pukul 8. Suasana Jatinangor telah cukup banyak berubah. Gerbang kampus pun dipindah tak lagi di tempat sebelumnya.

November : Pukul 13 tanggal 13 November. Acara pertemuan ISFI Karawang di Alam Kreasi. Agendanya Halal bi halal, pengenalan kanker serviks dan sedikit tentang PP51.

Test CPNS. Pagi itu Gelora tampak ramai meski tak ada pertandingan yg dijadwalkan. Ribuan orang, 890 orang di antaranya bergelar apoteker, berdatangan dengan berbagai motivasi dan latar belakang. Duduk manis di antara angkatan yg lebih muda.

Hari pengumuman. Hari itu adalah momen kepasrahan. Que sera, sera. Setelah sebelumnya separuh kepalaku perih. Hari-hari tak kunjung berubah cerah, mendung, meski mendung tak selalu berarti akan hujan. Naskah yg dikirim tak menunjukkan tanda-tanda diterima. Saldo ATM (Artos Tina Mesin) sudah berkata "tidak" ketika hendak ditarik. Sementara uang di dompet hanya cukup untuk makan sehari. Fyuhh ... dan pengumuman belum muncul juga saudara saudara.

Tapi Selasa memang selalu luar biasa. Hari itu honor turun juga sepenuhnya (meski dipinjam dulu setengahnya). Lalu tak lama ke warnet dengan dagdigdug setelah sebelumnya merasa bodoh karena tak membawa serta kartu ujian. Akhirnya jari jemari mengklik. Dan ...

Desember : Sekali lagi menjadi bulan penuh penantian seperti tahun kemarin. Yah, seperti kata Gigi, menunggu itu bosan, coba saja kau merasakan
Ada yang hendak ditanyakan?