13 September 2011

Belajar Sirah Bersama Gita Gutawa

Pagi itu Rasulullah SAW nampak sibuk memperhatikan bajunya dengan cermat, baju yang tinggal satu-satunya itu ternyata sudah usang. Dengan uang delapan dirham, beliau segera menuju pasar untuk membeli baju.

Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang wanita yang sedang menangis. Ternyata ia kehilangan uangnya. Dengan kemurahan hati, beliau memberikan 2 dirham untuknya. Tidak hanya itu, beliau juga berhenti sejenak untuk menenangkan wanita itu.

Setelah itu, Rasulullah SAW lalu melangkah ke pasar. Beliau langsung mencari barang yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dengan harga 4 dirham lalu bergegas pulang.

Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang tua yang telanjang. Dengan iba, orang itu memohon sepotong baju yang baru dibelinya. Karena tidak tahan melihatnya, beliau langsung memberikan baju itu.

Maka kembalilah beliau ke pasar untuk membeli baju lagi dengan uang tersisa 2 dirham, tentu saja kualitasnya lebih kasar dan jelek dari sebelumnya.

Ketika hendak pulang lagi, Rasulullah SAW kembali bertemu dengan wanita yang menangis tadi. Wanita itu nampak bingung dan gelisah. Ia takut pulang karena khawatir dimarahi majikannya akibat sudah terlambat. Dengan kemuliaan hati beliau, Rasul langsung menyatakan kesanggupan untuk mengantarkannya.

”Assalamu’alaikum warahmatullah”, sapa Rasulullah SAW ketika sampai rumah majikan wanita itu. Mereka yang di dalam semuanya terdiam, padahal mendengarnya. Ketika tak terdengar jawaban, Rasulullah SAW memberi salam lagi dengan keras. Tetap tak terdengar jawaban. Rasul pun mengulang untuk yang ketiga kalinya dengan suara lantang, barulah mereka menjawab dengan serentak.

Rupanya hati mereka diliputi kebahagiaan dengan kedatangan Nabi. Mereka menganggap salam Rasulullah SAW sebagai berkah dan ingin terus mendengarnya.

Rasulullah SAW lalu berkata,”Pembantumu ini terlambat dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya”. Mendengar ucapan itu, mereka kagum akan akan budi pekerti beliau. Mereka akhirnya menjawab, “Kami telah memaafkannya, dan bahkan membebaskannya.”

Budak itu bahagia tak terkira, tak terhingga rasa terima kasihnya kepada Rasul. Lalu ia bersyukur atas karunia Allah SWT atas kebebasannya. Rasulullah SAW pulang dengan hati gembira karena satu perbudakan telah terbebaskan dengan mengharap ridha Allah SWT.

Beliau pun berujar,”Belum pernah kutemui berkah 8 dirham sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang mampu menenteramkan seseorang dari ketakutan, memberi 2 orang yang membutuhkan serta memerdekakan seorang budak”.

Demikian kisah Rasulullah dengan 8 dirhamnya yang menjadi berkah. Meski hidup sederhana, beliau sangat murah hati dan banyak bersedekah. Suatu sikap mulia dan semoga kita bisa berusaha meneladaninya.

Saya teringat kisah ini ketika mendengar lagu tentang Nabi Muhammad, yang menyedekahkan delapan Dirham miliknya. Lagu yang dibawakan Aluna Sagita Gutawa.

Belajar kisah Nabi Muhammad melalui lagu nampaknya ide yang menarik. Selain di tingkat Taman Kanak-kanak atau PAUD, musik jarang menjadi perhatian dalam aktivitas pembelajaran. Terkadang hanya muncul setahun sekali dalam bentuk partisipasi siswa di pentas seni. Di sekolah pada umumnya, kecerdasan musikal memang kerap terabaikan dibandingkan kecerdasan lain seperti logika, kecerdasan linguistik, kecerdasan spasial dan sebagainya.

Seorang murid saya suka sekali mendengarkan musik, termasuk saat jam pelajaran saya. Ia menyembunyikan ear phonenya di balik jilbab. Saya mengetahuinya karena ia sendiri yang kemudian mengakuinya sambil cengar-cengir.

Saya memakluminya, toh saya sendiri tipe orang yang kerap memutar musik untuk menemani belajar atau saat mengerjakan tugas. Sekarang pun ketika membuat tulisan atau dengan sangat terpaksa membereskan kamar, saya pun memutar Audacious. Paling tidak dapat membantu melawan rasa enggan. "Kamu tau aja lagu-lagu" Begitu ujar seorang kawan di tempat kosan dulu.

Kecerdasan Musikal, menurut Daniel Goleman, adalah bentuk kecerdasan yang melibatkan kemampuan menyanyikan sebuah lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik.

Jika dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, lantunan dengan nuansa yang ceria, mungkin dapat memudahkan kita untuk menyerap cerita serta lebih mudah pula mengingatnya. Berminat mencoba?

Kisah 8 Dirham. Kisahnya Nabi Muhammad
Pada suatu hari saat hendak ke pasar.
Nabi bawa uang sebanyak 8 Dirham.
Nabi ingin membeli pakaian

Kemudian Nabi bertemu Budak Sahaya
dia sedang menangis kehilangan 4 Dirham.
Nabi pun memberi 4 Dirham kepadanya.
Sisa uang nabi tinggal brapa? (Tinggal 4 Dirham)

Teladan ya Rasulullah..
Teladan ya untuk masa depan..
Teladan ya nabi Muhammad..
Teladan ya kamu bersabda..

Tiba-tiba ada orang memanggil Nabi.
'Oya Rasulullah tolong aku kelaparan'
Nabi pun memberi 2 Dirham kepadanya.
Sisa uang nabi tinggal brapa? (Tinggal 2 Dirham)

Dengan tersenyum beliau masuk ke pasar.
kini uang nabi hanya tinggal 2 Dirham.
Sisa uang Nabi dibelikan pakaian baru.
Nabi pulang kembali ke rumah.

Dalam perjalanan berjumpa seorang pria.
'Oya Rasulullah aku tak punya pakaian'
Akan Nabi memberikan pakaian barunya.
Kini semua tlah nabi berikan..

Teladan nya Rasulullah..
Teladan nya untuk masa depan..
Teladan nya nabi Muhammad..
Teladann ya kamu bersabda..

Bahagianya saat membahagiakan orang lain.
Senangnya bila kita menyenangkan sesama
tanpa memberikan walau tak banyak berguna.

Rasulullah ya teladan Nabi
Nabi Muhammad Teladan Kami.

Itulah Kisah 8 Dirham
(kisah 8 dirham, kisah 8 dirham
kisah 8 dirham, kisah 8 dirham)


Cuma ada sedikit yang jadi pemikiran, ini kisahnya diambil dari hadits yang mana ya? Jalur periwayatannya seperti apa? Bukankah segenap perkataan, perbuatan dan perilaku Nabi itu terdokumentasi dalam al Hadits? Wallahu a'lam.

Btw, bagaimana agar kita dapat bersama-sama belajar menjadi lebih baik, Gita?

Lihat juga tulisan saya tentang Belajar Sains Bersama Gita Gutawa di Netsains.com