23 April 2008

Terima Kasih Om Hans

Tahukah anda 19 April itu hari Hansip? Itu lho, orang berseragam yang berkeliling malam-malam membawa tongkat pemukul dan sesekali memukulkannya ke tiang listrik atau pagar rumah.

Menurut Wikipedia, kata hansip sendiri adalah kependekan dari Pertahanan Sipil. Saat ini Hansip berubah menjadi Linmas. Pasukan Hansip dibentuk di setiap desa, anggotanya diangkat dari masyarakat. Organisasi Pertahanan oleh masyarakat sipil bertanggung jawab atas hal-hal yang terkait dengan keamanan dan keteraturan. Hansip berada di bawah pengawasan Bupati dan Gubernur pemerintah daerah. Tapi tahukah anda bahwa hansip itu tidak memiliki gaji tetap?


Who Want's to be a Pharmacist


Do you know, Krisdayanti (a famous Indonesian singer) was actually want to be a pharmacist? Do you know that Vice President of America period 1963 - 1969 is Hubert H. Humphrey was a pharmacist? And Coca Cola was invented by John Pemberton, also a pharmacist. In fact, a Malaysian citizen is admiring Indonesian Pharmacist . The Sailor Moon author is also a pharmacist. Also, pscyhologist feel that they need to learn from pharmacist . Finally, pharmacist is the third in polling.

Well, who want's to be a pharmacist?

(Thank you for apotekkita.com for the information)



16 April 2008

Langkah Menteri Mengancam Raja


Belum lama Menkes AS berkunjung ke Indonesia. Dalam kesempatan tersebut dia membantah tuduhan Menkes Indonesia tentang isu sampel virus flu burung. Tentu masih ingat saat Menkes Indonesia meluncurkan buku “Saatnya Dunia Berubah” yang membuat heboh Amerika dan dunia internasional.

Buku tersebut menuai reaksi dunia internasional. Siti Fadilah menyoroti ketidakadilan mekanisme WHO dalam mempergunakan sampel virus H5N1 yang dikirim negara berkembang. Mekanisme yang diprotes tersebut adalah negara-negara berkembang yang menyumbangkan virusnya kepada WHO tidak bisa meminta hasil penelitian dan tidak dapat mengetahui apa yang terjadi dengan virus yang dikirimkan.

Reaksi keras dunia internasional, khususnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang meminta buku tersebut untuk ditarik. Namun Siti Fadilah bertekad untuk mempertahankan peredaran buku tersebut dengan segala resiko. Kalau perlu, akan dicetak ulang buku itu. Selain cetak ulang, Menkes Indonesia itu juga akan segera menerbitkan jilid dua buku tersebut.

Buku tersebut diluncurkan pada 6 Februari 2008 dengan 182 halaman. Isinya adalah perjuangan dalam menghapus ketidakadilan mekanisme pertukaran sampel virus yang telah berjalan selama 50 tahun.

''Kami sama sekali tak pernah tahu, apakah virus itu digunakan untuk penelitian atau publikasi, ataukah mereka di-sharing ke pabrik vaksin untuk dibuat vaksin. Atau mungkin virus itu digunakan untuk pengembangan senjata biologi,'' papar Siti Fadilah di halaman 173 lampiran IV buku ber-cover merah itu.

Tapi mengundang pertanyaan, jika Menkesnya dari farmasis, beranikah mengambil langkah seperti ini?




14 April 2008

Farmasis, Sebaiknya Perempuan Atau Laki-laki?


Sebuah lowongan pekerjaan di sebuah koran nasional, bertuliskan “Syarat : Wanita”. Yang membuat saya bertanya. Mengapa mesti wanita? Seorang kawan berkata karena begini dan begitu. Lalu teringat sebuah milis membahas tentang wanita, berdasarkan diskusi di milis tersebut, wanita lebih sabar karena peran fluktuasi hormonal estrogen-progesteron yang mempengaruhi profil serotonin-endorfin. Lalu, wanita lebih rasional karena berpikir dengan sangat sistematis, sehingga pada kasus depresi wanita juga berinsidensi lebih tinggi. Namun, bak pisau bermata 2, rasionalitas yang tinggi pada wanita akan menjadikan dirinya terlampau banyak pertimbangan, berhati-hati, curiga, waspada senantiasa dan akhirnya cemas dan tertekan. Ini mengakibatkan tindakannya yang di luar domain "wajar" yang sering menyudutkan dirinya sebagai makhluk emosional. Sebuah argumen salah, yang benar adalah terlalu rasional. Yah, itu sih menurut diskusi di sebuah milis. Pendapat lain tentu banyak di luar sana.



Sebuah artikel di Netsains menyebutkan bahwa wanita lebih 'keras kepala' dari laki-laki, benarkah demikian? Sebab sesungguhnya wanita memiliki tengkorak kepala yang lebih tebal. Studi yang dilakukan oleh Jesse Ruan dari Ford Motor Company dan koleganya dari Tianjin University of Science and Technology, China ini memang membuktikan bahwa tulang tengkorak kepala perempuan lebih tebal dari lelaki. Ruan menguji tengkorak kepala 3000 pasien di Tianjin Fourth Central Hospital melalui pemindaian citra dan ditemukan bahwa ada perbedaan menarik antara lelaki dan perempuan. Rata-rata ketebalan tulang tengkorak lelaki adalah 6,5 milimeter, sedangkan perempuan 7,1 milimeter. Perempuan memiliki tengkorak kepala lebih kecil daripada lelaki, dari depan hingga belakang hanya sepanjang 171 milimeter dengan lebar 140 milimeter. Sedangkan lelaki mencapai panjang 176 milimeter dan lebar 145 milimeter. Hasil riset ini dipublikasikan secara detail di International Journal of Vehicle Safety.

Bidang profesi farmasi sendiri begitu luas dan memiliki karakteristik sendiri yang boleh jadi mungkin dirasa lebih cocok untuk satu gender tertentu. Tapi di zaman kesetaraan gender sekarang ini? Sebenarnya tanpa disyaratkan pun, pasti lebih banyak farmasis berjenis perempuan daripada laki-laki. Sudah jadi rahasia umum, kampus farmasi adalah kampus dengan mayoritas perempuan. Yang jelas, perempuan bukanlah racun dunia, melainkan perhiasan yang paling indah.




Chest La Vie

Oui, chest la vie. Ya, inilah hidup. Hidup yang terlalu berharga untuk dilakoni seadanya, untuk amalan yang tanpa makna. Hidup yang cuma dijalani sekali untuk menentukan keputusan tempat pulang terakhir apakah tempat terindah atau tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Inilah hidup kita. Kita yang akan menjalaninya.


Farmasi. Kata yang telah akrab dengan keseharian. Inilah bagian dari hidup kita, bagian dari mimpi besar kita, bagian dari cita-cita kita. Profesi yang begitu mulia, pun berpotensi menjadi nista. Dunia yang begitu carut marut, namun pula begitu rapi tertata. Dunia dengan segala kemajuan dan inovasi, tetapi juga larut dalam kejumudan dan keterbelakangan penerapan.


Sudah siap menyelam lebih dalam? Mari kita mulai. Apotek, Sarana tempat dilakukannya pelayanan kefarmasian. farmasis selayaknya sangat peduli terhadap bidang ini. Kondisi realitas sekarang adalah kurang (tidak) diakuinya eksistensi farmasis di apotek. Ini sebanding dengan penghargaan, penyelenggaraan fungsi dan kompensasi. Jika dianalisis, mungkin salah satu penyebabnya adalah karena pada dasarnya semua pekerjaan kefarmasian dapat dialihkan ke asisten farmasis, sehingga tidak membutuhkan kehadiran farmasis. Kondisi ini diperparah dengan realitas masyarakat yang jarang sekali merasa membutuhkan kehadiran farmasis untuk berkonsultasi dan meminta informasi mengenai obat.


Kesimpulannya, jalan kita masih sangat panjang, maka semua potensi kita perlu kita optimalkan, kita akan menantang badai. Karena hidup adalah perjuangan. Ya inilah hidup. Chest la vie


“Heal the world, make it better place. For you and for me and the entire human race. There are people dying, if you care enough for the living.”


11 April 2008

Langit Biru Farmasis

Secerah langit biru di pagi hari yang cerah, seperti itulah cita farmasis seharusnya. Ceria dan menyenangkan. Profesi ini bukan untuk mereka yang cukup puas dengan hanya memikirkan bagaimana bertahan hidup, ini untuk mereka yang ingin menjadikan farmasis sebagai suatu profesi yang memberi manfaat baik bagi profesi sendiri, masyarakat, dan semua aspek terkait.

Paradigma persaingan itu yang perlu dimodifikasi, mengapa tidak mengambil pendekatan sinergi, bukankah kita lebih bisa berkarya jika kita semua bergandeng tangan dan melangkah bersama. Secara naluri kita sangat menginginkan sinergi, bisa dilihat pada fenomena mencontek di mahasiswa (saya tidak sedang membahas benar-salah di sini). Dalam konteks kerja sama, ini artinya kita memang punya kecenderungan bersinergi, bukan cuma bersaing. Paradigma persaingan tidak lagi relevan saat ini.


Bukankah mahasiswa dilatih untuk berkreasi dan berfikir kritis, menciptakan sesuatu. Kompetisi saat ini tidak lagi relevan.


Misalnya menciptakan konsumen dan pasar baru, rumah sehat, klinik berbasis farmasi klinik, kafe jamu, apotek satu pintu dan sebagainya. Farmasis, apoteker, S.Si, S.F apapun namanya tidak lah mesti terpaku pada plot-plot pekerjaan yang sudah ada, pengembangan profesi farmasis sangat luas, ia bisa berkembang dan terus berkembang.


Secerah langit biru di pagi hari yang cerah, seperti itulah cita farmasis seharusnya….


09 April 2008

Bukan Wira Usaha

Saya melihat ada hal yang mungkin terlupakan dalam wacana-wacana kewirausahaan. Mungkin karena dari istilahnya itu sendiri yang terkesan membatasi. Kewirausahaan. Berusaha sendiri (-an). Pengertian dan pemaknaan semacam ini membawa kita pada pengertian pada usaha yang dilakukan sendiri. Pada beberapa hal, paradigma ini tidak menjadi masalah, namun buat saya ini menjadi satu kelemahan tersendiri.


Saya berpendapat bahwa dunia ini tak melulu berisi kompetisi berdarah-darah. Kita akan dapat melakukan lebih banyak hal ketika kita bekerja sama. Human genome project misalnya, sebuah proyek yang awalnya dianggap mustahil tetapi ternyata lebih cepat rampung ketika digarap bersama-sama oleh ilmuwan dari seluruh dunia. Bahkan kelahiran kita ke dunia pun dimungkinkan antara lain karena berlangsungnya sebuah proses sinergis. Sperma terpilih (yang akhirnya menjadi kita) tak akan berhasil mencapai ovum jika dia berusaha sendirian dari awal. Harus ada sperma-sperma lainnya dalam jumlah cukup untuk membantunya mencapai ovum. Begitulah alam mengajarkan, sesuatu lebih mudah dicapai ketika kita bekerja sama.


Termasuk dalam bidang bisnis, kerjasama dapat membuat segalanya lebih mudah. Untuk beberapa orang, memulai bisnis sendirian dapat tampak sebagai sebuah usaha luar biasa berat layaknya memindahkan gunung. Seseorang misalnya memiliki kreatifitas luar biasa namun tak memiliki kemampuan untuk menerjemahkannya ke dalam eksistensi komersil. Atau orang yang supel bergaul dengan banyak orang tapi tak punya ide-ide segar. Dengan menjalin kerjasama yang baik, kekurangan-kekurangan manusiawi semacam ini dapat diminimalisir. Satu orang mungkin memiliki kelebihan dalam hal rencana dan strategi bisnis, yang lain mungkin memiliki keberanian mengambil resiko. Ketika karakter-karakter utama ini terkumpul pada satu titik, keberhasilan dalam bisnis dapat lebih mudah dicapai.


Terjun membangun bisnis adalah suatu hal yang perlu lebih banyak dilakukan. Namun kadang kendala yang timbul adalah kelemahan-kelemahan manusiawi sebagai pribadi membatasi. Untuk itulah tulisan ini dibuat, sekedar mengingatkan bahwa kita lebih bisa menghasilkan banyak hal dengan bekerja sama daripada selalu berkompetisi.


Situs dan Blog yang Dilarang Sekali

Belakangan Depkominfo sedang berusaha memberantas situs-situs yang "dilarang sekali".
Berikut sebagian situs dan blog yang menurut saya untuk mengunjunginya dilarang sekali :

Apotek Kita: Ide-ide segar tentang apotek dan apoteker, juga berita-berita menarik seputar itu. Kalau anda farmasis, cobalah untuk berkunjung.
Debu Terbang : Blog pribadi ini terasa seperti karya sastra zaman dulu, inspiratif dan enak dibaca
Media Ide : Bahasan menarik tentang advertorial dan sejenisnya
Netsains : Media sains yang dikemas populer dan menarik
Popsy : Menyajikan psikologi dengan bahasa populer sehingga enak dicerna (emang makanan?)

Ya anda dilarang sekali mengunjungi situs-situs ini, karena menurut saya sebaiknya anda mengunjunginya berkali-kali.

01 April 2008

Harapan Baru di Lumbung Padi

Pilkada Jabar yang akan digelar Tiga belas April menyertakan Tiga calon gubernur yang akan "bertarung" di kancah politik Jabar. Calon pertama adalah gubernur yang sedang menjabat, didukung koalisi partai yang juga memenangkan pilpres lalu. Calon kedua adalah tokoh nasional yang relatif dikenal, didukung koalisi beberapa partai. Calon ke-Tiga adalah Ahmad Heriawan dan Dede Yusuf, didukung PAN dan PKS, partai yang turut serta menggerakkan reformasi dan kemudian membentuk Fraksi Reformasi di DPR hasil pemilu 1999.


Sekitar sepuluh tahun lalu, gerakan reformasi membawa era baru di negeri Indonesia. Di DPR bahkan terbentuk fraksi reformasi yang berisi wakil rakyat dari PAN dan PKS yang turut serta mengawal kebangkitan reformasi. Kini, PAN dan PKS kembali berkoalisi dalam ajang pilkada Jabar memperebutkan kursi gubernur dengan dua pasang kandidat lain. Wacana yang diusung Ahmad Heriawan dan Dede Yusuf adalah Harapan Baru. Menyongsong perubahan di Jawa Barat yang diusung oleh kaum muda. Bukan hal yang ringan, kadang yang muda dipandang sebelah mata.


Setelah sehari sebelumnya menyampaikan visi-misi di depan anggota DPRD Jabar, Jumat 28 Maret 2008, Karawang menjadi tempat pertama kampanye pasangan Hade (Heriawan-Dede). Massa pendukung calon gubernur nomor urut 3 ini memadati lapangan Karang Pawitan. Saya yang baru tiba dari Jakarta kemudian tergoda untuk bergabung dengan kerumunan.


Dede Yusuf naik ke panggung kampanye, mengenakan kemeja putih bergaris-garis biru atau kemeja biru bergaris-garis putih. Persis seperti yang saya kenakan. Cuma bedanya beliau (calon) wakil gubernur Jawa Barat, sedangkan saya? Nggak jelas apa. Yang ada malah calon jenazah. Setelah beberapa sambutan dari tokoh-tokoh pendukung, Dede Yusuf mengajak para pendukung menyanyikan lagu Munajat Cinta-nya the Rock yang diplesetkan menjadi "Tuhan kirimkanlah aku gubernur yang baik hati, yang mencintai rakyatnya apa adanya". Ahmad Heriawan dan Dede Yusuf pun memaparkan visi-misinya dalam kampanye perdana (kayak voucher aja ada perdananya).


Tapi tampaknya untuk sebuah kampanye perdana, acara tersebut terasa kurang meriah. Mulai dari jumlah massa yang hanya tampak mengisi seperempat lapangan sampai pengisi acara yang minim. Mungkin karena hari kerja, entahlah.

Selamat Datang Harapan Baru Jawa Barat

Mau?

Bangkitlah negeriku, harapan itu masih ada. Harapan itu masih ada.


Mendustakan Nikmat Tuhan

Setelah kenyang dihantam kegagalan demi kegagalan yang menyesakkan. Sempat tergores gugatan tentang mengapa semua ini terjadi. Setelah segenap upaya dikerahkan, setelah semua sumber daya diberikan. Mengapa? Apa yang diinginkan Tuhan dari semua ini?

Yang mengerikan adalah kenyataan bahwa sempat terlintas sebentuk gagasan yang terbentuk dari gumpalan kemarahan dan endapan kekecewaan. Sesuatu yang berwujud Mendustakan nikmat Tuhan. Kadang serupa awan kelam bergumpal, kedukaan yang tak jua reda dalam peluh campur debu. Bersyukur karena di deras hembusan topan badai, menyeruak semilir kelembutan mengingatkan, fa biayyi ala i rabbikuma tukadzibaan.

Sungguh meski badai perih yang menimpa tak sebanding dengan nuansa merah hitam di belahan dunia sana. Toh, diri ini tak punya jiwa tangguh serupa para pejuang itu. Diri ini cuma orang biasa, yang terombang-ambing dihempas badai sekian lama. Ketika muncul pertanyaan, mengapa Tuhan meninggalkanku, atau akulah yang sebenarnya meninggalkan Tuhan.




Menghancurkan Diri Sendiri

Maukah anda mengetahui bagaimana caranya menghancurkan diri sendiri? Kata kuncinya adalah hilangkan harapan. Seseorang yang tidak lagi mempunyai harapan, hanya tinggal menunggu waktu kehancuran. Proses perusakan struktur jiwa dan raganya akan segera dimulai dari dalam ke luar. Jiwa akan terbelah seakan terjatuh dari langit dan disambar angin dihempas ke tempat yang begitu jauh. Seseorang dapat kehilangan apa pun, namun selama ia masih memiliki harapan, ia masih dapat bangkit dari reruntuhan. Lilin harapan adalah lilin yang tak boleh padam.

Dapatkah anda bangkit dari kehancuran yang sedemikian dahsyat? Jika lilin harapan anda masih menyala, maka jawabannya terletak pada mampukah lilin itu menyalakan kembali lilin-lilin lain yang telah padam dalam kehidupan anda. Pada akhirnya, seterpuruk apapun, ketika anda masih mampu menghela nafas, anda masih punya alasan untuk bersyukur, karena anda, masih hidup ...


Mentari Nol Besar



Saat operator seluler lain berkampanye tentang betapa murahnya tarif 0 koma mereka, Mentari bertahan dengan jargon 0 rupiahnya. Dan memang benar, Mentari memang Nol Besar. Minggu kemarin, seorang pelanggan datang membeli voucher senilai 25 ribu rupiah. Setelah voucher digosok biar sip, saya pun diminta memasukkan kode voucher. Tak diduga muncul tulisan "kode voucher tidak dikenal". Karena bingung, dan menduga mungkin tadi sempat salah memasukkan saya pun mencoba kembali. Hasilnya sama. Lalu mencoba melalui jalur 555, komputer di seberang sana bilang kalau voucher yang tadi sudah pernah dipakai. Lha, bagaimana ini? Dan sayangnya Mentari tak punya layanan pengaduan untuk masalah ini, ketika saya mencoba menghubungi 505, tak dapat tersambung. Hmm, sebuah operator seluler tak punya layanan konsumen on call? Benar-benar nol besar. Selamat buat Mentari.

Gimana nih Mbak Dian?


Fitna dan Ayat Ayat Cinta



Sepintas tampak, kedua film ini jauh berbeda tapi juga sama. Tema utama yang diangkat adalah Islam, bedanya pada isi yang disajikan. Mengapa bisa begitu, hal yang menjadi fokus perhatian sama, lalu mengapa bisa berbeda hasilnya.

Fitna menuai sejumlah protes dari umat Islam. Bahkan sebagian menuntut agar film tersebut dicekal. Menyikapi fenomena globalisasi dan kebebasan informasi, bagaimana sikap terbaik dalam menghadapi film seperti Fitna?

Apakah cara menghadapi propaganda serupa itu adalah dengan pencekalan dan pelarangan? Atau dengan melawannya dengan serbuan produk budaya (karena film adalah produk budaya) yang menihilkan propaganda negatif itu?

Film Ayat ayat Cinta yang menjadi fenomena di Indonesia kabarnya akan dibuat versi internasionalnya. Jika terwujud, mungkin ini bisa menjadi alternatif dalam upaya menghadapi propaganda negatif terhadap Islam. Maka mata dibayar dengan mata. Film dengan pesan negatif dibalas dengan film dengan pesan positif.

Bagaimana menurut anda?