05 Juli 2017

Stevia, Pemanis untuk Masa Depan

Seorang perempuan bernama Sore datang dari masa depan untuk mengubah hidup suaminya, Jonathan. Demikian kisah dalam sebuah webseries yang ditayangkan di situs Youtube.com. Webseries ini sendiri merupakan bagian dari launching dan perkenalan suatu produk pemanis baru yang menggunakan stevia. Lalu zat apakah stevia itu sendiri?
Stevia adalah nama umum yang diberikan untuk hasil ekstraksi tanaman Stevia rebaudiana bertoni, dengan nama tepatnya adalah glukosida steviol. Tanaman ini termasuk famili Asteráceae yang berasal dari wilayah tropis Amerika Selatan dan sering ditemukan dalam jenis liar di beberapa negara seperti Paraguay dan Argentina. Namun tanaman ini pun sering sengaja ditanam oleh penduduk lokal. Selama bertahun-tahun, penduduk asli Guaraní menggunakannya pada makanan dan minuman.
Pada abad ke 16, dokter Spanyol Pedro Jaime Esteve pertama kali meneliti dan menamai tanaman tersebut. Tiga abad kemudian, ahli kimia Paraguay Ovidio Rebaudi mempublikasikan analisis kimia stevia untuk pertama kalinya, dan menemukan bahwa terdapat glukosida yang dapat memberi rasa manis 200 kali lebih dari pada gula rafinasi, namun tanpa efek merugikan bagi tubuh manusia. Stevia adalah alternatif pengganti gula tanpa kalori yang cocok untuk penderita diabetes karena tidak meningkatkan kadar glukosa, tapi juga tidak mengurangkannya.
Seperti dijelaskan oleh Déborah García di elpais.com, glukosida adalah senyawa yang disusun dari glukosa dan senyawa lainnya. "Banyak tanaman dengan produk kimia penting seperti glukosida tidak aktif, dan jika diperlukan, produk ini terdekomposisi dengan keberadaan air dan suatu enzim, menghasilkan gula penting dalam metabolisme tanaman".
Sebagai salah satu bahan tambahan pangan (BTP), penggunaan stevia harus memenuhi ketentuan yang berlaku sesuai tujuan penggunaan dan kategori pangan. Glukosida steviol diperbolehkan digunakan sebagai pemanis sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 33 Tahun 2012 dan dikelompokkan dalam kelompok pemanis alami bersama sorbitol, manitol dan silitol. Selain itu, batas maksimum penggunaannya mengikuti ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan POM no 4 tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pemanis.
BTP adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan seperti mengawetkan, memberikan warna dan aroma, membantu pengolahan atau untuk tujuan tertentu.
Penggunaan BTP dilakukan seminimum mungkin sampai tercapai efek yang diinginkan, meskipun tidak semua BTP memiliki nilai batas maksimum. Untuk itu produsen dan konsumen perlu mengetahui dengan baik jenis BTP yang diizinkan dan aturan penggunaannya, sehingga dapat terhindar dari risiko kesehatan.
Penentuan batas maksimum bahan-bahan kimia pada umumnya didasarkan pada konsep yang dikembangkan oleh Theophratus von Hohenheim, ahli kimia abad pertengahan yang lebih dikenal dengan nama Paracelcus, yakni bahwa “Semua bahan adalah racun, tidak ada bahan tanpa sifat racun; dosis yang tepat menentukan antara racun dan obat“.
Konsumsi stevia atau glukosida steviol telah diuji dan dianggap aman digunakan sebagai BTP, dengan kode nomor E-960. Badan Keamanan Pangan Eropa EFSA menyatakan bahwa dosis maksimum stevia yang dapat dikonsumsi adalah 4 mg/kg berat tubuh.

Di Uni Eropa, stevia diizinkan digunakan sebagai pewarna, namun dilarang dijual sebagai tanaman utuh untuk dimakan dalam bentuk infus. Stevia rebaudiana mengandung senyawa lain yang memiliki sifat farmakologi yakni dapat mengurangi tekanan darah. Dengan segala karakteristiknya, stevia mungkin bukan pemanis dari masa depan, namun salah satu alternatif yang mungkin lebih baik untuk masa depan selama digunakan sesuai ketentuan.