08 Desember 2009

Selamat Tinggal ISFI Karawang

Seperti diulas oleh pak Dani di blog Apotek Kita, ISFI akan mengadakan kongres terakhirnya. Nah, setelah kongres terakhir ISFI, tak ada lagi organisasi bernama ISFI, dan saya pun beberapa waktu ke depan sepertinya tak akan beredar di Karawang.

Pertama menghadiri pertemuan ISFI Karawang, 

Karawang ternyata dijadikan kawasan percontohan untuk program TATAP. Atau istilah Inggrisnya No Pharmacist No Problem.. ups No Service maksudnya. Entah apa dasar penunjukannya, yang jelas pengurus cabang di sini cukup antusias menjalankannya.
 
Ngapain aja pertemuan ISFI waktu itu? Antara lain membahas malpraktek Farmasi. Lho, yang malpraktek bukannya dokter? Eit jangan salah, di Amerika kesalahan terkait farmasi sudah banyak kasusnya. Di Indonesia masih bisa bernafas lega karena kasus malpraktek farmasi tidak ada, maksudnya tidak ada datanya. Ya ampyuun
 
Membahas PMR, bukan Palang Merah Remaja lho, tapi Patient Medical Record. Yah semampunya datang ke apotek. TATAP yang dijalankan masih TATAP Modifikasi. Tapi ya daripada tidak sama sekali.
 
Sedikit belajar bahasa Belanda juga, ada alumni tahun 70, inspannings verbintenissen (yang kurang lebih artinya tekad sungguh-sungguh) . Overmacht (keadaan memaksa). Dsb.
 
Ada sejawat senior yang senang berbagi pengalaman dan ide-idenya. Pernah dapat resep DDS? Pernah dapat kopi resep MST? Bagaimana mengatasi permasalahan membaca resep? Buat saja semacam master dari resep2 yang beredar di wilayah tersebut. Selesai, toh resep dari dokter tertentu biasanya dapat diprediksikan bukan?
 
Dari 120an orang anggota, macam-macam jenis apoteker yang hadir. Ada akang teteh senior satu almamater. Ada yang masih muda tapi sudah haji dan master. Ada juga ’Aisha’...
 
Pulangnya dapet kado pula. Yah semoga bukan termasuk rangkaian kegiatan yang superficial. 

Kira-kira begitu pertemuan pertama saya dengan ISFI Karawang.

Secara sangat subyektif, saya memandang potensi Karawang di bidang farmasi itu unik. Itu pula salah satu alasan saya bertahan 'menjadi bidan' di sebuah instansi pendidikan farmasi. Tapi jalan hidup memang tak selalu sejalan dengan rencana. Maka dalam setiap perjumpaan mestilah datang bersamanya perpisahan. Mungkin itu sebuah takdir Tuhan.

Lentera Jiwa Seorang Farmasis
Jika ini jalanku, lalu mengapa sempat terbersit ragu? Atau hanya keresahanku karena memasuki dunia yg baru?

Ingin hasil kerja Anda luar biasa? Lakukan dengan cinta. Pikirkan sesuatu yang dapat anda lakukan dengan baik. Gali dan temukan hal-hal yang dapat membuat anda jatuh cinta pada pekerjaan anda. Dari sanalah anda akan menemukan energi jiwa yang tak habis-habis.
Seperti lentera jiwa yang memanggil-manggil minat saya pada dua bidang. Media dan farmasi. Menjadi farmasis pendamping masyarakat. Menyebarkan cahaya ilmu agar terang menyinari pelosok negeri. Tapi jalan hidup lalu meredup kemudian mengarah ke jalur yang berbeda dan tak ada dalam rencana.
Panggilan hidup tetap bisa dipenuhi sebenarnya, malah boleh jadi semakin berdayaguna.

Seperti Aang yang akhirnya harus menuju negara api untuk mengembalikan perdamaian dunia. Begitulah adanya, setelah mempelajari keempat elemen, ada masanya untuk beraksi di tengah badai api.
Baiklah, saatnya kembali berlari mengejar mimpi, mari.
Kini, biarkan aku jatuh cinta pada apa yang kukerjakan.

Berkenaan dengan lembaran baru perjalanan berkarya, ada respons yang bermacam. Ada yang menyelamati, menyemangati, ada yang sampai bilang 'tinggal enaknya aja', ada juga yang entah serius entah tidak nanya masuknya bayar berapa? Ada yang bilang "Sekarang tidak ada alasan lagi untuk ....", ada yang minta ditraktir, untuk yg terakhir ini saya cuma bisa nyengir. Aneh juga melihat ada yg seakan ingin berdiri di sepatu saya, padahal saya pun terkadang ingin berdiri di sepatu orang lain. Meski bukan status palsu padahal kan status kayak gini bukan segalanya ya.
Selama ini sebetulnya ga minat sama sekali. Sekali-kalinya ikut seleksi, eh diterima, di pusat pula. Mungkin memang ini jalannya. Semoga saja nanti ada peluang untuk berkarya lebih jika bisa memasuki pusat sistem ketimbang 'teriak-teriak' di luar seperti selama ini. Kini yang terasa adalah bahagia dan takut sekaligus. Apa yang mesti ditakutkan? Berubahnya semangat dan integritas, yah anggap saja sekarang masih punya lah ya. Akankah lekang oleh waktu, tetap bersinar dan tak pudar? Akankah melupakan janji ini? Kelak akankah sama, untuk pertanyaan ini biar waktu saja yang menjawabnya. Apa yang akan anda lakukan jika hal yang membuat anda bahagia adalah juga hal yang menakutkan anda? Saat-saat dimana kita kehilangan kata-kata.Ketika merasa bahagia dan takut sekaligus dua.

Akhirnya, dengan ini mengucapkan kata-kata perpisahan. Selamat tinggal ISFI Karawang, selamat tinggal door prize, selamat tinggal materi-materi pengembangan profesi, selamat tinggal ibu 'Rianti' :p.



(sambil bertanya-tanya Seberapa pantaskah ku untuk ditunggu, untuk dinantikan)

2 komentar:

  1. wah sepertinya mantap nih kang

    BalasHapus
  2. kalau tidak di Karawang, kira-kira dimana dirimu akan 'beredar' sobat?

    BalasHapus