11 Agustus 2008

Memaknai Sebelum Cahaya

Ada sebuah pemaknaan menarik tentang lagu ini yang saya dapat dari sebuah milis.

Bait pertama lagu ini menunjukkan kalau
Allah selalu mengawasi kita, Melihat kita yang sedang tidur
(Ku teringat hati yang bertabur mimpi)

tiba-tiba terbangun... kita pergi untuk ambil air wudhu maka mengapa disana dituliskan "Kemana kau pergi cinta"....

kemudian kita menegakkan sholat malam, dalam kesunyian
(Perjalanan sunyi yang kautempuh sendiri)

sendiri ketika semua orang tengah terlelap ketika dingin sangat menusuk di tulang,
ketika mata masih terkantuk-kantuk.
Siapa yang sanggup untuk menjalankannya? ?
(Kuatkanlah hati cinta)
Butuh kekuatan hati untuk melaksanakan raka'at demi raka'at,

Bait kedua mengingatkan bahwa kita tidak sendiri dalam menjalankan sholat Lail,
lihatlah ada embun pagi yang selalu menemani kita hingga fajar muncul dari ufuk timur
(Ingatkan engkau kepada embun pagi bersahaja, Yang menemanimu sebelum cahaya)

dan rasakanlah sepoi-sepoi angin di sepertiga malam, yang dengan sangat lembut membelai wajah kita.
(Ingatkan engkau kepada angin yang berhembus mesra....Yang kan membelaimu cinta)

Bait ketiga menerangkan
siapa yang punya tekad kuat tersebut?
untuk menegakkan sholat malam setiap hari,setiap malam.
Dia adalah orang-orang yang selalu berpegang teguh pada janjinya.
(Kekuatan hati yang berpegang janji)

Kesendirian dan Teman


Di sebuah situs yang saya lupa namanya, Noe sendiri memaparkan maksud lagu itu.
"Lagu itu bercerita tentang seseorang yang membutuhkan teman dan tidak ada yang bisa menemani. Tapi, jangan lupa, bukan hanya manusia yang bisa jadi teman. Alam, embun, angin, dan Tuhan bisa jadi teman kita yang paling setia,” papar Noe.

Diterangkan juga latar belakang pemilihan model tuna rungu Amanda yang pernah tampil di iklan sebuah operator seluler. "Klip itu ingin menunjukkan embun pagi yang bicara dan angin yang berembus mesra. Semua berbicara tentang bahasa tubuh. Siapa lagi yang punya kemampuan untuk mengungkapkannya, kalau bukan Amanda yang memiliki kelebihan tidak bisa mendengar kebisingan dunia,” terang putra budayawan Emha Ainun Nadjib ini dengan puitis.

genggamlah tangan ku, cinta
Ku tak akan pergi,
meninggalkan mu sendiri,
temani hati mu cinta

Teman dalam wujud manusia bisa berubah. Namun teman dalam wujud seperti yang digambarkan lagu itu tentu lebih kekal dan hakiki. Menarik juga membaca bagaimana sebuah ke'tidak bisa'an dimaknai sebagai sebuah kelebihan.

Sekarang tinggal satu hal, yang belum saya mengerti. Apa bagusnya sebuah bohlam bekas yang diisi air?

Fajar Ramadhitya P
~yang ingin terjaga sebelum cahaya~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar