03 Desember 2010

This Is Not November Rain

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku. Setelah beberapa lama dirimu menjadi trending topic dalam kalbu.

untuk gadis penyimpan madu yang lembut hati, pernah ada satu folder di hatiku, bertuliskan namamu

Pernahkah anda kehilangan sesuatu, karena anda kurang gigih memperjuangkannya?
Pernahkah anda gagal menggapai sesuatu, karena kurang tekun mengupayakannya, kurang mendayagunakan imajinasi dalam mendapatkannya?
Pernahkah anda luput meraih sesuatu, karena mungkin kurang tulus ketika melantunkan doa pada-Nya?

Pernahkah sesuatu yang tadinya begitu indah lalu menjelma seribu gundah, bahkan lebih dari itu?

Jika ya maka mungkin anda masih ingat sederas apa hujan November waktu itu.

But this is not November rain, it was a storm in my heart. It was November pain, bursting through my vein, made me bleed though you can't see it's blood.

It was like surrounded by Dementor while patronus has no use and hope was about to loose. It was Tears of Sadness, Grief and Despair. Mourning in the morning, try not to cry, feel sorrow until tomorrow, as if tomorrow never comes.

Sad, Hopeless & Despair.

Demikianlah, duka telah menoreh luka. Dalam bahasa Sunda, duka artinya tidak tahu. Kadang kesedihan dapat membuat kita tak tahu harus berbuat apa. Atau bisa juga berarti 'teu terang', atau gelap. Dunia seakan gelap, rasa pun menjadi surut berbahagia.

No Superman
Aku mengenal ia karena berasal dari 'ibu yang sama'.
Tapi entah bagaimana bermula, tiba-tiba saja ia tampak mempesona, sedemikian rupa hingga dirinya mengalihkan duniaku. Seperti saat makan bersama di kantin, gadis di sampingnya dan pemuda di sisiku seakan beralih peran menjadi figuran, dan ialah bintang utamanya.

Di dalam pergantian episode hidup yang sering kali tak terduga, sembari menatap lukisan bintang di kanvas langit, berbagi pikiran, gagasan atau sekedar curahan hati yang sesekali dipenuhi dinamika adalah salah satu keindahan dalam hidup.

Dari potongan-potongan informasi seputar lingkar dalam pergaulannya, aku lalu mencoba merekontruksi sosoknya, kepribadiannya.

Tadinya berharap ia berkenan menunggu sejenak. Tak bergegas terbang ke langit meski selendangnya tak kucuri. Tidak, aku tak mencuri selendangnya. Aku ingin ia leluasa memilih, meski sungguh berkali-kali aku berdoa dengan lirih.

I'm no Superman, but i'll love her the best i can.

Entahlah, mungkin memang sudah waktunya, meski kesiapan belum sempurna. Tapi bukankah di dunia ini tak ada yang sempurna? Pada akhirnya memang harus belajar merangkul kekurangan, menjadikannya bagian dari keajaiban cinta yang memberikan keindahan dan kesejukan serupa embun melalui kata 'meskipun'.

The Hardest Day
Dan tak pernah kusangka, hari terberat itu tiba. Terkadang berat memiliki kemampuan untuk mengetahui segala hal lebih cepat dari yang lain. Karena kau mesti menghadapinya lebih awal.

Ketika sedang terlalu asyik membidik, bunga itu ada yang memetik. Seperti episode terakhir Flame of Recca, bedanya di sini, ini bukan dilema. Dilema adalah seperti ketika Recca mesti memilih antara menjadikan Yanagi sebagai apinya atau membiarkannya diserap oleh kekuatan kegelapan Tendou Jigoku.


Tak apalah, ia orang baik, pantas mendapat yang lebih baik. Lagipula yang menjemputnya bukan kegelapan, tetapi cahaya. Maka aku harus melepaskannya dari hatiku.

there is a danger in loving somebody too much, especially when there were not any bond yet

Mungkin itulah kenapa sebaiknya cinta ditambahkan di akhir, karena cinta adalah sesuatu yang menjadikan semuanya sempurna, yang menggenapi segala kekurangan dari masing pasangan. Maka apabila cinta ditambahkan di awal, atau disisipkan di tengah perjalanan, bagaimanapun sebelum janji diucap, tetap ada variabel ketidakpastian, serupa tak pastinya posisi elektron di satu waktu. Bukan tidak boleh, tetapi lebih baik begitu. Ya, begitulah mungkin.

Dan tentang ia, bukankah masa lalu yang telah hilang bukan cuma untuk dikenang.
Ketika jatuh cinta pada sosoknya yang unik, maka aku membangun diriku menjadi lebih baik.
Kusimpan kembali anak panah dan busur, hingga nanti tiba saatnya bersyukur. Alhamdulillah.

Wahai gadis penyimpan madu, hari ini kulepaskan kau dari hatiku, dengan senyuman, tanda turut berbahagia, dan dengan tangisan, tanda pernah ada cinta.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata:
Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.
Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.

Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya.

Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

                                                                                 ~menyambut hijrah 1432 H~

3 komentar:

  1. hmm,,, cukup bijaksana.

    like this sama kat2 ini:
    "Ketika jatuh cinta pada sosoknya yang unik, maka aku membangun diriku menjadi lebih baik"

    kalau kata pak mario peningkatan kualitas diri, itulah orang yang mencintai dari pada dicintai, seperti kata2 pak rama tersebut^^

    BalasHapus
  2. luvlydini.wordpress.com10 Oktober 2011 pukul 22.05

    hmmm tentang sebuah ikhlas...
    suka tulisan ini... :)

    BalasHapus
  3. Baca lagi ini, dan masih suka..

    BalasHapus