13 Juni 2010

Kaleidoskop Cinta

Seperti apakah warna cinta?
merah muda ataukah jingga?
hijau? kuning? kelabu?
ataukah bermacam warna?

Cinta kadang terasa seperti unsur-unsur kimia
ingin seperti aurum, berharga menghiasi hidupmu
ingin seperti oksigen, menjadi separuh nafasmu
ingin seperti karbon, hadir di setiap fragmen hidupmu
ingin seperti sesium, mengingatkanmu tentang waktu
ingin seperti neon, menerangi hidupmu
ingin seperti kalsium, membantumu tegak berdiri

atau seperti fenomena alam ciptaan-Nya
ingin seperti gravitasi, membantumu menjejak bumi
ingin seperti magnet, menarik perhatianmu

ingin seperti mitokondria, memberi energi untukmu
ingin seperti enzim, membantumu meski tak ikut bereaksi

Namun apakah cinta selalu ceria? Mungkin tidak, terkadang ia bisa berwajah sendu atau pun muram durja.

Cinta Seribu Satu Malam
Wanita memang serupa ular berbisa. Tak layak dipercaya apalagi dititipi hati.

Demikianlah murka sang raja saat mendapati permaisuri mengkhianati begitu tega. Belati itu mengoyak hati, merenggut cinta dari jiwa, mengubahnya menjelma serigala. Setiap malam menikahi perawan, lalu membunuhnya saat mentari muncul dari balik awan. Hatinya menjadi api yang beku, membara karena amarah, namun dingin menusuk.

Atas nama cinta, puteri perdana menteri menawarkan diri untuk dinikahi. Di malam pertama, ia menghadiahi sang raja sebuah cerita. Terpikatlah raja, algojo pun diperintah menunda. Malam demi malam berlalu, cerita yang ditutur mampu melunakkan hati yang terlanjur beku. Seorang lelaki yang dikhianati, kembali mengecap cinta manis terasa, merasa rindu selezat madu.

Sebuah kisah cinta. Cinta Seribu Satu Malam. Kisah ini saya adaptasi dari kisah terkenal dari semenanjung Arab tentang Syahrazad dengan seribu satu malam penuh ceritanya. Mengingatkan bahwa cinta tak melulu indah di mata.

Two ring in a marriage. Wedding ring and suffering.
Hidupmu berakhir ketika kau menikah. Saat kau ucap dengan sigap janji suci di hadapan saksi. Sejak itu kamu telah tiada, menjelma menjadi kita. Mimpi-mimpimu bersatu dengan cita-citanya. Kelebihanmu berpadu dengan kekuatannya, kekuranganmu bertemu dengan kelemahannya. Ritme hidupmu tak akan bisa sama lagi.

Ketika hadir buah hati, kau hidup bukan untuk dirimu sendiri. Terkadang kepentinganmu tak lagi jadi perhatian.

Hidupmu berakhir ketika kau menikah.
Apakah kau ingin mengakhiri hidupmu sekarang? Apakah kamu yakin?
Demikian kita ucapkan pada kedua pengantin. Selamat menempuh hidup baru, jalan panjang yang bergelombang.
 
Cinta memang perbudakan yang menyenangkan, dan pernikahan adalah yang cara yang indah untuk mengakhiri hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar