04 Juli 2009

Cinta (Obat) Terlarang


Serupa tapi tak sama, seperti itulah aktivitas otak orang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang mengalami ketergantungan narkotika. Menurut Louann Brizendine, seorang neuropsikologis, hormon yang sama berperan aktif pada kedua kondisi ini di syaraf otak. Kayak di klipnya Letto yang Permintaan Hati itu lho. Dimana Marsha tak berdaya menolak perlakuan semena-mena karena merasa terlanjur cinta, lalu Noe datang dan bertanya. Ketika Marsha menjawab “terlanjur cinta”, Noe hanya menukas. “Kayak drugs ya? Tapi bukan berarti nggak bisa sembuh kan?”. Yah cinta dan narkoba memang bagai pindang dibelah dua.

Sebagai contoh, ketika seseorang jatuh cinta atau kecanduan narkoba, otak dibanjiri oleh hormon dopamin dan oksitosin sehingga bagian otak yang berperan sebagai pusat pengendali bahaya (amygdala) dan pusat berpikir kritis untuk mengambil keputusan (anterior cingulated cortex) seakan dinonaktifkan.

Inilah mengapa seseorang dapat kembali pada kebiasaan lamanya menggunakan narkoba setelah menjalani pemulihan atau rehabilitasi. Kambuhnya ini bahkan dapat terjadi terus-menerus akibat tidak adanya keselarasan antara kesadaran untuk berubah dengan perbuatan yang terus mengulang kebiasaan lama (teu kapok-kapok yeuh). Korban narkoba sering kali terjerat pada kesalahan yang sama atau dengan kata lain sudah tahu akibatnya tetapi masih ingin melakukannya. Demikian seperti diulas oleh Veronica Colondam di www.kickandy.com.

Siapa saja anak manusia yang pernah merasakan jatuh cinta tentu mengerti seperti apa rasanya hati yang berbunga dimabuk asmara. Ketika seorang jatuh cinta, gejala yang timbul biasanya adalah jantung berdebar, berkeringat, mulut terasa kering. Emang sih, gejala kayak gini nggak muncul pas jatuh cinta aja, tapi bisa juga pas ditagih utang atau waktu sidang komprehensif. Tapi pada dasarnya ini merupakan suatu respons fisiologis akibat peningkatan kadar adrenalin dalam darah yang menghasilkan berbagai efek seperti peningkatan denyut jantung, aktivasi kelenjar keringat, dan penghambatan sekresi ludah.

Rasa cinta memang menakjubkan, dalam karya-karya sastra (penikmat sastra gitu lho) bahkan disebutkan bahwa cinta dapat mengubah cuka menjadi keju eh anggur. Hmm, cinta memang perbudakan yang menyenangkan (paling tidak bagi yang memperbudaknya :P). Tapi bagaimana jika rasa cinta tersebut ditujukan pada sesuatu yang akan merenggut kehidupan orang yang mencintainya? Mungkin itulah yang terjadi pada para pecandu yang terjerat cinta pada obat-obat terlarang.

Dalam kasus narkoba, tidak ada cerita yang berakhir bahagia (emangnya dongeng putri salju). Ibarat menancapkan paku di dinding, paku itu mungkin dapat dilepas kembali namun bekasnya akan tetap ada di dinding (wall). Jadi mungkin lain kali ndak usah masang paku di dinding, tulis saja pesan di dinding teman anda atau komentari statusnya. Xixixi...84x.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar