13 Januari 2010

Menunggu itu Bosan

“Kita tak kan pernah mendahului nasib!” teriak Arai.
“Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai Afrika! Apa pun yang terjadi!” (Sang Pemimpi)

Menunggu itu bosan. Tanya saja pada pasien yang sedang menunggu resep racikan. Jadi daripada menunggu tak tentu lebih baik melangkah menjemput mimpi. Apa impian terbesar dalam hidupmu? Buat saya salah satunya adalah "Meraih gelar Master". Tapi ngambil S2 dimana? Ga mungkin kan ngambil di tukang es? Btw, kenapa ya Andrea Hirata menyebut Paris sebagai pusat ilmu, bukannya Paris tu pusat mode? Apa mungkin karena revolusi Eropa yang tahun 1848 itu dimulai dari Perancis? Jadi bertanya-tanya Universitas paling keren itu apakah Harvard, Stanford, MIT, al Azhar, Hogwarts atau Beauxbaton? Dulu Alexandria pernah jadi pusat pengetahuan terlengkap pada zamannya, kayanya seru juga jalan-jalan ke sana. Salah satu hobi saya adalah jalan-jalan ke kampus, melihat-lihat gedung, papan pengumuman serta mengamati gaya mahasiswa di kampus tersebut. Selain Unpad tentunya, kampus yang pernah saya visite antara lain ITB, Undip, UGM, UPI, UNI, UPN, Hmm.. saya belum pernah menelusuri UI. Jadi bagusnya kuliah di mana ya?
Di tahun 2009 cukup banyak keajaiban yg mengukir senyum di wajah. Maka 2010 adalah saat menanti keajaiban berikutnya.

Mimpi lain yang belum terwujud adalah menulis buku. Yah mimpi yang tertinggal kereta ketika tersadar bahwa banyak (banget) kawan-kawan bahkan adik kelas yang sudah berhasil di bidang ini, sementara gw masi cuma bermimpi-mimpi. Dulu, perpustakaan dan toko buku adalah hal-hal yg menghiasi masa kecil. Kalau merujuk ke cerita orang tua, waktu kecil suka nebeng baca sama orang. Sambil makan baca majalah Bobo. Banyak sudah tulisan yang mewarnai jiwa saya. Miranda Risang Ayu dengan gaya penulisan kontemplatif yang membuat kita merenung dalam setiap membacanya. Dan Brown dengan karya-karyanya yang mencengangkan belum lagi risetnya yang intensif. Clifford Irving, yang demikian pede membuat suatu biografi Howard Hughes. Gede Prama, yang mencerahkan dan menyejukkan. Anis Matta yang menggugah dan mempesona. Ah, jika didaftar semuanya akan serupa deret tak hingga. Cukup sekian saja.
Menunggu itu bosan, karena itu lebih baik melangkah menjemput mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar